Growth Mindset: Cara Agar Anak Menyukai Tantangan

Riska Rahayu Roisiah
Peneliti Surabaya Academia Forum Universitas Muhammadiyah Surabaya
Konten dari Pengguna
17 November 2022 17:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Riska Rahayu Roisiah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apakah Anda pernah melihat anak yang mudah menyerah saat mempelajari keterampilan baru? Pernahkah Anda memperhatikan anak-anak yang terlalu frustrasi jika mereka tidak mendapatkan kesuksesan dengan cara yang mudah? Hal-hal tersebut berkaitan dengan pola pikir atau mindset.
ADVERTISEMENT
Pola pikir adalah apa yang memandu tindakan, reaksi, dan perilaku, khususnya untuk memperoleh pengetahuan dan mempelajari keterampilan baru. Mengembangkan pola pikir atau mindset yang benar sejak dini pada anak adalah hal yang sangat crucial untuk masa depan mereka. Ketika anak paham bahwa kecerdasan dan kemampuan adalah sesuatu yang bisa dikembangkan maka mereka akan terus belajar, percaya diri dan tidak takut gagal. Sehingga anak belajar mengerahkan upaya dan menggunakan strategi yang tepat sehingga dapat membantu mereka menjadi lebih baik dalam berbagai hal.
Menurut Dr. Carol Dweck Stanford University, kita semua memiliki keyakinan tentang kemampuan dan potensi diri sendiri. Keyakinan ini adalah bagian dari pola pikir yang sangat kuat sehingga dapat memicu perilaku dan memprediksi kesuksesan. Pola pikir membentuk kehidupan sehari-hari, membantu menafsirkan pengalaman dan kemungkinan masa depan.
Ilustrasi gambar (Shutterstock)
Dalam penelitiannya, Dr. Carol Dweck mengidentifikasi dua jenis pola pikir yang berbeda. Growth mindset terjadi ketika kita yakin kecerdasan dan kemampuan dapat ditingkatkan dengan usaha dan strategi yang tepat. Kesediaan untuk menghadapi tantangan, semangat untuk belajar, dan melihat kegagalan sebagai batu loncatan untuk pertumbuhan adalah karakteristik yang terkait dengan growth mindset. Orang dengan pola pikir ini cenderung bekerja lebih keras karena mereka tahu bahwa mereka dapat berkembang. Tidak mengherankan, jenis pola pikir ini sangat terkait dengan kebahagiaan dan pencapaian yang lebih besar dalam hidup.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, mereka yang memiliki fixed mindset percaya bahwa kecerdasan dan kemampuan mereka tidak dapat diubah. Orang-orang dalam pola pikir ini menganggap bahwa mereka tidak memiliki cara untuk memperbaiki diri. Akibatnya, kesalahan sering dilihat sebagai kegagalan daripada peluang untuk tumbuh dan belajar. Ketika terjebak dalam fixed mindset anak akan takut akan pengalaman baru, menghindari risiko, dan merasa perlu untuk membuktikan diri berulang kali atau tidak percaya diri.
Carol Dweck, profesor psikologi di Universitas Stanford dan penulis buku Mindset: The New Psychology of Success menyatakan bahwa “Jika orang tua ingin memberi anak-anak mereka hadiah, hal terbaik yang dapat mereka lakukan adalah mengajari anak-anak mereka untuk mencintai tantangan, tertarik dengan kesalahan, menikmati usaha, dan terus belajar.”
ADVERTISEMENT
Bagaimana cara menerapkan growth mindset?
Mengajarkan growth mindset kepada anak-anak bukanlah tugas yang mudah, tetapi hal itu bisa menjadi salah satu kontribusi terbesar yang orang tua atau guru berikan untuk kesuksesan dan kebahagiaan mereka.
Menurut Carol S. Dweck, ada lima cara yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut:
1. Melakukan diskusi setiap hari.
Saat makan malam, di mobil, atau sebelum tidur, luangkan waktu untuk berdiskusi dan berbagi jawaban atas pertanyaan berikut:
- Apa yang telah kamu pelajari hari ini?
- Kesalahan apa yang kamu buat yang mengajarimu sesuatu?
- Apa yang kamu coba dengan keras hari ini?"
2. Memberikan feedback hanya pada proses .
Puji usaha, kegigihan, strategi, mencari tantangan, menetapkan tujuan, merencanakan, atau menggunakan strategi kreatif. Jangan memuji kemampuan pribadi seperti pintar, cantik, atau artistik. Pujian seperti ini justru bisa membuat hilangnya rasa percaya diri karena anak tidak akan pandai dalam segala hal. Mereka akan meragukan kemampuan mereka untuk menjadi ahli dalam sesuatu yang sulit pada awalnya.
ADVERTISEMENT
3. Tahukah kamu bahwa otak bisa tumbuh?
Jelaskan kepada anak-anak bagaimana otak dapat tumbuh lebih kuat dan kecerdasan itu dapat meningkat sepanjang hidup mereka. Kecerdasan tidak tetap dan bisa berubah. Dengan demikian mereka bersemangat untuk mempelajari sesuatu karena mereka mengetahui bahwa kemampuan mereka akan berkembang jika belajar.
4. Mendorong risiko, kegagalan, dan belajar dari kesalahan.
Sekaranglah saatnya membiarkan anak-anak mengambil risiko dan gagal. Kegagalan mengajarkan pelajaran hidup yang penting kepada anak-anak. Membiarkan anak-anak gagal agar mereka dapat memperkuat otot growth mindset. Jika tidak, mereka akan menjadi orang dewasa tanpa ketekunan, tanpa keyakinan pada kemampuan mereka untuk bekerja keras dan berhasil. Saat anak gagal, rayakan pelajaran dari kegagalan tersebut. Beri tahu mereka tentang semua orang terkenal yang gagal dan tidak menyerah.
ADVERTISEMENT
5. Self-talk yang positif
Cara yang terakhir adalah mendorong dan memberi contoh kepada anak self-talk yang positif. Self-talk sendiri merupakan suatu hal yang sebenarnya bersifat alami untuk dilakukan setiap hari. Banyak orang yang menjadi sadar bahwa self-talk yang dilakukan dengan cara yang positif adalah alat yang cukup ampuh untuk meningkatkan kepercayaan diri seseorang. Tak hanya itu, self-talk positif juga bisa membantu seseorang dalam mengendalikan emosi negatif. Seseorang yang dapat menguasai self- talk positif dinilai memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi, produktif, dan juga termotivasi.