Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
MeiTuan, Go-Food Versi China yang Diburu Pecinta Kuliner
30 Juni 2017 8:08 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
Tulisan dari Feby Dwi Sutianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bisnis kuliner di China saat ini berkembang pesat. Booming kuliner juga didukung dengan pesatnya perkembangan layanan aplikasi (Apps) berbasis ponsel pintar.
ADVERTISEMENT
Bergairahnya bisnis kuliner berbasis aplikasi di Negeri Tirai bambu tak lepas dari perkembangan ekonomi, teknologi hingga sistem pembayaran non tunai.
Sebagai ekonomi nomor 2 terbesar di dunia dengan jumlah penduduk mencapai 1,38 miliar pada tahun 2016, tak heran bila restoran hingga kafe di China akan penuh pada hari biasa maupun musim liburan.
Foto: Aplikasi MeiTuan
Di China terdapat berbagai macam aplikasi pembelian dan pemesanan kuliner berbasis smartphone, salah satunya bernama MeiTuan. Aplikasi ini biasa dipakai untuk memesan makanan di restoran, pengiriman makanan hingga pembelian tiket bioskop. Aplikasi besutan Alibaba Group dan Tencent Group yang mirip dengan layanan Go-Food di Indonesia ini telah memiliki 160 juta pengguna aktif dan 600 juta pengguna teregistrasi di 2016. Alhasil, MeiTuan dinobatkan sebagai aplikasi kuliner dengan pangsa pasar terbesar di China. Aplikasi ini tentunya sangat familiar bagi para traveler China yang berusia remaja hingga dewasa.
ADVERTISEMENT
Turis Bisa Berburu Kuliner 'Diskon'
Foto: Beburu Kuliner di Kota Xiamen
Aplikasi yang memiliki 400.000 mitra usaha restoran hingga kafe ini, sangat membantu para pelancong. Pelancong domestik bisa memanfaatkan aplikasi ini bila berkunjung ke obyek wisata di kota-kota China.
Dengan membuka aplikasi yang semuanya masih menggunakan Bahasa Mandarin ini, pengguna bisa memilih tempat makan dan nongkrong terdekat. Traveler bisa memesan menu sesuai 'kantong', dan tentunya bisa 'mengintip' makanan dan minuman berharga diskon. Bila ragu pada menu yang ditawarkan, pengguna bisa membaca komentar pelanggan.
Huo ShaSha dan saya, mencoba berburu kuliner di daerah Xiamen, Fujian China. Berbekal aplikasi ini, kami pertama kali bisa memperoleh es krim berharga RMB 1 atau setara Rp 2.000 per orang.
Foto: Es Krim Seharga RMB 1
ADVERTISEMENT
Padahal, kafe penjual es krim berada di kawasan wisata Siming, Daxue Lu yang menyajikan kuliner berharga relatif tinggi untuk budget pelajar. Tanpa aplikasi, harga es krim bisa dibanderol RMB 24 per orang. Tak hanya murah, suasana kafe bernuansa Jepang dan berpendingin udara bisa menjadi pilihan untuk mendinginkan suasana di tengah musim panas di China. Tentunya, kita bisa memanfaatkan wifi gratis di dalam Kafe.
"Ayo kita cari minum, aku dapat minuman jus ini di Kafe Toowoo, dia berjarak 0,5 km dari sini," ujar ShaSha.
Usai menyicipi es krim, kami meluncur. Namun, kami sudah melakukan pemesanan melalui aplikasi terlebih dahulu. Kami cukup membayar RMB 6,6 padahal harga normal sebesar RMB 21 atau setara Rp 42.000. Pembayaran dilakukan melalui aplikasi, alias non tunai.
Untungnya saya bersama ShaSha, mahasiswi lokal pada program jurnalistik di Xiamen University. ShaSha sangat membantu dalam proses pencarian karena kita beberapa kali harus bertanya ke warga dalam Bahasa Mandarin tentang lokasi kafe yang diincar.
ADVERTISEMENT
"Kalau bingung, kita bisa telepon kafenya saja karena di aplikasi, semua restoran dan kafe mencantumkan nomor teleponnya atau bisa juga tanya warga sekitar," tambahnya.
Sambil menyusuri jalan di tengah sinar matahari yang mulai meredup, kami akhirnya sampai di Kafe Toowoo. Ternyata, lokasinya tak jauh dari Xiamen University, Siming Campus atau tempat kami belajar.
Kepada pelayan kafe, kami cukup menunjukkan kode booking. Tak perlu menunggu lama, pelayan langsung membuat minuman yang dipesan. Sruppp, jus lemon dengan campuran mutiara membasahi tenggorokan. Tak berselang lama, perut kami mulai 'keroncongan'. Tandanya, kami lapar dan siap mencari makan malam. Kembali membuka aplikasi, kami menemukan kafe pizza bernama Aiyuanju.
Sempat salah alamat, kami akhirnya menelpon alamat kafe pizza. Ternyata, lokasinya hanya 20 meter dari kafe tempat membeli minuman.
ADVERTISEMENT
Cukup membayar RMB 20 untuk pizza ukuran medium dengan rasa durian. Tanpa aplikasi, traveler harus membayar harga normal RMB 68. Lumayan, kami cukup membayar sepertiga harga.
Pemilik Usaha Terbantu Adanya Aplikasi
Foto: Konfirmasi Kode Booking Makanan di Kafe Pizza
Di kafe pizza ini, kami sempat bertemu dan ngobrol santai dengan sang pemilik bernama Chen Tian He. Pria muda ini telah menggunakan aplikasi MeiTuan sejak kafe berdiri pada September 2016.
Ia beralasan, aplikasi ini membantu untuk mempromosikan kafenya karena tempat usahanya tidak berada di jalan utama. Di samping itu, aplikasi 'berburu' kuliner ini telah populer di kalangan traveler China.
"Saya tertarik gabung karena sangat membantu mempromosikan restoran saya. Di Xiamen merupakan kota wisata, banyak turis yang datang. Kemudian lokasi restoran saya tidak di jalan utama, dengan mempromosikan dan mendaftarkan di aplikasi, sangat membantu memperkenalkan restoran kami," tutur Chen.
Foto: Suasana Kafe Pizza Milik Chen
ADVERTISEMENT
Untuk registrasi, ia tak dipungut biaya. Pengelola aplikasi hanya menetapkan sistem bagi hasil sekitar 6 persen dari total transaksi. Bila ingin restorannya tampil secara berkala di halaman aplikasi pencarian makanan maka Chen harus membayar tambahan biaya.
"Untuk setiap trasaksi, kami dipotong sekitar 6 persen, seperti pembelian RMB 100, kita bayar biaya RMB 6. Kalau mau promosikan di aplikasi ada tambahan biaya lagi," sebutnya.
Rata-rata, pengguna aplikasi 'berburu' kuliner ini adalah anak-anak muda berusia mulai 20 sampai 30 tahun. Chen juga membuka sistem pembayaran non tunai atau non cash payment seperti WeChat hingga Alipay.
Semua Transaksi Dilakukan Non Tunai
Foto: Layanan Pembayaran Non Tunai Tersedia di Meja Kasir
Selain berbasis aplikasi, sistem pembayaran juga dilakukan secara non tunai. Layanan aplikasi 'berburu' kuliner terkoneksi dengan sistem pembayaran non tunai yang dikelola Tencent Group, WeChat.
ADVERTISEMENT
Praktis, setiap berburu kuliner, kami tak mengeluarkan pembayaran tunai alias uang masih utuh di dalam dompet yang tersimpan di kantong. Dompet kami hanya smartphone yang memiliki aplikasi pembayaran non tunai.
ShaSha, mengaku booming aplikasi kuliner di China sejalan dengan terkenalnya aplikasi pembayaran non tunai yang dikelola oleh Alipay dan WeChat.
"Booming aplikasi sudah 2-3 tahun lalu atau bertepatan dengan booming Alipay dan WeChat," sebutnya.
Foto: Salah Satu Ikon Kota Xiamen Terlihat dari dalam Kafe Pizza
Karena kemudahan pembayaran dan diskon yang ditawarkan, layanan pemesan makanan di MeiTuan telah tembus 10 juta transaksi setiap harinya.