Menyikapi Kata dan Kalimat dalam Sebuah Seni

Felicia
Mahasiswa Manajemen 2022 Universitas Pembangunan Jaya (UPJ)
Konten dari Pengguna
9 Agustus 2023 10:57 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Felicia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi blonde caucasian woman  likes customer service. Sumber: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi blonde caucasian woman likes customer service. Sumber: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seni dalam berbicara adalah nilai estetika yang terkandung dalam kalimat dan kata yang diujarkan. Seni bisa menyangkut banyak nilai estetika dalam segala hal, terutama yang ingin saya bagi serta sampaikan kepada teman-teman sekalian ialah tentang seni dalam sebuah bicara.
ADVERTISEMENT
Seni berbicara adalah cara atau tutur kata yang dapat kita ungkapkan dengan baik dan benar. Tentu bukan saya seorang saja yang pernah mengalami perasaan buruk ketika seseorang tanpa ragu mengungkapkan sesuatu yang begitu tidak mengenakan hati, saya yakin semua orang di dunia pernah mengalaminya.
Berbicara soal seni, bicara pun juga memiliki nilai estetikanya. Berbicara adalah pengaruh paling dominan ketika kita akan berbicara atau mengungkapkan sesuatu kepada orang lain. Tentu sebagai manusia, sebelum kita betul-betul mengerti harus bagaimana menghadapi orang lain, orang tua kita selalu mengatakan bahwa kita tidak boleh melupakan bagaimana caranya bersikap baik kepada orang lain, kita harus tahu mana orang yang baik dan mana yang tidak, juga kita diajarkan untuk selalu belajar menyusun tutur kata supaya tidak menyinggung perasaan orang lain.
ADVERTISEMENT
Demikianlah artikel ini saya nyatakan sebagai ‘Seni dalam Berbicara’ karena bahwasanya sampai kita sedewasa ini pun orang lain masih banyak yang tidak pernah ragu untuk melontarkan kata-kata dan kalimat yang tidak seharusnya mereka katakan.
Berbicaralah dengan tutur kata yang sopan. Tentu sebagai manusia kita tahu mana kalimat yang bisa menyinggung mereka dan mana yang tidak, tetapi seringkali kita mudah melupakan apa yang seharusnya tidak kita katakan kepada mereka. Sebaiknya berbicara itu memiliki etika jika tidak ingin merusak suasana hati seseorang, karena hal tersebut bisa sangat menyakitkan untuk mereka dengar.
Maka dari itu, mungkin soal etika berbicara bisa sama-sama kita artikan sebagai seni. Tentu seni selalu memiliki unsur keindahan, kan? Tidak ada orang yang membenci keindahan, tidak ada orang yang menolak keindahan. Maka, berbicara menggunakan seni tentu juga akan diterima orang-orang, berbicara dengan mereka menggunakan seni berbicara tentu akan menghangatkan perbincangan. Tidak ada yang tersinggung, tidak ada yang marah, tidak ada yang merasa sakit hati dan memendamnya terlalu dalam.
ADVERTISEMENT
Barangkali jika kita mengingat bahwa berbicara juga memiliki unsur seninya, kita bisa sama-sama belajar bahwa berbicara bukan soal mengungkapkan kalimat saja dari mulut, tetapi juga memiliki etika dalam penyampaian tutur kata.
Ilustrasi polite woman covering her mouth table. Sumber: Shutterstock
Saya teringat apa yang pernah dikatakan oleh Lee Ji-eun atau yang sering dikenal sebagai IU yang merupakan seorang penyanyi, penulis lagi, dan aktris yang berasal dari Korea Selatan, bahwa “Jangan menambah komentar jahat. Jika kalian mengatakan hal buruk kepada orang lain, semuanya akan kembali kepada kalian. Jangan mengutuk, berhati-hatilah dengan kata-kata kalian dan gunakan kata-kata yang bagus.”
Bahwasanya, kekerasan tidak selalu bersifat fisik, luka tidak selalu mengeluarkan darah, luka tidak selalu tentang ada di tubuh fisik kita yang memiliki rupa dan kita dapat melihat luka tersebut. Luka dari perkataan biasanya lebih menusuk dan lebih sakit, dan kita perlu sama-sama belajar untuk tidak melukai orang lain baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Jika kita tidak sengaja dan sadar bahwa mereka terluka dengan perkataan yang kita ucapkan, maka segeralah meminta maaf.
ADVERTISEMENT
Berbicara hal-hal yang tidak baik tanpa berpikir panjang terlebih dahulu itu sama seperti membunuh seseorang tanpa disadari. Maka dari itu, baik saya maupun dengan teman-teman sekalian, marilah kita menjadikan berbicara itu sebagai seni. Mari kita tidak melupakan apa itu sopan santun, mari kita sama-sama belajar berpikir terlebih dahulu sebelum berkomentar kepada orang lain.
Percaya tidak percaya, takutnya perkataan buruk yang kita sampaikan bisa saja berbalik menyerang kita. Lagipula, tidak ada salahnya kita kembali membaca atau mengingat sesuatu tentang cara berbicara yang baik dan benar. Tidak ada salahnya kita menjaga mulut kita untuk tidak berkomentar buruk kepada orang lain.
Demikianlah yang ingin saya sampaikan, kiranya semoga tulisan saya bisa menjadi wadah belajar kita semua tentang berbicara yang juga memiliki seni dengan unsur keindahannya.
ADVERTISEMENT