Konten dari Pengguna

Ancaman Politik Praktis dalam Sepak Bola Indonesia

Febryan Fitto P
Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Airlangga
29 Juni 2023 16:44 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Febryan Fitto P tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Alejandro Garnacho Ferreyra dari Argentina berebut bola dengan pemain Indonesia Asnawi Mangkualam dalam pertandingan sepak bola persahabatan mereka di Stadion Utama Gelora Bung Karno di Jakarta, Indonesia, Senin, (19/6/2023). Foto: Tatan Syuflana/AP Photo
zoom-in-whitePerbesar
Alejandro Garnacho Ferreyra dari Argentina berebut bola dengan pemain Indonesia Asnawi Mangkualam dalam pertandingan sepak bola persahabatan mereka di Stadion Utama Gelora Bung Karno di Jakarta, Indonesia, Senin, (19/6/2023). Foto: Tatan Syuflana/AP Photo
ADVERTISEMENT
Dalam dunia persepakbolaan Indonesia, terdapat beberapa ancaman politik praktis yang dapat menghambat perkembangan dan kemajuan olahraga ini. Bahkan menghambat beberapa bidang kemajuan yang akan diusung oleh PSSI. Hal yang pertama kita temui dalam ancaman politik praktis yaitu Intervensi politik yang merujuk pada campur tangan pihak-pihak politik dalam pengambilan keputusan atau pengelolaan sepakbola.
ADVERTISEMENT
Intervensi politik dapat terjadi ketika keputusan-keputusan terkait dengan regulasi, pengangkatan pengurus, atau pengelolaan kompetisi dipengaruhi oleh kepentingan politik daripada pertimbangan olahraga yang objektif. Salah satu ancaman terbesar adalah campur tangan politik dalam penyelenggaraan dan pengelolaan sepak bola. Partai politik sering mencoba menggunakan olahraga untuk tujuan politik mereka sendiri, seperti mempengaruhi pemilihan resmi asosiasi sepak bola atau sebagai alat klub sepak bola untuk mendapatkan dukungan politik.
Gangguan tersebut dapat mengganggu integritas kompetisi dan menghambat perkembangan sepakbola Indonesia.Intervensi politik dalam sepak bola berarti intervensi partai politik dalam penyelenggaraan dan pengelolaan olahraga ini. Campur tangan semacam itu dapat memengaruhi banyak aspek dunia sepak bola, termasuk pemilihan pengurus serikat, manajemen klub, keputusan teknis, dan bahkan hasil pertandingan.
ADVERTISEMENT
Dampak pada keputusan teknis menjadi hal yang umum dalam Partai politik untuk mencoba memengaruhi keputusan teknis dalam sepak bola, seperti pemilihan pelatih, komposisi timnas, atau keputusan wasit. Tujuan dari gangguan jenis ini bisa untuk memanipulasi hasil pertandingan atau untuk mendapatkan keuntungan politik dari kinerja tim atau klub tertentu.
Terutama yang paling fatal adalah mempengaruhi wasit dengan cara memesan wasit sebelum pertandingan lalu mempolitisasi wasit tersebut agar menjalankan suatu kepentingan yang sudah direncanakan dari awal oleh para penguasa. Lalu adanya penyalahgunaan dana dan sumber daya yang memicu intervensi politik dalam sepak bola juga dapat melibatkan pengelolaan keuangan dan sumber daya.
Partai politik dapat menggunakan dana publik atau negara untuk membiayai klub sepak bola atau memperoleh keuntungan finansial pribadi melalui nepotisme. Nepotisme ini juga menjadi masalah serius dalam regulasi sepak bola Indonesia. Praktik pemberian posisi dan keuntungan kepada orang-orang terdekat atau keluarga tanpa mempertimbangkan kualifikasi dan kemampuan mereka, mengakibatkan ketidakadilan dalam pengelolaan sepak bola. Hal ini dapat menghambat talenta-talenta muda yang berpotensi untuk berkembang dan memajukan olahraga sepak bola.
ADVERTISEMENT
Contoh intervensi politik yang terakhir ialah penyalahgunaan kekuasaan. Partai politik sepak bola juga dapat menyalahgunakan kekuasaan mereka untuk mendominasi pengambilan keputusan dan menekan oposisi. Mereka dapat memanipulasi peraturan, memblokir reformasi atau menekan suara-suara kritis yang dapat membahayakan posisi mereka. Efek pengaruh politik pada sepak bola bisa merugikan.
Hal ini dapat merugikan integritas kompetisi, merugikan perkembangan sepak bola, menghambat perkembangan bakat muda dan menurunkan minat masyarakat terhadap olahraga. Untuk mempromosikan integritas dan keadilan dalam sepak bola, penting untuk menjaga independensi dan otonomi federasi sepakbola dari intervensi politik yang tidak seharusnya. Prinsip-prinsip good governance dan transparansi harus ditegakkan dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan sepak bola, dengan melibatkan pihak-pihak yang berkompeten dan independen dalam proses pengambilan keputusan.
ADVERTISEMENT
Lanjut sebagai ancaman politik praktis dalam sepak bola yang kedua yaitu korupsi yang merupakan ancaman besar dalam sepak bola Indonesia. Korupsi bisa datang dalam berbagai bentuk, mulai dari pengelolaan dana hingga kontrak pemain hingga lisensi klub. Praktik korupsi ini merusak perkembangan sepak bola dan menghambat perkembangan bakat muda. Selain itu, korupsi dapat merusak citra sepak bola Indonesia di mata internasional.
Korupsi dalam sepakbola adalah penyalahgunaan kekuasaan, manipulasi atau penyelewengan dana yang terjadi di lingkungan sepak bola. Korupsi dalam sepak bola dapat menimpa berbagai pihak, antara lain pengurus serikat pekerja, pengurus klub, pemain, wasit, agen pemain dan pihak terkait lainnya. Berikut adalah beberapa contoh korupsi dalam sepak bola:
ADVERTISEMENT
Ancaman selanjutnya merujuk pada suatu lembaga yang menaungi sepak bola itu sendiri. Kurangnya stabilitas kelembagaan dalam sepak bola adalah masalah yang sering terjadi di berbagai tingkatan, mulai dari klub hingga federasi sepak bola. Sepak bola Indonesia memiliki masalah berkelanjutan dengan stabilitas kelembagaan. Seringnya pergantian kepemimpinan di asosiasi sepakbola dan klub-klub besar dapat mengganggu kelangsungan program pengembangan dan manajemen.
Ketidakstabilan ini berdampak negatif pada infrastruktur, pengembangan pemain, dan manajemen turnamen.Kurangnya stabilitas kelembagaan di dunia sepak bola terkait dengan ketidakstabilan administrasi, manajemen, dan politik di tingkat asosiasi sepak bola, klub, atau badan pengatur lainnya. Hal ini dapat memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap perkembangan dan kemajuan sepak bola. Berikut ini adalah beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kurangnya stabilitas institusional dalam sepak bola:
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ancaman yang terakhir adalah memicunya konflik kepentingan dalam sepakbola merujuk pada situasi di mana individu atau kelompok memiliki kepentingan yang saling bertentangan atau bersaing di dalam industri sepak bola. Konflik kepentingan dapat muncul di berbagai tingkatan, termasuk pemain, manajer, agen, klub, federasi, dan bahkan antara pemilik klub dan suporter.
Ada banyak kepentingan di balik sepak bola Indonesia termasuk kepentingan komersial, politik, dan individu. Konflik kepentingan dapat menghalangi pengambilan keputusan yang objektif dan berdampak negatif pada perkembangan sepak bola. Misalnya, kepentingan komersial dapat memprioritaskan keuntungan finansial daripada promosi sepak bola.
Konflik kepentingan dalam sepak bola mengacu pada situasi di mana individu atau kelompok memiliki kepentingan yang bertentangan atau bersaing dalam keputusan atau tindakan terkait sepak bola. Benturan kepentingan tersebut dapat mempengaruhi kejujuran, transparansi dan keadilan dalam penyelenggaraan olahraga ini. Berikut ini adalah contoh konflik kepentingan dalam sepak bola:
ADVERTISEMENT
1. Konflik kepentingan antara pengurus PSSI: Beberapa anggota PSSI mungkin memiliki kepentingan pribadi atau kelompok yang bersaing. Misalnya, konflik kepentingan mungkin terjadi antara kepentingan keuangan anggota dewan dan kepentingan pengembangan sepak bola secara keseluruhan. Bukan hanya soal anggota PSSI namun juga ada Konflik kepentingan terkait transfer pemain, konflik kepentingan dapat muncul saat mentransfer pemain. Agen pemain mungkin tertarik untuk memaksimalkan bayaran mereka, sementara klub dan pemain mungkin tertarik untuk menemukan kesepakatan terbaik. Konflik kepentingan tersebut dapat mempengaruhi harga transfer dan mengarah pada korupsi atau penyalahgunaan keuangan.
2. Konflik kepentingan antara klub dan pemain: Klub dan pemain sepak bola seringkali memiliki kepentingan yang berbeda dalam hal negosiasi kontrak dan gaji. Klub mungkin ingin membatasi pengeluaran dan memaksimalkan keuntungan, sementara pemain mungkin ingin mendapatkan kesepakatan yang menguntungkan dan remunerasi yang adil. Konflik kepentingan antara klub dan asosiasi juga bisa dikaitkan dengan konflik kepentingan. Terkadang klub dan asosiasi sepak bola memiliki kepentingan yang saling bertentangan. Misalnya, sebuah klub mungkin ingin mempertahankan pemainnya dalam pertandingan klub penting, sementara federasi mungkin ingin menggunakan mereka untuk pertandingan tim nasional. Konflik semacam itu dapat menyebabkan ketegangan antara klub dan asosiasi.
ADVERTISEMENT
3. Konflik kepentingan antara media dan asosiasi: Media tertarik untuk menerima berita eksklusif dan menarik untuk meningkatkan penjualan dan jumlah pembaca. Terkadang kepentingan media bisa bertentangan dengan kepentingan klub yang ingin menjaga kerahasiaan atau melindungi reputasi pemain atau pelatih. Bahkan akhir-akhir ini terjadi indikator kecurangan dalam salah satu media yaitu mencurangi siaran langsung sepakbola dengan menurunkan kualitas siaran demi meraup keuntungan yang lebih besar.
Langkah-langkah tegas dan terarah diperlukan untuk mengatasi ancaman-ancaman tersebut. Termasuk pemeriksaan ketat terhadap manajemen PSSI, penerapan hukum korupsi sepak bola secara ketat, peningkatan keamanan stadion, peningkatan stabilitas kelembagaan dan aturan konflik kepentingan.
Pendidikan sepakbola yang baik, kesadaran dan budaya juga harus ditekankan dalam jangka panjang untuk menciptakan lingkungan sepak bola yang lebih sehat dan profesional di Indonesia. Mengatasi ancaman politik praktis dalam sepak bola membutuhkan upaya yang berkelanjutan dan kolaborasi antara federasi sepak bola, klub, pemerintah, organisasi sepakbola internasional, dan masyarakat umum.
ADVERTISEMENT