Melewati Episode Patah Hati

Felicia
Mahasiswa Manajemen 2022 Universitas Pembangunan Jaya (UPJ)
Konten dari Pengguna
13 Juni 2023 15:49 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Felicia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perempuan patah hati. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan patah hati. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Melewati episode kehidupan yang tak kunjung selesai namun selalu bisa kita lewatkan dengan lapang dada yang telanjur nyeri dan nyelekit.
ADVERTISEMENT
Hari demi hari tidak pernah terlewati dari yang namanya perasaan, dan itu sangatlah manusiawi. Setiap hari adalah episode kehidupan yang diizinkan waktu untuk terus maju melewati banyak rintangan demi rintangan. Alih-alih sejauh mana kita berjalan, ternyata sejauh ini kita ada untuk mencari kebahagiaan. Tidak mungkin ada manusia yang terus mendambakan lawan kata dari bahagia, dan kita adalah manusia yang gemar memperjuangkan keberhasilan dan kebahagiaan.
Terus mencoba dan mencoba, berlari dan mendaki, jatuh lalu bangkit kembali, semuanya sudah kita lakukan berulang-ulang kali. Ada kalanya kita ingin berhenti, namun mau sekuat apa pun keinginan itu memberi perintah, kita punya suara hati yang mampu membuat kita kembali menopang beban berat di pundak.
Seharusnya kita sudah kalah sejak dahulu, seharusnya kita sudah tidak mampu melawan segala perasaan tidak baik yang terus tumbuh dalam beberapa aspek yang muncul dalam segala cara yang telah kita lakukan. Namun, ternyata kita selalu bangkit, dan tanpa kita sadari kita mampu melakukannya.
ADVERTISEMENT
Sesulit apa pun kedengarannya, pencapaian demi pencapaian yang ada dan yang telanjur hilang seiring silih datang berganti dengan banyak versi. Ternyata, ada rancangan keberhasilan dari segala cobaan yang gemar mendekati. Kita dituntun untuk maju oleh detik, menit, jam, hari, bulan, dan tahun. Satu langkah kaki yang tidak pernah membawa kita mundur, umur yang bertambah juga tidak pernah berkurang.
Ternyata benar, kita hanyalah manusia perasa, merasa bahwa ada beberapa hal yang berhenti, merasa ada yang tidak pernah maju mengikuti lantunan proses, dan beberapa kekecewaan membuat kita merasa bahwa semuanya sia-sia dan kita dipaksa untuk berhenti. Namun, apakah benar kita berhenti? Sekarang ada di mana kita berdiri? Apakah sejak dahulu kita benar-benar berhenti? Mari kita lihat besok, kegiatan yang sama pun bisa menghasilkan makna yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Patah hati timbul karena perasaan, itu normal, karena kita manusia perasa yang butuh sekuat tenaga untuk mengendalikan perasaan agar pikiran tidak mengendalikan kita. Bayangkan sejauh ini kita membiarkan diri kita sendiri patah hati terlalu dalam, maka selanjutnya hal-hal yang tidak baik-baik saja akan timbul sebagaimana itu adalah pikiran untuk melakukan cara paling cepat yang ditimbulkan oleh pikiran yang telanjur putus asa.
Berbeda dengan perasaan sejenis bahagia. Perasaan semacam itu akan menuntun kita pada aliran yang positif, dan dampaknya tentu baik-baik saja. Adakah manusia yang kecewa dirinya bahagia? Lagipula, tidak ada orang yang menolak kebahagiaan.
Lagipula kita butuh banyak episode kehidupan, bukan? Supaya tetap tumbuh dan menjadi kepribadian yang lebih baik lagi. Juga, episode kehidupan, semakin bertumbuhnya kita, yang sejenis patah hati lebih gemar muncul datang tanpa diundang kepada kita.
ADVERTISEMENT
Episode patah hati, episode paling bahagia, paling kecewa, paling tidak masuk akal, paling tidak dimengerti, dan semua episode lainnya akan ada setiap harinya. Bahwasanya, kita adalah tokoh utama di kehidupan diri kita sendiri. Maka cara menjadi tokoh yang mampu menamatkan episodenya ialah dengan melakukan cara terbaik untuk melewati seluruh episode yang menanti kita di masa depan.
Jadilah tokoh yang selalu semangat dan jangan pantang menyerah, karena itu membawa kita pada alur yang selalu punya cara terbaik di antara yang terbaik. Karena pada akhirnya, episode kehidupan kita bergantung pada diri kita sendiri, tergantung bagaimana cara kita menyikapi segala hal yang telah di beri.