Mengenal Lebih Dekat dengan Rendra Si Burung Merak

Feilasufa Sania
Mahasiswa aktif Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Konten dari Pengguna
14 Desember 2020 14:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Feilasufa Sania tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sumber: Konvergensi Majalah MATRA
Rendra merupakan penyair dan dramawan yang lahir di Solo, Jawa Tengah pada tanggal 7 November 1935 dan wafat tahun 2009 di Depok, Jawa Barat. Ia merupakan penyair dan dramawan terkemuka di Indonesia sejak tahun 1950-an.
ADVERTISEMENT
Si Burung Merak, dilansir dari detik.com pada 07 Agustus 2009, menurut sahabat dekat Rendra, Edi Haryono, berawal dari mengantar temannya dari Australia ke Yogya jalan-jalan ke Kebun Binatang Gembiraloka dan tiba di kandang merak, Rendra melihat seekor merak jantat berbuntut indah sedang dikerubungi merak-merak betina. Karena pada saat itu Rendra mempunyai dua istri yaitu Sunarti dan Sitoresmi. Dari kejadian itu, teman Rendra bercerita ke teman-teman yang lain, dari mulut ke mulut yang pada akhirnya Rendra dijuluki Si Burung Merak oleh temannya di Yogya. Edi juga mengaku bahwa Rendra memang mirip dengan merak, karena orangnya yang suka pamer seperti burung merak jantan yang suka memamerkan bulu-bulunya.
Dalam hidup Rendra, ia memiliki minat untuk menulis puisi yang telah tumbuh sejak ia duduk di bangku SMP kelas 2. Begitu juga terhadap drama dan cerita pendek pula terlihat sejak duduk di bangsu SMP.
ADVERTISEMENT
Riwayat Pendidikan
Riwayat pendidikan yang ditempuh oleh Rendra mulai tahun 1942 yaitu masuk taman kanak-kanak. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya hingga tahun 1952 ke SD, SMP, dan SMA yang semuanya ditempuh di sekolah Katolik, Solo, Jawa Tengah. Usai tamat dari SMA, Rendra memiliki niat untuk melanjutnkan studinya di Akademi Luar Negeri di Jakarta. Akan tetapi sekolah itu ditutup sebelum Rendra tiba di Jakarta. Akhirnya Rendra melanjutkan kuliah Yogyakarta, tepatnya di Jurusan Sastra Barat, Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, tetapi hanya mencapai gelar sarjana muda.
Tahun 1954, Rendra diundang oleh Pemerintah Amerika Serikat untuk menghadiri seminar tentang kesusastraan di Universitas Harvard. Rendra dapat berkeliling di Amerika selama dua bulan untuk mengenal lebih dekat kehidupan kesusastraan di Amerika Serikat. Tahun 1968, Rendra mendirikan Bengkel Teater yang kemudian menjadi sangat terkenal di Indonesia karena memberi warna dan suasana baru dalam kehidupan teater di Indonesia khusunya Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Kumpulan Karya
Kumpulan puisi dan esai miliknya adalah Balada Orang-Orang Tercinta (1957), Kumpulan Sajak (1961), Blues untuk Bonnie (1971), Sajak-Sajak Sepatu Tua (1972), Potret Pembangunan dalam Puisi (1983), Nyanyian Orang Urakan (1985), Disebabkan oleh Angin (1993), Orang-Orang Rangkasbitung (1993), dan esai Mempertimbangkan Tradisi (1983).
Selain menulis puisi dan esai, ia juga menulis naskah drama, di antaranya: Orang-orang di Tikungan Jalan (1954), Selamatkan Anak Cucu Sulaiman (1967), Mastodon dan Burung Kondor (1972), Kisah Perjuangan Suku Naga (1975), SEKDA (1977), dan Panembahan Reso (1986).
Beberapa karya yang lain telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman, Jepang, Hindi, dan Belanda.
Banyak karya-karya Rendra yang telah dimuat oleh media, di antaranya: tahun 1952 sajaknya terbit pertam akali di majalah Siasat; sepanjang tahun 1950-an puisi Rendra terus dimuat dalam Siasat, Kisah, Seni, Basis, dan Konfrontasi; tahun 1960-an sajak-sajak Rendra telah terbit dalam majalah Budaya, Indonesia, Mimbar Indonesia, Quadrant, Selecta, dan Horison.
ADVERTISEMENT
Tahun 1970-an sajak Rendra banyak dimuat di majalah Pelopor. Bakdi Sumanto mengatakan bahwa sejak tahun 1950-an Rendra sudah dikenal oleh masyarakat seniman di Surakarta. Rendra juga sudah mulai menulis drama sejak di bangku di SMA. Naskah drama itu juga memenangi hadiah pertama lomba penulisan lakon Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Yogyakarta tahun 1954.
Penghargaan yang Pernah Diraih
Rendra semasa hidupnya mendapat beberapa penghargaan dan hadiah, di antaranya:
1. Hadiah Sayembara Penulisan Drama dari Bagian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta (1954)
2. Hadiah Sastra Nasional BMKN (1956)
3. Anugerah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia (1970)
4. Hadiah Akademi Jakarta (1975)
5. Hadiah Yayasan Buku Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1976)
6. Penghargaan Adam Malik (1989)
ADVERTISEMENT
7. Penghargaan Achmad Bakri (2006)
Sumber