news-card-video
5 Ramadhan 1446 HRabu, 05 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Dari Konsumsi ke Kesadaran: Peran Influencer Perempuan, Gerakan Ramah Lingkungan

Riska Rahayu Roisiah
Peneliti Surabaya Academia Forum Universitas Muhammadiyah Surabaya
4 Maret 2025 22:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Riska Rahayu Roisiah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Gambar. Peran Influencer Perempuan, Gerakan Ramah Lingkungan/ Sumber (Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Gambar. Peran Influencer Perempuan, Gerakan Ramah Lingkungan/ Sumber (Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Sosial media influencer, dan product value berpengaruh signifikan terhadap Sustainable Green. Selain itu, influencer berperan dalam mengedukasi konsumen tentang manfaat lingkungan dan sosial dari produk tersebut, yang pada gilirannya meningkatkan nilai produk di mata konsumen. Dengan mempromosikan produk yang mendukung keberlanjutan, influencer membantu mendorong adopsi gaya hidup hijau di kalangan masyarakat luas. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kolaborasi strategis antara merek dan influencer sangat penting untuk menciptakan nilai produk yang kuat dan berkontribusi pada upaya keberlanjutan global.
ADVERTISEMENT
Di era digital, peran influencer dalam membentuk opini publik semakin tak terbantahkan. Mereka bukan sekadar penghibur atau pemandu tren, tetapi juga agen perubahan yang mampu menggerakkan massa. Dalam konteks gerakan ramah lingkungan, influencer perempuan memiliki posisi yang unik dan strategis. Mereka tidak hanya memengaruhi pola konsumsi, tetapi juga membangun kesadaran akan pentingnya gaya hidup berkelanjutan.
Mengubah Pola Konsumsi yang Boros menjadi Berkelanjutan
Selama bertahun-tahun, budaya konsumsi yang berlebihan menjadi bagian dari gaya hidup modern, terutama di media sosial. Influencer kerap diidentikkan dengan promosi produk, tren fesyen cepat (fast fashion), dan gaya hidup konsumtif. Namun, beberapa tahun terakhir, semakin banyak influencer perempuan yang menyadari dampak dari pola konsumsi ini terhadap lingkungan. Mereka mulai mengalihkan fokus dari sekadar mempromosikan barang ke mengedukasi pengikut mereka tentang konsumsi yang lebih bijak dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Misalnya, banyak influencer kini mengadvokasi penggunaan produk ramah lingkungan, seperti pakaian dari bahan organik, peralatan makan berbahan dasar bambu, atau kosmetik yang bebas dari uji coba pada hewan. Dengan gaya komunikasi yang persuasif dan autentik, mereka mampu mengajak audiens untuk berpikir ulang sebelum membeli, mempertimbangkan dampak ekologis dari setiap produk yang mereka konsumsi.
Menyuarakan Kesadaran dan Edukasi Lingkungan
Selain memengaruhi pola konsumsi, influencer perempuan juga berperan dalam menyebarkan informasi terkait isu lingkungan. Dengan cara yang lebih dekat dan relatable, mereka membahas topik-topik penting seperti perubahan iklim, limbah plastik, dan keberlanjutan sumber daya alam.
Melalui platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube, mereka membuat konten edukatif yang mudah diakses oleh masyarakat luas. Konten ini bisa berupa tips gaya hidup minim sampah (zero waste), cara memilah sampah yang benar, atau pentingnya mengurangi jejak karbon. Dengan pendekatan yang lebih personal dan berbasis pengalaman, pesan yang mereka sampaikan lebih mudah diterima dibandingkan dengan kampanye formal dari organisasi atau pemerintah.
ADVERTISEMENT
Mendorong Gerakan Kolektif dan Kebijakan Berkelanjutan
Lebih dari sekadar memengaruhi individu, influencer perempuan juga memiliki peran dalam mendorong perubahan di tingkat yang lebih luas. Mereka sering kali bekerja sama dengan komunitas lingkungan, brand yang berkomitmen pada keberlanjutan, atau bahkan lembaga pemerintah untuk mengampanyekan kebijakan ramah lingkungan.
Sebagai contoh, ada influencer yang menginisiasi gerakan bersih-bersih pantai dan mengajak pengikutnya untuk ikut serta. Ada pula yang secara aktif mengkritisi kebijakan perusahaan yang masih menggunakan plastik sekali pakai atau eksploitasi sumber daya alam. Melalui kampanye di media sosial, mereka membantu meningkatkan tekanan publik terhadap industri untuk lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Dari sekadar menjadi ikon konsumsi, influencer perempuan kini mulai mengambil peran sebagai agen perubahan dalam gerakan ramah lingkungan. Dengan pengaruh yang mereka miliki, mereka mampu mengedukasi, mengubah pola pikir, dan menggerakkan masyarakat menuju gaya hidup yang lebih berkelanjutan. Tantangannya adalah bagaimana memastikan bahwa gerakan ini bukan sekadar tren sesaat, melainkan menjadi perubahan jangka panjang yang berdampak nyata bagi lingkungan.
ADVERTISEMENT