Konten dari Pengguna

Berawal Sebagai Pengusaha Telur, Sekarang Berada di Puncak: Bob Sadino

Felicia Nelvina Patera
Siswi SMA Trinitas, ekstrakurikuler jurnalistik.
17 April 2022 20:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Felicia Nelvina Patera tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto Bob Sadino (Foto: id.wikipedia.org)
zoom-in-whitePerbesar
Foto Bob Sadino (Foto: id.wikipedia.org)
ADVERTISEMENT
“Berhenti membuat rencana, melangkahlah!” Ujar sang pengusaha sukses asal Indonesia yang berawal sebagai pengusaha telur. Beliau adalah Bambang Mustari Sadino, atau yang lebih kita kenal dengan nama Bob Sadino. Lalu bagaimana kisah perjuangan Bob Sadino untuk mencapai kesuksesan sebesar sekarang?
ADVERTISEMENT
Profil Bob Sadino
Bambang Mustari Sadino, atau yang lebih dikenal sebagai Bob Sadino, adalah seorang pengusaha sukses asal Indonesia yang memulai usaha pertamanya pada tahun 1970-an. Beliau lahir di Lampung, atau lebih tepatnya di Tanjung Karang pada 9 Maret 1933. Bob Sadino adalah anak terakhir dari lima bersaudara. Ayahnya yang merupakan guru kepala di sekolah Belanda membuat keluarga Bob Sadino dianggap sebagai keluarga yang terpandang dan juga terpelajar. Bob Sadino meninggal dunia pada 19 Januari 2015, di Jakarta.
Bob Sadino dan Pendidikannya
Bob kecil memulai pendidikan SD-nya yang terletak di Yogyakarta sampai tahun 1947. Lalu beliau melanjutkan pendidikan SMP-nya di Jakarta dan pada tahun 1950 dinyatakan lulus. Dan ia melanjutkan pendidikan SMA-nya hingga lulus pada tahun 1953.
ADVERTISEMENT
Namun malangnya, saat dirinya menginjak 19 tahun, atau diperkirakan masih duduk di kelas 11 SMA, kedua orang tuanya meninggal. Dan Bob Sadino yang merupakan anak bungsu dari keluarganya, mendapatkan sebagian besar warisan dari orang tuanya. Ini dikarenakan, saudara-saudaranya telah mapan dan sanggup menghidupi dirinya serta keluarganya dengan baik.
Setelah lulus dari masa SMA-nya itu, Bob Sadino sempat melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu ke salah satu universitas ternama, yang tak lain adalah Universitas Indonesia, dengan jurusan Hukum yang beliau ambil. Namun karena tidak adanya minat sama sekali untuk melanjutkan studinya, Bob Sadino hanya bertahan selama 3 bulan dalam masa kuliahnya.
Pekerjaanku Mempertemukanmu
Kemudian hari Bob menjadi karyawan Unilever yang berlangsung selama 1 tahun (1954-1955). Penat, adalah alasannya keluar dari pekerjaan itu. Selanjutnya dia berkeliling ke berbagai negara di belahan dunia ini dengan menggunakan warisan orang tuanya. Lalu dalam perjalanannya, dia menetap di Belanda kurang lebih selama 9 tahun. Di Negeri Kincir Angin tersebut, dia bekerja di perusahaan pelayaran dan ekspedisi nasional, yaitu Djakarta Lloyd sampai tahun 1967. Dan dalam negara ini pula dia bertemu perempuan yang berkewarganegaraan Indonesia, bernama Soelami Soejoed, yang tak lama setelah saling mengenal dengan dasar hatinya yang terpikat, akhirnya mereka berdua memutuskan untuk menikah. Keluarga Bob Sadino cukup harmonis, terlebih dengan gajinya yang pada saat itu cukup besar.
ADVERTISEMENT
Bagi Bob, menjadi seorang karyawan itu melelahkan, membuat dirinya terkekang dan merenggut kebebasannya, sehingga dia memutuskan untuk berhenti pada tahun 1967 dan memutuskan untuk balik ke tanah airnya, Indonesia, dengan membawa dua buah Mercedes buatan tahun 1960-an. Salah satu mobilnya dijual untuk membeli sebidang tanah di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, dimana daerah tersebut masih sepi dengan hamparan sawah dan kebun di sekitarnya. Lalu mobil keduanya, dia pakai untuk memulai pekerjaanya sebagai sopir taksi, namun naasnya dia harus mengalami kecelakaan, dengan kondisi keuangannya, dia harus melepaskan mobilnya akibat kerusakan yang parah.
Hidupnya yang berbanding terbalik dengan kehidupan di Eropa, membuat Bob memulai hidupnya dari nol kembali. Dengan upah harian sebesar Rp100,00 memaksanya untuk hidup sederhana.
ADVERTISEMENT
Usaha yang Terbentuk dari Otak dan Kerja Keras Sendiri
Jatuhnya Bob ke dalam kemiskinan ini tidak membuatnya langsung putus asa, melainkan dengan kesungguhannya, dia mengasah otaknya untuk mencari cara untuk keluar dari kondisi ini. Walaupun pada saat itu sahabat dan kakak-kakaknya telah menawarkan bantuan kepadanya atas dasar keprihatinan, namun dengan tegas Bob menolak tawaran itu, karena baginya dia telah termanjakan oleh lingkungannya yang serba ada itu.
Lalu pada tahun 1970-an, dia menyadari dan mempertanyakan, “Mengapa telur di Indonesia berbeda dengan yang ada di Amerika?” Dengan otaknya yang kreatif membuat Bob mencari tahu dan menghubungi rekannya di Eropa untuk mengirimkan ayam-ayam dan juga majalah-majalah kejuruan. Namun karena perbedaan telur ayam itu membuat dirinya mendapatkan pelanggan yang sebagian besar adalah orang asing. Caci maki dan hinaan menyelimuti hari Bob dan istrinya, namun justru karena itu, mereka menyadari dan memperbaiki pelayanan yang membuat mereka menarik pelanggan semakin banyak.
ADVERTISEMENT
Dari pelayanannya yang sangat baik, usaha dan kerja keras, serta fantasi yang kemungkinan tidak akan ada yang melakukan itu, membuahkan hasil yang besar pada hidup Bob Sadino. Dengan bersama rambutnya yang sudah berubah warna menjadi warna perak ini, dia melanjutkan karirnya hingga terciptalah beberapa perusahaan miliknya, antara lain Kem Chicks di bidang perdagangan, Kemfood di bidang kuliner, Kemfarm di bidang pertanian, The Mansion at Kemang di bidang properti, serta Kem Travel yang bergerak di bidang penerbangan.
Kepergiannya
Akibat infeksi saluran pernafasan kronis yang diderita oleh Bob Sadino, kesadarannya yang menghilang dalam 2-3 minggu dan juga usianya yang sudah lanjut serta kondisinya yang semakin menurun setelah istrinya meninggal, membantu penyakit yang dia derita semakin parah. Dan ini membuatnya menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta pada Senin, 19 Januari 2015 setelah dirawat selama dua bulan. Inilah kisah akhir bagi seorang pengusaha terkenal dan sukses asal Indonesia, yang berawal sebagai pengusaha telur.
ADVERTISEMENT
Dari kisah perjuangan Bob Sadino kita bisa belajar banyak hal. Jangan hanya rencana, namun lakukanlah apa yang ada di rencana tersebut. Bob mengajarkan kita bahwa yang terpenting adalah tindakan, karena hanya dengan rencana tidak akan membawa kita menuju kesuksesan. Pantang menyerah, kedua kata ini sangatlah cocok bagi Bob Sadino yang tetap semangat dalam mencari cara untuk keluar dari kemiskinannya dengan penuh semangat, mengingat bahwa beliau adalah kepala keluarga. Tidak ada sesuatu yang bisa menghambat kita untuk mencapai apa yang kita tuju, asal niat dan tindakan ada dalam diri kita. Ingat tidak ada perjuangan yang akan mengkhianati hasil.