Krisis Komunikasi di Era Media Sosial

Riska Rahayu Roisiah
Peneliti Surabaya Academia Forum Universitas Muhammadiyah Surabaya
Konten dari Pengguna
1 Februari 2024 9:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Riska Rahayu Roisiah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Gaambar Krisis Komunikasi di Era Media Sosial (Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Gaambar Krisis Komunikasi di Era Media Sosial (Shutterstock)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Krisis komunikasi di media sosial merujuk pada situasi di mana terjadi gangguan atau ketidakseimbangan dalam proses komunikasi yang melibatkan pengguna media sosial. Krisis ini dapat melibatkan masalah berbagai jenis, mulai dari penyebaran informasi palsu, konflik online, hingga masalah privasi atau keamanan.
ADVERTISEMENT
Media sosial telah mengubah praktik Public Relations (PR). Salah satu area yang berubaha adalah aktivitas komunikasi krisis. Oleh karena teknologi baru ini, krisis bisa menjadi lebih kompleks. Arus informasi, ketidakjelasan, dan gosip, tengah meningkat. Para praktisi PR harus terlibat dalam pemanfaatan media baru dan sosial media dalam rencana komunikasi krisis mereka. Sebelum melakukan itu, praktisi PR harus mengubah cara pandang mereka terhadap media sosial
pentingnya komunikasi dalam manajemen krisis dan pentingnya penggunaan media sosial dan media baru dalam komunikasi krisis. Bagian kedua mengulas literatur tentang konsep krisis komunikasi; dan komunikasi krisis di era media sosial. Bagian ketiga membahas dua contoh kasus korporasi Indonesia yang sukses maupun gagal dalam menggunakan media sosial dan media baru dalam komunikasi krisis
ADVERTISEMENT
Krisis komunikasi di era media sosial dapat muncul karena sejumlah faktor yang terkait dengan perkembangan teknologi, perubahan budaya, dan tren komunikasi.
Berikut adalah beberapa pengertian, faktor dan karakteristik krisis komunikasi di media sosial:
1. Penyebaran Informasi Palsu (Hoaks): Krisis komunikasi terjadi ketika informasi palsu atau hoaks tersebar luas di media sosial. Hal ini dapat merugikan masyarakat dengan menciptakan ketidakpastian dan konfusi.
2. Polarisasi dan Konflik Online: Krisis dapat timbul ketika media sosial digunakan sebagai platform untuk polarisasi dan konflik. Komentar yang negatif, pelecehan, atau perdebatan yang intens dapat menciptakan atmosfer yang tidak sehat di platform tersebut.
3. Pelanggaran Privasi: Krisis komunikasi juga dapat berkaitan dengan pelanggaran privasi di media sosial. Penyalahgunaan data pribadi atau kebocoran informasi dapat menyebabkan kekhawatiran dan ketidakpercayaan di antara pengguna.
ADVERTISEMENT
4. Ketidaksetaraan dan Kesenjangan Informasi: Krisis terjadi ketika ada ketidaksetaraan dalam distribusi informasi di media sosial. Kesenjangan akses atau pengaruh dapat menciptakan ketidaksetaraan dalam partisipasi dalam percakapan online.
.
5. Manipulasi Opini Publik: Krisis komunikasi terjadi ketika media sosial dimanfaatkan untuk memanipulasi opini publik. Propaganda atau kampanye desinformasi dapat merugikan integritas informasi dan pandangan masyarakat..
6. Ketidakstabilan Politik dan Sosial: Krisis komunikasi di media sosial dapat memiliki dampak besar terhadap stabilitas politik dan sosial. Kampanye politik yang agresif atau perpecahan masyarakat melalui media sosial dapat menciptakan ketidakstabilan.
Untuk mengatasi krisis komunikasi di media sosial, diperlukan upaya kolaboratif dari berbagai pihak, termasuk pengguna, perusahaan media sosial, pemerintah, dan lembaga terkait. Peningkatan literasi digital, regulasi yang tepat, dan upaya bersama dalam mempromosikan etika berkomunikasi online menjadi penting dalam mengelola krisis ini.
ADVERTISEMENT