Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Manusia Perasa, Memanusiakan Manusia
26 November 2023 15:18 WIB
Tulisan dari Felicia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Manusia adalah makhluk perasa yang mudah bahagia dan kecewa, dan baiknya kita tidak lupa apa itu daratan.
ADVERTISEMENT
Sebagai manusia yang memiliki perasaan, maka akan ada waktu di mana kita merasa terbang begitu jauh, ke langit yang entah sudah berapa lapis kita lewati, ke alam semesta yang tidak punya ujungnya. Di sini, saya ingin membagikan pemahaman mengenai apakah setelah terbang tinggi, kita akan jatuh lagi?
Setelah terbang tinggi, maka harapan yang sebelumnya kita tanam dalam diri kita sendiri tentu akan ikut terbang tinggi. Kita merasa layak, dan kita merasa telah berhasil memenuhi harapan-harapan yang telah dinanti. Kemudian ketika kita sudah terbang terlalu tinggi, maka kita lupa siapa diri kita yang pernah berada di atas daratan. Kita lupa bahwa daratan adalah garis mulai yang menuntun kita pada angkasa luas. Sehingga ketika kita jatuh, maka kita akan merasa kecewa dan merasa semuanya sia-sia.
Sebagai manusia yang memiliki perasaan tentu kita harus berhati-hati, sebab perasaan adalah bagian sensitif yang sering kali melarikan diri dari kendali kita. Ketika perasaan yang terlampau puas itu berlari begitu jauh, maka bayangkan saja ada bayangan yang berlari kencang berusaha menggapai perasaaan senang itu supaya tidak tersesat dan membawa kita pada kekecewaan.
ADVERTISEMENT
Belakangan saya mendengar ada banyak kesenangan dari orang-orang sekitar, mereka pun mulai membandingkan, terlalu meninggikan diri mereka sendiri, lepas dari kendali sendiri, hingga lupa bahwa manusia yang bahagia bisa saja kembali ke titik baru di esok hari.
Ibarat kata mereka sudah berdiri di atas langit, lalu mereka berbicara dan menundukan kepala menatap kita yang masih ada di bawah. Maksud saya adalah, tidakkah sebaiknya kita tetap bersikap bahagia namun tidak lupa untuk mengontrol diri? Kemudian ketika orang-orang itu kembali jatuh ke daratan, maka mereka kecewa dan malah menyalahkan situasi dan kondisi yang baik ada di dalam diri mereka maupun yang ada di sekitar mereka.
Maka saya belajar dari mereka bahwa, kesenangan hanya di pinjamkan dan mungkin kita hanyalah penyewa yang lihai. Mungkin, kita sebagai manusia yang punya perasaan alangkah baiknya kita masih tahu diri, tidak lupa dari mana kita berasal, bersyukur kepada proses yang telah menuntun kita pada kesuksesan, tidak meninggikan diri sendiri terlalu berlebihan, dan tidak terlalu merendahkan orang lain.
Maka saya ingin mengajak teman-teman pembaca sekalian bahwasanya, marilah kita menjadi orang yang sangat gembira atas apa yang telah kita dapatkan, atas harapan yang telah berhasil kita capai, atas usaha yang melelahkan dan menghasilkan kebahagiaan dan kepuasan. Namun mari tetap menjadi manusia perasa yang tetap memanusiakan manusia, tetap menjadi orang yang rendah hati, masih mengingat tiap episode yang pernah membawa kita pada kesulitan, sehingga kita pun bisa belajar untuk menghargai orang lain.
ADVERTISEMENT
Sebagai manusia yang memiliki perasaan, cukup baik jika kita tidak terlalu berlebihan, karena takutnya suatu hari kita jatuh dan kembali ke garis mulai yang kemudian menghasilkan kecewa yang begitu menyakitkan. Mari kita sama-sama menjadi manusia sukses baik di dalam diri maupun di luar diri. Maka saya berharap semoga tulisan saya dapat menjadi pengingat untuk semua orang. Saya berharap, semoga kita bisa bahagia dengan ukuran yang tidak membawa kita pada arus kesombongan diri.
Bak air yang sudah memenuhi satu gelas minuman, ketika ditambahkan airnya, maka airnya akan tumpah dan mulai banyak yang berhamburan ke bawah.
Sebagai manusia yang memiliki perasaan, mari kita menjadi perasa yang baik dan tetap memanusiakan manusia.
ADVERTISEMENT