Mengintip Kultur Humanis Wina, Kota Paling Layak Huni

Konten dari Pengguna
10 Maret 2018 13:08 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Felicia Yuwono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mengintip Kultur Humanis Wina, Kota Paling Layak Huni
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Kota Wina, ibu kota Austria, selama delapan tahun terakhir mendapat predikat sebagai kota paling layak huni di dunia. Daftar kota ini dirilis oleh perusahaan konsultan Mercer, berdasarkan sejumlah kriteria antara lain transportasi, kesehatan, stabilitas politik, pendidikan, kriminalitas dan pariwisata. Dari berbagai kriteria tersebut, Wina dinilai sebagai kota dengan kualitas hidup tertinggi. Di samping menyediakan fasilitas publik yang mumpuni untuk 1,8 juta penduduknya, kota Wina juga memiliki banyak kafe, museum, dan objek-objek rekreasi.
ADVERTISEMENT
Seperti apa sih rasanya tinggal di kota paling layak huni di dunia? Dengan pengalaman tinggal dan bekerja di kota Wina selama lebih dari tiga tahun, di sini saya ingin berbagi bahwa selain karena fasilitas publiknya yang mumpuni, ada aspek-aspek humanis dari kota Wina dan penduduknya, yang membuat kota tersebut menjadi nyaman untuk dihuni.
1. Tradisi menyapa
Penduduk kota Wina punya kebiasaan yang unik, yaitu selalu menyapa saat bertemu orang lain, dengan mengucapkan “Grüss Gott”. Salam ini mengandung makna religius, yaitu “Tuhan memberkati”. Masyarakat Austria umumnya tergolong liberal dan tidak religius, tetapi punya kultur yang lebih konservatif dibandingkan negara-negara Eropa Barat lainnya. Kebiasaan menyapa ini mungkin terdengar simpel, namun merupakan suatu pengakuan atas keberadaan orang lain, termasuk yang belum dikenal, sehingga membuat kita merasa sebagai bagian dari masyarakat setempat.
ADVERTISEMENT
2. Tanggung jawab terhadap lingkungan.
Mengintip Kultur Humanis Wina, Kota Paling Layak Huni (1)
zoom-in-whitePerbesar
Budaya menjaga lingkungan dengan menggunakan plastik daur ulang, sumber energi terbarukan, dan membuang sampah pada tempatnya, sudah ditanamkan sejak dini. Sejak kecil, warga Wina diajarkan untuk memiliki tanggung jawab yang tinggi melestarikan lingkungan. Budaya tersebut diterapkan secara konsisten dan terus menerus, sehingga Wina menjadi kota yang sangat bersih, ramah lingkungan dan bahkan lebih nyaman dari kota-kota lainnya di Eropa.
3. Budaya saling menghargai satu sama lain.
Mengintip Kultur Humanis Wina, Kota Paling Layak Huni (2)
zoom-in-whitePerbesar
Penduduk kota Wina memiliki budaya antri yang sangat baik, tertib, dan siap membantu orang-orang di sekitarnya. Di samping itu, prioritas yang diberikan untuk wanita hamil, anak-anak dan lansia, sangat dirasakan di seluruh aspek kehidupan sehari-hari. Orangtua yang perlu membawa anaknya sendirian ke luar menggunakan transportasi umum, misalnya, tidak perlu merasa khawatir, karena banyak yang akan mengulurkan tangan dan siap membantu mengangkat kereta bayi naik/turun kendaraan. Selain itu, rasa aman untuk menggunakan transportasi publik jam berapapun sungguh tak tergantikan.
Mengintip Kultur Humanis Wina, Kota Paling Layak Huni (3)
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Akses untuk kaum difabel tentunya juga mendapat prioritas dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya sekedar prioritas, mereka juga dimungkinkan untuk hidup mobile dan mandiri. Sarana dan prasarana publik dirancang untuk dapat dijangkau dan dimanfaatkan oleh kaum difabel.
4. Iklim saling percaya
Di Austria, ada iklim saling percaya yang sangat terasa. Sebagai contoh, ada laman jual beli online yang biasa digunakan sebagai forum jual beli barang bekas, dari kebutuhan sehari-hari hingga otomotif dan properti. Penduduk Wina sering memanfaatkan laman tersebut meskipun forum barang bekas tidak memberi jaminan uang kembali. Yang cukup mengherankan adalah, dalam transaksi jual beli, pembeli biasanya memberi kepercayaan penuh kepada penjual, hingga tidak merasa perlu untuk mengecek kondisi barang yang dijual, bahkan sewaktu mengambil barang tersebut. Sebaliknya, penjual juga memberikan informasi yang sesuai dengan kondisi barang.
ADVERTISEMENT
Infrastruktur dan fasilitas publik memang penting. Demikian juga dengan jalannya penegakan hukum tanpa diskriminasi. Namun, yang tidak kalah penting untuk menjadikan suatu kota nyaman dihuni, adalah bagaimana setiap warga mampu berbagi ruang publik dan dapat saling menghargai satu sama lain sebagai sesama penghuni kota.
Kota Jakarta pun bisa menjadi kota yang lebih bersahabat untuk dihuni. Dengan infrastruktur transportasi dan fasilitas lainnya yang semakin membaik, adalah harapan kita bersama sebagai anggota masyarakat untuk semakin majunya budaya tertib, bertanggung jawab dan saling menghargai, supaya timbul iklim saling percaya dan harmoni dalam hidup berdampingan.