Sudah Rehab tapi Relapse, Mengapa? (2)

Nia Febriana
Dokter gigi yg bekerja sebagai PNS di Deputi Bidang Rehabilitasi, Badan Narkotika Nasional.
Konten dari Pengguna
31 Agustus 2021 13:59 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nia Febriana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi narkoba dapat menyebabkan kematian. Sumber: freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi narkoba dapat menyebabkan kematian. Sumber: freepik.com
ADVERTISEMENT
Pecandu narkoba yang telah selesai menjalani rehabilitasi dan berhenti mengkonsumsi narkoba, masih dapat relapse menggunakan narkoba kembali. Ditinjau dari pengertian adiksi atau kecanduan yang merupakan penyakit otak yang bersifat kronis dan kambuhan, maka sebenarnya sudah jelas bahwa adiksi narkoba merupakan suatu penyakit yang dapat kambuh atau relapse. Berdasarkan model stage of change, juga disebutkan bahwa relapse merupakan bagian dari tahapan perubahan perilaku (baca: kumparan.com/febriana-mayasarari/sudah-rehab-tapi-relapse-mengapa-1-1wQ1PIpoEn9?utm_source=kumDesktop&utm_medium=copy-to-clipboard&utm_campaign=share&shareID=9ezvHl0IrExM).
ADVERTISEMENT
Namun, sebenarnya apa yang menyebabkan penyakit adiksi ini kambuhan dan mudah relapse?
Ternyata relapse merupakan proses yang kompleks, yang melibatkan mekanisme kerja otak yang diaktivasi oleh adanya pemicu atau trigger sehingga memunculkan craving yang mempengaruhi perasaan, emosi dan perilaku.

Craving

Bagi saya makanan terenak adalah sayur lodeh kluwih yang dimasak oleh ibu saya. Hanya dengan menyebutkan kata “makanan enak” maka yang langsung terbayang adalah paduan buah kluwih dilengkapi pete dengan kuah santan yang gurih, asin dan manis. Kombinasi yang sangat pas di lidah. Apalagi ditemani dengan tahu dan tempe bacem. Hmmmm, tak terasa kelenjar saliva saya langsung memproduksi saliva secara berlebih yang menyebabkan saya harus menelan ludah sebelum menetes keluar.
ADVERTISEMENT
Memang dari kecil saya suka menyantap hidangan ibu tersebut, sehingga ibu semakin sering memasakkannya untuk saya. Ingatan tersebut akan tersimpan di otak sebagai ingatan jangka panjang, yang dengan sedikit pemicu saya dapat membayangkan secara detail isi, jenis dan rasanya, meski sekarang saya sudah jarang memakannya lagi.
Semakin lama dan semakin sering frekuensi paparan yang diterima seseorang akan semakin lebih lama tersimpan di otak, dan sulit terhapus meskipun ada suatu informasi yang baru. Demikian juga dengan pemakaian narkoba. Semakin sering dan lama waktu penggunaan zat tersebut, maka akan semakin lekat ingatan pemakaian narkoba. Dengan sedikit pemicu, maka otak akan memutar ingatan saat dulu menggunakan narkoba. Akan terbayang rasa dan sensasi saat menggunakan sehingga dapat mempengaruhi fungsi tubuh, emosi dan perasaan. Jika perubahan tersebut tidak dapat ditahan, maka muncul perasaan craving atau nagih yang menyebabkan relapse.
ADVERTISEMENT
Craving merupakan hasrat atau keinginan kuat untuk kembali menggunakan narkoba. Craving yang tidak dapat dikendalikan mengakibatkan mantan pengguna narkoba menjadi relapse.
Lalu bagaimana agar craving ini tidak muncul? Atau meskipun muncul, bagaimana agar mantan pecandu tidak tergoda lagi menggunakan narkoba?

Pemicu Relapse

Craving muncul akibat adanya pemicu. Pemicu ini bisa apa saja. Bagi saya pemicu craving akan sayur lodeh kluwih ibu saya adalah "perasaan kangen dengan ibu", maupun jika ada yang menanyakan "makanan favorit" saya.
Bagi mantan pecandu, pemicu bisa berupa benda, lokasi, orang, situasi bahkan suatu perasaan. Jika ditinjau dari jenisnya, maka pemicu terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal yaitu yang berasal dari dalam diri, dan yang kedua adalah faktor eksternal, yaitu yang berasal dari luar.
ADVERTISEMENT
Faktor internal, merupakan pemicu yang berasal dari dalam diri individu. Yaitu perasaan negatif yang dapat berupa sedih, marah, kecewa, bosan, stress, cemburu, perasaan kesepian, bahkan perasaan senang, bahagia dan lain-lain. Perasaan tersebut berkaitan dengan situasi tertentu sehingga menjadi dorongan untuk menggunakan narkoba kembali.
Pemicu eksternal merupakan pemicu yang berasal dari luar individu. Contoh pemicu eksternal ini dapat berupa orang-orang tertentu, seperti teman sesama pemakai, pengedar atau kurir saat masih menggunakan narkoba. Selain itu dapat berupa benda-benda tertentu, seperti suntikan, botol, pipet dan lain-lain yang berkaitan dengan momen pemakaian. Suatu tempat atau jalan menuju suatu tempat juga dapat mejadi pemicu, seperti diskotek, rumah pengedar atau lokasi yang dulu sering digunakan untuk memakai narkoba. Situasi dan tekanan dari lingkungan sekitar dapat memicu terjadinya perasaan-perasaan tertentu sehingga mendorong terjadinya relapse.
ADVERTISEMENT
Pemicu ini berbeda-beda tiap individu, dan dapat pula menimbulkan reaksi yang berbeda. Dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi pemicu terbesar, maka mantan pecandu dapat mengantisipasi dengan melakukan tindakan pencegahan agar dapat mengendalikan keinginan untuk menggunakan narkoba kembali.
Pemicu dari internal dapat dikendalikan dengan cara lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, menguatkan tekad untuk tidak memakai narkoba kembali, menghargai pencapaian diri dan selalu memberi sugesti positif kepada diri sendiri. Hal ini membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekat, seperti pasangan, keluarga, sahabat, teman dan lingkungan sekitarnya.
Pemicu dari eksternal dapat diantisipasi dengan menghindari hal-hal yang menjadi pemicu. Mantan pecandu sedapat mungkin memutuskan hubungan dengan orang, tempat maupun benda-benda yang berkaitan dengan pemakaian narkoba. Mengganti nomor telepon, membuang barang-barang pemicu, bahkan jika memungkinkan untuk pindah tempat tinggal untuk menghindari teman-teman negatif, pengedar dan bandar.
ADVERTISEMENT
Ada seorang klien rehabilitasi, yang setelah dilakukan asesmen diketahui bahwa yang menjadi pemicunya adalah "saat gajian". Dia bercerita bahwa pada saat gajian inilah dia biasa menghabiskan sebagian besar uangnya untuk membeli narkoba dan berpesta dengan teman-temannya.
Untuk menghindari pemicu tersebut, maka seluruh gaji yang klien dapatkan akan diterima oleh istri klien, dan dikelola bersama untuk kebutuhan rumah tangga.
Oleh karena itu, untuk menghindari relapse dan menjaga pemulihan, mantan pecandu memerlukan dukungan dari seluruh pihak. Baik dari keluarga, masyarakat maupun pemerintah.