Konten dari Pengguna

Sudah Rehab Tapi Relapse, Mengapa? (1)

Nia Febriana
Dokter gigi yg bekerja sebagai PNS di Deputi Bidang Rehabilitasi, Badan Narkotika Nasional.
28 Agustus 2021 13:52 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nia Febriana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
No Drugs (sumber: freepik.com)
zoom-in-whitePerbesar
No Drugs (sumber: freepik.com)
ADVERTISEMENT
Kata relapse merupakan kata yang tidak asing bagi orang yang berada di lingkungan adiksi. Relapse berasal dari Bahasa Inggris yang berarti kambuh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kambuh berarti jatuh sakit lagi. Dalam dunia adiksi, dilansir dari www.bnn.go.id bahwa relapse merupakan suatu kondisi terjadinya kembali pola lama penyalahgunaan (adiksi) narkoba yang berlangsung kembali secara rutin. Relapse dapat terjadi meskipun pada pecandu sudah selesai menjalani rehabilitasi dan lepas dari ketergantungan narkoba.
ADVERTISEMENT
Relapse setelah rehabilitasi
Relapse ini menjadi momok bagi pecandu dan keluarganya dalam meniti perjalanan panjang menuju kepulihan yang seutuhnya. Namun, mengapa relapse ini dapat terjadi? Padahal pecandu tersebut telah menjalani proses rehabilitasi yang panjang dan lama?
Pertanyaan di atas mengingatkan saya dengan berbagai macam pertanyaan yang muncul di benak saya, saat saya pertama kali masuk ke dalam dunia adiksi. Dunia yang sangat baru dan asing bagi saya. Saat itu, saya masih seorang Calon Pegawai Negeri Sipil yang baru ditempatkan di salah satu lembaga rehabilitasi adiksi narkoba milik pemerintah. Untuk lebih cepat memahami tentang adiksi, maka saya dan pegawai baru lainnya menjalani program residensial selama 2 minggu untuk dapat mengobservasi dan berinteraksi langsung dengan para klien yang sedang menjalani rehabilitasi.
ADVERTISEMENT
Lewat kegiatan residensial tersebut, saya cukup kaget dengan kenyataan bahwa ada seorang klien yang sudah bolak balik menjalani rehabilitasi. Bahkan 2 kali klien menjalani rehabilitasi di luar negeri. Memang klien tersebut merupakan anak dari keluarga kaya dan terpandang. Dua kali rehabilitasi di luar negeri ternyata belum membuat klien tersebut berhenti dari adiksinya. Keluarga klien kemudian memasukkannya ke tempat rehabilitasi swasta dalam negeri sebelum akhirnya memasukkan ke lembaga rehabilitasi milik pemerintah ini.
Klien mengaku, sebenarnya dia juga sudah sangat lelah hidup dalam ketergantungan terhadap zat tersebut, serta mesti bolak balik menjalani rehabilitasi di berbagai tempat yang berbeda. Namun klien mengalami kesulitan untuk dapat mempertahankan kepulihannya setelah keluar dari rehabilitasi. Selain klien tersebut, banyak klien lain yang telah beberapa kali jatuh bangun menjalani rehabilitasi dan akhirnya relapse. Meskipun tidak sedikit juga mantan pecandu yang dapat terus mempertahankan kepulihannya dan mejadi konselor adiksi serta bekerja di lembaga rehabilitasi narkoba untuk membantu para pecandu lainnya untuk pulih.
Ilustrasi pengguna narkoba. Foto: Getty Images
Tahapan Perubahan Perilaku (Stages of Change)
ADVERTISEMENT
Meskipun banyak sekali yang menjadi faktor penyebab terjadinya relapse, namun pada dasarnya relapse merupakan bagian dari serangkaian tahapan perubahan perilaku atau stages of change. Perubahan perilaku di sini adalah perubahan perilaku dari ketergantungan narkoba menjadi perilaku yang tidak menggunakan narkoba.
Tahapan Perubahan Perilaku merupakan Model Transtheorical yang dikembangkan oleh James O. Proschaska dan Carlo Di Clemente mulai tahun 1977, dengan menilai kesiapan individu untuk melakukan suatu perilaku yang baru.
Siklus perubahan perilaku ini terdiri dari enam tahapan, yaitu:
Tahap 1: Prekontemplasi, merupakan tahap di mana pecandu merasa bahwa adiksi bukan menjadi suatu permasalahan. Mereka merasa belum memerlukan bantuan untuk berubah, karena menganggap bahwa perilaku adiksi tidak berdampak buruk bagi dirinya.
ADVERTISEMENT
Tahap 2: Kontemplasi, merupakan tahap di mana pecandu mulai merasa bahwa adiksi merupakan hal yang salah dan harus diubah. Pecandu mulai merasakan dampak buruk dari adiksinya, namun terjadi konflik dalam diri yang cukup berat sehingga pecandu merasa memerlukan bantuan orang lain. Tahap ini dapat berlangsung sangat lama, karena diperlukan keteguhan tekad dan niat.
Tahap 3: Persiapan, merupakan tahap dimana pecandu mulai melakukan persiapan untuk berubah. Mereka mulai mengumpulkan informasi dari orang sekitar maupun dari berbagai media dan memulai langkah kecil terkait penghentian adiksinya. Selain itu mereka juga mulai mencari bantuan yang dapat membantu mereka dalam menghentikan penyalahgunaannya.
Tahap 4: Aksi, merupakan tahap di mana pecandu memulai langkah nyata untuk dapat berubah. Pecandu akan memilih jalan yang sesuai dengan kondisi dan dukungan yang dimiliki. Bahkan pada tahap ini, banyak pecandu yang memulai untuk melakukan rehabilitasi medis dan sosial untuk membantu mengatasi penyalahgunaannya dengan melakukan perilaku baru yang positif.
ADVERTISEMENT
Tahap 5: Pemeliharaan, merupakan tahap maintenance. Setelah melakukan berbagai upaya untuk perubahan perilaku, maka selanjutnya adalah menjaga agar kebiasaan lama tidak terulang. Pada tahap ini diperlukan keterampilan untuk menghindari pemicu atau trigger yang dapat menyebabkan relapse.
Tahap 6: Kambuh, merupakan tahap di mana terjadinya relapse atau kambuh, yang artinya perilaku dan kebiasaan lama muncul kembali. Mantan pecandu yang telah meninggalkan penggunaan zat, terjatuh lagi menggunakan narkoba.
Mengacu pada teori perubahan perilaku di atas, maka relapse merupakan bagian dari serangkaian perubahan perilaku. Dari terjadinya relapse, pecandu dapat belajar dari pengalaman apa yang menjadi pemicu terjadinya relapse, sehingga dapat menghindarinya pada masa yang akan datang. Jika terjadi relapse, maka tahapan perubahan perilaku akan dimulai dari awal lagi.
ADVERTISEMENT
Para pecandu sangat memerlukan dukungan dari berbagai pihak agar perubahan perilaku tersebut dapat berhenti pada “tahap penghentian” di mana pecandu dapat mengatasi segala godaan dan tidak kembali pada kebiasaan lama mereka.