Untukmu yang Merasa Tertinggal

Felicia
Mahasiswa Manajemen 2022 Universitas Pembangunan Jaya (UPJ)
Konten dari Pengguna
30 Juni 2023 22:18 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Felicia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi young sportive girl black sportswear standing. Sumber: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi young sportive girl black sportswear standing. Sumber: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Untukmu yang merasa tertinggal, untukmu yang merasa sudah tidak lagi sebanding dengan mereka.
ADVERTISEMENT
Sebetulnya menjalani setiap proses untuk menghasilkan apa yang kita impikan atau untuk apa yang ingin kita wujudkan tentu tidak mudah jalannya. Ada kalanya ketika kita sedang berjuang, ada saja perbanding yang dilakukan baik secara verbal maupun nonverbal. Kita dibuat menyerah sebelum berusaha, kita dibuat merasa sia-sia sebelum tahu hasil akhirnya bagaimana.
Setelah ada perbandingan, muncul lah yang namanya merasa tertinggal. Barangkali teman-teman sekalian sedang ada di fase ini, barangkali teman-teman sekalian ingin sama-sama berbagi apa yang kalian rasakan dari kata tertinggal itu.
Semua orang akan merasa begitu ketika orang lain akan sengaja maupun tidak sengaja berkata dengan membanding-bandingkan atas usaha mereka dengan kita. Ketika kita dan mereka sedang menjalani kegiatan yang sama, namun ternyata dia lebih dulu selesai dan kita tidak. Teman-teman sekalian ketahuilah bahwasanya lantunan prosesnya saja yang berbeda, dan baik mereka maupun kita, kita punya waktu milik kita sendiri untuk selesai mewujudkan tujuan, dan hasil usaha tentu berbeda-beda disetiap orang.
ADVERTISEMENT
Kesempatan selalu datang berkali-kali, inilah jawabannya. Jika teman-teman sekalian sedang merasa tertinggal, maka jangan khawatir sebab kita masih punya banyak kesempatan untuk melakukannya kembali dengan perkembangan yang baru dan berbeda dari sebelumnya. Selagi ada waktunya, maka lakukanlah sebaik-baiknya.
Ilustrasi strong woman fist sky people mental. Sumber: Shutterstock
Meski kita akan merasa bahwa hal yang terlambat itu sudah sebagai kegagalan, mari kita berpikir bahwa hal tersebut bukanlah kegagalan melainkan hanyalah hambatan. Jadikan hambatan bukan ada sebagai keterlambatan, lagipula hambatan ada sebagai bagian dari kehidupan.
Setiap manusia hidup dengan tempo, irama, dan episode yang berbeda-beda. Jika mereka berhasil lebih cepat, maka kita bukan berarti terlambat atau gagal, tapi kita hanya diberikan waktu lebih lama untuk menyempurnakan apa yang ingin kita wujudkan. Sehingga ketika kita berhasil melalui semua perjalanannya, maka kita akan terkejut bahwa ternyata selama ini kita tidak sia-sia melalui semuanya. Kita merasa bahwa yang tadinya kita pikir tidak akan mungkin bisa diwujudkan ternyata masih mungkin untuk terjadi.
ADVERTISEMENT
Biarkan tuduhan demi tuduhan tentang keterlambatan, lemah, dan tidak tahu apa-apa melantun bagai angin yang berhembus, biarkan kita tetap sejuk dengan angin-angin itu tanpa ada rasa kepedulian atas tuduhan yang terjadi kepada kita. Lagipula hanya kita sendiri yang tahu atas pengalaman yang kita lalui, atas perjalanan yang panjang dan tidak mudah.
Teman-teman sekalian, mari kita hidup dengan apa yang kita punya, dengan kesempatan yang datang kepada kita, dan dengan hambatan yang menjadi bagian dari kehidupan. Mari menjadi diri sendiri yang percaya pada setiap perjalan yang kita lalui, mari biarkan tuduhan-tuduhan yang membuat kita merasa terlambat mencapai sebuah perwujudan menjadi angin lewat belaka.
Bahwasanya hanya kita yang tahu, hanya kita yang mengerti atas diri kita sendiri, atas apa yang telah kita usahakan dengan tidak mudahnya. Maka, kita bukannya tertinggal tetapi hanya memiliki kesempatan untuk menyempurnakan perwujudan. Selagi kesempatan datang tanpa dipinta, terima dan lakukan. Karena kesempatan itu mahal, dan tidak mudah pula meraih kesempatan yang panjang dan di dapat berkali-kali.
ADVERTISEMENT