Konten dari Pengguna

Artificial Intelligence dalam Konteks Sastra yang Perlu Diperhatikan

Riska Rahayu Roisiah
Peneliti Surabaya Academia Forum Universitas Muhammadiyah Surabaya
24 Juni 2023 19:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Riska Rahayu Roisiah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) telah membawa dampak signifikan di berbagai bidang, termasuk sastra. Meskipun kemampuan AI dalam menghasilkan teks yang koheren dan terstruktur telah menunjukkan kemajuan yang mengesankan. Seperti kemampuannya dalam menghasilkan karya-karya kreatif, seperti puisi, cerita, dan lagu. Namun tetap ada kekurangan dan keterbatasan dalam penerapan AI dalam dunia sastra. Berikut adalah beberapa kekurangan utama AI dalam sastra:
Ilustrasi Artificial Intellegence, Sumber: Shutterstock
Kekurangan pertama yang sangat signifikan adalah Kreativitas dan Emosi: Salah satu hal utama yang membedakan karya sastra manusia adalah kekayaan emosi dan kreativitas yang dituangkan dalam tulisan. Sastra melibatkan ekspresi dan interpretasi emosi kompleks yang sulit diukur atau dipahami sepenuhnya oleh AI. AI masih sulit untuk menangkap dan mereproduksi esensi kreativitas dan emosi manusia secara otentik. Pada dasarnya, AI beroperasi berdasarkan algoritma dan pola yang telah diprogram sebelumnya, sehingga sulit bagi AI untuk menghasilkan teks yang benar-benar orisinal dan memiliki perasaan yang mendalam.
ADVERTISEMENT
Keterbatasan Pemahaman Konteks: Sastra sering kali kompleks dan dipenuhi dengan makna simbolik yang membutuhkan pemahaman konteks yang mendalam. AI masih memiliki batasan dalam memahami makna yang tersembunyi dalam teks sastra dan menghubungkannya dengan konteks budaya, sejarah, atau sosial yang relevan. AI mungkin mampu menghasilkan teks yang gramatikal, tetapi seringkali kehilangan nuansa dan makna yang ada di balik kata-kata. AI belum mampu menangkap nuansa budaya dan konteks sosial yang kompleks dalam sastra. Sastra sering kali merefleksikan realitas sosial, sejarah, dan latar belakang budaya tertentu. AI, pada saat ini, masih sulit memahami konteks budaya dan menghasilkan karya yang mempertimbangkan latar belakang dan nuansa sosial yang relevan. Ini mengakibatkan karya-karya AI yang mungkin kurang menggambarkan kehidupan manusia secara autentik dan terbatas dalam pemahaman serta perwakilan karya sastra dari berbagai budaya.
Sumber: Shutterstock
Kurangnya Intuisi dan Penilaian Estetika: Penilaian estetika dan kualitas karya sastra membutuhkan elemen subjektivitas yang sulit ditiru oleh AI. Apa yang dianggap indah, bermakna, atau bernilai dalam sastra dapat berbeda-beda bagi setiap individu. AI belum dapat mengembangkan intuisi dan penilaian estetika yang sebanding dengan manusia, yang dapat mengapresiasi dan menghargai nilai artistik suatu karya sastra.
ADVERTISEMENT
Ketidakmampuan untuk Menghasilkan Inovasi: Sastra sering kali dipandang sebagai medium untuk menggambarkan dan mengkritik realitas manusia serta mendorong pemikiran inovatif. Meskipun AI dapat menghasilkan teks yang tampaknya mirip dengan gaya tertentu atau penulis terkenal, ia masih belum mampu secara mandiri menghasilkan inovasi baru atau menghadirkan perspektif baru dalam sastra.
Keterbatasan Pengalaman Manusia: Salah satu kekuatan sastra manusia adalah kemampuannya untuk merangkul pengalaman manusia yang kaya dan beragam. AI memiliki keterbatasan dalam memahami pengalaman emosional, konteks sosial, dan interaksi manusia yang membentuk sastra. Ini dapat mengakibatkan teks yang dihasilkan oleh AI terasa datar dan kehilangan kedalaman serta dimensi manusiawi.
Meskipun AI memiliki kekurangan dalam penerapannya dalam sastra, tidak dapat disangkal bahwa teknologi ini masih memiliki potensi untuk mendukung kreativitas manusia.
ADVERTISEMENT