Konten dari Pengguna

Penanganan Dokter Hewan: Kanker Kulit pada Kucing yang Jarang Diketahui Khalayak

Febrizqy Fasyassir Fisqy
Mahasiswa Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga
25 Desember 2024 9:39 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Febrizqy Fasyassir Fisqy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
kunjungan Mahasiswa Kedokteran Hewan Universitas Airlangga di Klinik drh. Rizki Faraisa, Kamis (7/11/2024). Foto:Febrizqy Fasyassir Fisqy/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
kunjungan Mahasiswa Kedokteran Hewan Universitas Airlangga di Klinik drh. Rizki Faraisa, Kamis (7/11/2024). Foto:Febrizqy Fasyassir Fisqy/kumparan
ADVERTISEMENT
Kanker merupakan penyakit yang masih menjadi masalah serius di negara Indonesia. Kanker sendiri memiliki arti penyakit pertumbuhan sel yang tidak normal dan tidak terkendali. Kasus penyakit kanker semakin hari semakin bertambah di Indonesia. Faktor pemicunya juga bermacam-macam. Selain itu, munculnya kanker juga tidak bisa diprediksi tempatnya karena bisa muncul dimana saja dan penyakit kanker biasanya menyerang manusia. Menurut data Global Cancer Statistics (Globocoan) yang dirilis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2022 terdapat 408.661 kasus kanker baru dengan 242.988 kematian di Indonesia yang disebabkan oleh kanker. Kanker yang diderita juga bermacam-macam, mulai dari kanker payudara, kanker serviks, kanker paru, dan lain-lain. Di sisi lain, hewan juga bisa terkena penyakit kanker. Hewan seperti anjing, kucing, monyet, dan ikan biasanya yang terserang penyakit kanker. Masih sedikit orang yang mengetahui bahwa hewan juga bisa terkena penyakit kanker. Hal ini disebabkan jarang ditemukan kasus kanker pada hewan. Meski penyakit kanker jarang terjadi pada hewan, masalah ini juga harus diperhatikan.
ADVERTISEMENT
Di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, praktik dokter hewan milik drh. Rizki Faraisa pernah menerima pasien hewan yang menderita kanker kulit atau Squamos Cell Carcinoma (SCC). “Kucing ini menderita kanker kulit pada telinga yang diakibatkan paparan sinar matahari secara terus menerus karena sebelum diadopsi kucing ini adalah kucing jalanan,” kata drh Rizki Faraisa selaku pemilik praktik dokter hewan tersebut.
“Squamos Cell Carcinoma (SCC) merupakan tumor ganas yang berkembang dari epitelium skuamosa. Epitel skuamosa membentuk sebagian besar kulit, melapisi rongga mulut dan esofagus, dan membentuk dasar kuku dan bantalan kaki.” (Murphy, 2013). Pada pasien drh. Rizki Faraisa, kucing tersebut mengalami kanker kulit di area telinga. Pada area tersebut terlihat sedikit rambut sehingga menjadi peluang berkembangnya penyakit kanker kulit. Awal mula terjadinya kanker kulit berupa luka kecil, tetapi lama kelamaan menyebar di area telinga saja disertai pendarahan. Saat dilakukan penanganan oleh drh. Rizki Faraisa dengan diberikan antibiotik dan vitamin tidak bereaksi. Saat ini, kucing tersebut sudah meninggal ditengah akan dilakukan tindakan untuk amputasi telinganya. Tidak hanya menyerang area telinga saja, penyakit kanker kulit juga menyerang beberapa area yang memiliki sedikit rambut. “Tumor ini sering tumbuh pada area kulit yang jarang ditumbuhi rambut, seperti pinna telinga, kelopak mata, dan hidung.” (Layne A Elizabeth & Graham Melissa, 2016).
ADVERTISEMENT
“Seperti kebanyakan kanker, kanker ini adalah penyakit kucing yang lebih tua dengan usia rata-rata 10-12 tahun.”(Murphy, 2013). Hal ini mengartikan bahwa kebanyakan kucing yang terkena penyakit kanker kulit adalah kucing tua berumur 10-12 tahun. Kucing rata-rata memang memiliki angka hidup hanya sampai umur 12 tahun, jadi tidak heran pada umur 12 tahun banyak kucing yang rentan terserang penyakit.
Komunikasi yang Tepat
Penyakit kanker kulit pada hewan jarang ditemukan kasusnya. Jarang sekali pemilik hewan juga menyadari tentang penyakit ini. Dari sinilah dokter hewan memiliki peran penting dalam memberikan pemahaman pada pemilik hewan dengan komunikasi yang tepat agar pemilik hewan bisa memberikan kepercayaan kepada dokter hewan. Hal ini dilakukan untuk kepentingan bersama khususnya hewan agar ketika terjadi penyakit serius bisa segera ditangani.
ADVERTISEMENT
Memahami Perasaan
Dari kasus pasien drh. Rizki Faraisa bisa dilihat bagaimana dokter hewan menerapkan komunikasi yang tepat. Sebelum adanya pemeriksaan lebih lanjut, tentunya drh. Rizki Faraisa mewawancari pemilik hewan dahulu tentang kucingnya. Perasaan pemilik hewan yang sedih harus dipahami dahulu oleh dokter hewan agar pemilik hewan bisa menyampaikan apa yang sedang terjadi pada kucingnya secara jujur. Setelah pemilik hewan merasa perasaannya diterima baik oleh dokter hewan barulah dokter hewan menjelaskan apa yang sedang terjadi pada kucingnya. Komunikasi ini merupakan hal yang harus dilakukan oleh dokter hewan untuk mempermudah dokter hewan memberikan penanganan nantinya.
Informasi yang jujur dan jelas
Selain memahami perasaan pemilik hewan, dokter hewan juga harus memberikan informasi yang jujur dan mudah dipahami oleh pemilik hewan. Saat kucing tersebut didiagnosis penyakit kanker kulit, pastinya dokter hewan menjelaskan penyakit tersebut. Kata-kata yang dipakai disarankan mudah dipahami oleh pemilik hewan. Penyakit kanker kulit ini jarang terjadi di Indonesia, jadi sebelum menjelaskan dokter hewan juga harus mengetahui informasi tersebut secara akurat. Mencari sumber pada jurnal atau artikel yang jelas untuk membantu dokter hewan menjelaskan penyebab, gejala, faktor, dan lain-lain pada pemilik hewan.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya dalam segi memberikan penanganan, drh. Rizki Faraisa sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkannya. Sebelum didiagnosis penyakit kanker kulit, kucing tersebut sempat diberi vitamin dan antibiotik karena mengira penyakit tersebut hanya luka biasa. Semakin hari penyakit tersebut semakin melebar dan ada pendarahan sehingga drh. Rizki Faraisa mencari tahu lebih lanjut tentang penyakit kucing tersebut. Akhirnya, kucing tersebut didiagnosis menderita penyakit kanker kulit. Dirasa penyakit tersebut sudah parah, drh. Rizki Faraisa menjadwalkan untuk dilakukan amputasi pada telinga kucing agar tidak menyebar ke bagian tubuh kucing lainnya. Akan tetapi, kucing tersebut menghembuskan nafas terakhirnya lebih dulu sebelum sempat diamputasi.
Kesimpulan
Dari penanganan yang dilakukan drh. Rizki Faraisa bisa disimpulkan bahwa komunikasi yang terjalin antara pemilik hewan dan dokter hewan adalah hal penting untuk diterapkan. Memberikan rasa empati, memberikan informasi yang jujur, dan penanganan yang sesuai prosedur adalah bentuk komunikasi kesehatan antara drh. Rizki Faraisa dengan pemilik hewan. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan penanganan yang maksimal bagi kucing tersebut. Meskipun kucing tersebut mengalami penyakit yang jarang ditemukan, haruslah tertangani dengan baik dan tidak disepelekan untuk menyelamatkan kucing tersebut. dengan demikian, sebagai dokter hewan yang baik harus melakukan komunikasi kesehatan yang sudah diterpakan oleh drh. Rizki Faraisa.
ADVERTISEMENT
Referensi
Layne A Elizabeth, & Graham Melissa. (2016). Cutaneous squamous cell carcinoma manifesting follicular isthmus cysts in a cat. Journal of Feline Medicine and Surgery Open Reports.
Murphy, S. (2013). Cutaneous Squamous Cell Carcinoma in the Cat: Current understanding and treatment approaches. Journal of Feline Medicine and Surgery, 15(5), 401–407. https://doi.org/10.1177/1098612X13483238
World Health Organization (WHO). 2022. Population factsheets. Diakses 29 November 2024. https://gco.iarc.fr/today/en/fact-sheets-populations#countries