Konten dari Pengguna

Perjalanan di Kota Solo: Berakhir Menemukan Pesona Gramedia di Balik Tubuh Tua

Felda Athaya Nasywa Adila
Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta
23 Desember 2024 13:40 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Felda Athaya Nasywa Adila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perjalanan ini terjadi pada hari Senin, 16 Desember 2024, saat kebanyakan dari mahasiswa perguruan tinggi negeri sedang memasuki musim Ujian Akhir Semester (UAS). Hal ini juga terjadi dengan mahasiswa FISIP UNS sehingga kebanyakan dari mahasiswa disibukkan oleh tugas akhir yang diberikan dosen untuk melengkapi nilai UAS. Begitu pula yang terjadi dengan aku dan teman-teman: Nadia, Nabila, dan Hurin.
ADVERTISEMENT
Pagi itu, jarum jam menunjuk pukul 09.20 WIB, tetapi aku dan teman-teman sudah siap berkelana menjelajah hangatnya Kota Solo. Sebelumnya kami memang sudah berencana untuk mengerjakan tugas bersama di perpustakaan yang berada di dalam Monumen Pers Nasional (Monpersnas) yang berlokasi di Kecamatan Banjarsari, Surakarta. Perjalanan dari indekos menuju Monpersnas hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit saja dengan mengendarai motor. Kami menggunakan dua kendaraan motor, Hurin berbonceng dengan Nabila dan aku berbonceng dengan Nadia. Kami mengerjakan tugas cukup lama, sampai bunyi perut yang mengingatkan kami untuk segera menyudahi pekerjaan tersebut.
Pukul 14.30 WIB, dengan cuaca berawan, langit berwarna abu-abu, dan suhu udara mulai menurunkan derajatnya, kami beranjak dari Monpersnas menuju tempat makan yang dekat dengan lokasi kami. Jaraknya menempuh waktu sekitar 10 menit apabila kami mengendarai motor. Kami akhirnya sampai di tempat makan yang cukup terkenal di Kota Solo, yaitu Penyetan 45 Cabang Alun-Alun Utara. Sembari makan kami juga memikirkan tempat yang cocok untuk kami singgahi selanjutnya sehabis kami makan.
ADVERTISEMENT
“Eh ayo kita ke Gramedia aja, aku pengen liat-liat buku,” ucapku kepada teman-teman dan mereka semua menyetujui saranku tersebut.
“Ayo! Aku udah lama ga ke Gramedia, kangen pergi ke Gramedia langsung karena selama ini cuma bisa beli buku lewat E-Commerce. Soalnya belum ada waktu buat pergi ke Gramedia,” ujar Nadia dengan semangat, pasalnya Nadia memang terkenal suka membaca buku novel di antara kami berempat.
Kami banyak berbincang sembari menghabiskan makanan. Namun, cuaca berkehendak lain, tiba-tiba rintik air mulai turun satu persatu jatuh dari langit. HUJAN! Memang cuaca Kota Solo akhir-akhir ini tidak bersahabat karena sudah memasuki musim hujan. Kami tetap menunggu di tempat makan sampai hujannya sedikit mereda. Sekitar pukul 15.30 WIB, hujan meninggalkan rintikan tipis yang masih berjatuhan, kami pun bergegas pergi menuju Gramedia yang sudah direncanakan menggunakan kendaraan kami masing-masing.
ADVERTISEMENT
Surakarta atau akrab disebut Kota Solo merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki cara tersendiri untuk menarik wisatawan dari berbagai daerah. Kota tersebut menawarkan berbagai tempat wisata, baik dari wisata tradisional, seperti keraton hingga pasar tradisional yang memiliki nuansa khas Jawa, maupun wisata modern, seperti pusat perbelanjaan atau pun tempat hiburan lainnya. Seperti saat itu, tempat yang akan menjadi tujuan kami selanjutnya merupakan salah satu tempat yang ramai dikunjungi oleh wisatawan, termasuk juga pecinta buku.
Kami menyusuri Jalan Slamet Riyadi ditemani dengan rintik gerimis yang mulai berkurang dan laju kendaraan lain yang seakan-akan berada dalam sirkuit perlombaan guna menghindar dari gerimis. Tak perlu waktu lama, pupil mataku melihat sebuah bangunan dengan gaya arsitektur lama tetapi masih terlihat kokoh. Di depan bangunan tersebut terdapat pagar bertuliskan “GRAMEDIA”, kami pun membelokkan kendaraan yang kami gunakan menuju tempat tersebut.
Sumber pribadi: Tampilan luar Gramedia Slamet Riyadi yang memiliki nuansa Vintage.
Parkiran mobil yang berada di depan bangunan langsung terlihat apabila memasuki wilayah Gramedia. Berhubung kami menggunakan motor, maka kami menuju basement karena letak parkir motor berada di bawah gedung tersebut.
ADVERTISEMENT
Memasuki daerah basement, pupil mataku langsung menangkap pameran yang diadakan oleh Gramedia. Pasalnya pameran ini memakan lahan parkir sehingga kami akan dengan mudah melihatnya. Pameran dengan nama “Buka Gudang” tersebut menjual buku dengan harga yang dimulai dari Rp10.000,00. Di depan pameran tersebut kami langsung bisa melihat pintu yang menghubungkan antara parkiran basement dengan gedung utama Gramedia. Tepat di samping pintu tersebut terdapat sebuah tenant minuman yang menjual berbagai olahan teh dengan merek “Teh Jawa”. Kami berempat menuju lantai dasar gedung utama Gramedia melalui tangga dengan atap kaca transparan yang memayungi serta aroma wangi khas manis popcorn. Aku terkejut, pasalnya bagian dalam Gramedia ini tidak sesuai dengan bentuk luarnya.
Sumber pribadi: Pintu masuk yang menghubungkan basement dengan lantai dasar Gramedia Slamet Riyadi.
“Di dalam tubuh tua terdapat jiwa muda yang menggelora”. Begitulah ungkapan yang cocok untuk menggambarkan keadaan Gramedia yang berada di tengah hiruk pikuk kehidupan Kota Surakarta, yaitu Gramedia Slamet Riyadi. Gramedia yang terletak di tengah kota tersebut sangat menggambarkan slogan dari Kota Solo yaitu “The Spirit of Java” yang memiliki arti Jiwanya Jawa. Pasalnya Gramedia ini memiliki bangunan unik yang masih mempertahankan gaya arsitektur lama di bagian luarnya sehingga berbeda dari gedung Gramedia lainnya.
ADVERTISEMENT
Jalan menuju pintu masuk utama gedung Gramedia berbentuk simpang empat. Apabila kami masuk melalui basement, maka ketika kami menaiki tangga dan berjalan lurus akan menemukan bagian luar Gramedia, apabila kami belok ke kanan akan masuk ke pintu utama gedung Gramedia, dan apabila kami belok ke kiri akan disuguhkan sebuah restoran bernama Moco Roso dengan nuansa Vintage yang padu dengan menu Nusantara yang disajikan.
Sumber Pribadi: Pintu utama Gramedia Slamet Riyadi.
Sumber pribadi: Pintu masuk Restoran “Moco Roso” yang berada di dalam Gramedia Slamet Riyadi.
Kami berempat tentu memilih belok ke kanan dengan mata yang langsung disambut barang-barang yang tersusun rapi di dalam rak serta ornamen natal yang menghiasi sisi pintu masuk.
Sumber pribadi: Ornamen Natal yang berada di sisi pintu masuk utama Gramedia Slamet Riyadi.
Meskipun bagian dalam gedung terlihat lebih modern, tetapi Gramedia Slamet Riyadi ini tidak menghilangkan ciri khas vintage-nya tersebut. Pasalnya, lantai yang digunakan oleh Gramedia Slamet Riyadi masih menggunakan lantai keramik jadul dengan corak warna putih, coklat dan krim yang terpasang serta plafon kotak-kotak sehingga menambah kesan vintage di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Sumber Pribadi: Corak lantai dan bentuk plafon Gramedia Slamet Riyadi.
Gramedia ini memiliki dua lantai. Lantai pertama diisi dengan barang keperluan sekolah dan kantor, seperti alat tulis, mainan, tas, hingga baju. Di lantai dua barulah berisi buku-buku yang Gramedia jual.
Sumber Pribadi: Beberapa barang, dari sekian banyak barang yang dijual di lantai pertama Gramedia Slamet Riyadi.
Tak berlama-lama di lantai pertama, kami berempat menuju tangga yang menjadi penghubung antara lantai pertama dengan lantai kedua. Tangga dengan bentuk berkelok serta plafon yang dilapisi lampu ini berada di tengah ruangan sehingga pengunjung akan dengan mudah melihatnya.
Sumber Pribadi: Tangga berkelok yang menghubungkan lantai pertama dengan lantai dua Gramedia Slamet Riyadi.
Begitu memasuki lantai dua, mata aku langsung menangkap banyak rak yang disusun sedemikian rupa dengan buku yang memenuhi. Aku dan teman-teman langsung menuju ke bagian buku novel.
“Eh buku ini bagus tau,”
“aku pengen beli buku ini,”
“penulis ini bagus, aku suka novel-novelnya.”
ADVERTISEMENT
Ucap Nadia yang excited karena berada di dalam ruang favorit nya, yaitu ruangan yang penuh dengan novel.
“Eh rekomendasiin buku yang bagus dong,”
“buku ini ceritanya kayak gimana, Nad?”
“aku pengen beli buku, tapi bingung buku yang gimana.”
Ucapku, Hurin, dan Nabila yang bersautan satu sama lain karena ingin bertanya dengan Nadia.
Nadia dengan senang hati menjawab semua pertanyaan teman-temannya. Kami bertiga seperti dipandu oleh sosok tour guide, pasalnya kami hanya mengikuti gerak Nadia yang sedang menjelaskan sinopsis semua novel yang ia ketahui, sembari menjawab beberapa pertanyaan random kami bertiga. Kami menghabiskan waktu di Gramedia Slamet Riyadi sekitar 50 menit untuk memutarinya. Tak terasa juga, awan mulai berkumpul kembali membentuk gumpalan gelap, pasalnya kami semua tidak menyadari bahwa selama melihat-lihat novel, keadaan di luar sudah tidak hujan ataupun gerimis.
ADVERTISEMENT
Gramedia Slamet Riyadi menandakan berakhirnya kegiatan kami berempat di hari itu. Nadia memberi pendapatnya, “Sebenernya di dalam Gramedia Slamet Riyadi ini biasa saja, tetapi, kamu taukan yang dari basement terus kita mau masuk ke toko Gramedia? Itu kan kita harus naik tangga, itu tuh kaya lucu gitu loh, terus ada kafe dan resto yang masih vintage jadi ya vibes-nya beda”.
Aku setuju dengan pernyataan Nadia tersebut. Meskipun Gramedia Slamet Riyadi bagian dalamnya terlihat lebih modern daripada tampilan luarnya, tetapi ornamen di dalamnya sangat berbeda dibandingkan Gramedia lainnya. Didukung dengan restoran yang memiliki tema vintage juga menjadi daya tarik tersendiri dan menambah kenyamanan pengunjung di tempat tersebut. Pasalnya tidak semua orang yang datang ke Gramedia akan membeli buku, sehingga hal ini bisa menjadi opsi lain bagi pengunjung yang tidak ingin membeli buku tetapi ingin menikmati suasana Gramedia.
ADVERTISEMENT
Perpaduan nuansa vintage dan modern yang diperlihatkan Gramedia Slamet Riyadi sungguh menghidupkan atmosfer yang unik, menarik, dan dapat memikat pengunjung yang melihatnya. Dengan mempertahankan karakter asli bangunan yang sudah menjadi ciri khas bertahun-tahun, Gramedia ini tetap berhasil menambahkan sentuhan modern yang relevan dengan perkembangan zaman. Hal ini menunjukkan bahwa Gramedia Slamet Riyadi memiliki keinginan untuk tetap eksis di tengah perubahan zaman dengan tetap mempertahankan ciri khas dan sejarahnya. Dengan begitu, Gramedia Slamet Riyadi berhasil membuat banyak orang menikmati perjalanan lintas waktu sambil tetap terhubung dengan kebutuhan masa kini.