Konten dari Pengguna

Berlomba-lomba Membuat Inovasi Baru di Tengah Serbuan Generasi Langgas

30 September 2017 15:40 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Felix Nathaniel tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Felix Nathaniel 608
Sebuah perusahaan di bidang pemberitaan, Kumparan, menyajikan acara bincang-bincang yang menjunjung tajuk inovasi baru di zaman 2017. Diskusi tersebut dihadiri oleh para penggagas inovasi di bidang kuliner, sosial, dan musik Indonesia, yakni Sutari Sutedja (CEO Upnormal), M. Alfatih Timur (pendiri Kitabisa.com), dan Andrianto Pranoto (CEO PT. Juni Suara Kreasi).
ADVERTISEMENT
Salah satu pengagas konsep warung indomi modern, Sutari, menceritakan bahwa bisnis warung roti bakar dan indomi miliknya diawali karena melihat adanya ekspektasi yang tidak dihadirkan oleh pebisnis di Indonesia terhadap anak muda. "Needsnya : makan, wantsnya : indomi atau roti bakar, tapi expectationnya belum ada," terangnya hari ini (Sabtu, 30/9).
Pada tahun 2014 di Bandung, Warunk Upnormal berdiri untuk pertama kalinya. Ia optimis bahwa kehadiran warung yang mengusung tema kebersamaan ini dapat menjadi solusi bagi masalah yang dihadapi oleh masyarakat - kebanyakan mahasiswa. "Meski bukan yang pertama," menurut wanita berusia 36 tahun ini, belum banyak tempat makan indomi yang menghadirkan suasana yang nyaman dan membuat orang betah.
"Masa gw nongkrong bareng temen gw belakangnya sachet shampo. Ga banget kan?" katanya menyontohkan keluhan masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Anak kuliah kan gitu ga. Pengen di tmpat yang ngenyangin perut, tapi pengennya terjangkau. Valuable, tapi di Juni 2014 itu belum ada tmpat nongkrong yang dilengkapi colokan wifi," imbuhnya.
Menghadapi mahasiswa yang sekarang kebanyakan merupakan bagian dari generasi langgas, Sutari menekankan komitmen halal dan higienis sangat diutamakan dalam kepengurusan dapur Upnormal. Ia juga menjelaskan bahwa banyak inovasi di dapur Warunk Upnormal yang malah tidak diketahui oleh konsumen.
"Bagaimana cara kita mensimplify dari SKU (stock keeping unit, indomi dan roti, yang waktu masak butuh 10 menit) yang ada kita simplify jadi cuma tiga (menit). Jadi saat di outlet dia cuman habiskan 3 menit sudah inovasi. Itu kan sesuatu​ yang tidak konsumen liat," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Tidak dipungkiri, jumlah pesaing Warunk Upnormal sudah sedemikian banyak. Tempat makan indomi yang menyediakan koneksi internet dan suasana makan yang nyaman sudah menjamur di Jakarta. Untuk mengatasi hal itu, Sutari meyakini bahwa dengan mengikuti kampanye dan tren di media sosial, maka Warunk Upnormal akan tetap menjadi pilihan utama. "Tren baru ada : Hari Patah Hati Nasional. Kita ikuti itu, kita harus ikuti," katanya.
Menurutnya, inovasi di bagian marketing memang lebih banyak."Inovasi itu kan cukup menyeluruh. Bukan kapan launching produk baru," terangnya.
Seyogyanya Sutari tidak hanya menyiapkan itu, ia sudah menrencanakan inovasi di tahun 2018 mendatang. Pemilik Warung Upnormal, Nasi Goreng Mafia, Bakso Boedjangan, dan Sambal Khas Karmila ini juga akan menambah persaingan yang tetap berkutat pada persaingan kuliner.
ADVERTISEMENT
"Mbak Karmila ini bentar lagi punya adik ini," katanya seraya menyuruh masyarakat untuk menunggu.
Sebuah perusahaan media, Kumparan, menyajikan acara bincang-bincang yang menjunjung tajuk inovasi baru di zaman 2017. Diskusi tersebut dihadiri oleh para penggagas inovasi di bidang kuliner, sosial, dan musik Indonesia, yakni Sutari Sutedja (CEO Upnormal), M. Alfatih Timur (pendiri Kitabisa.com), dan Andrianto Pranoto (CEO PT. Juni Suara Kreasi).
Salah satu pengagas konsep warung indomi modern, Sutari, menceritakan bahwa bisnis warung roti bakar dan indomi miliknya diawali karena melihat adanya ekspektasi yang tidak dihadirkan oleh pebisnis di Indonesia terhadap anak muda. "Needsnya : makan, wantsnya : indomi atau roti bakar, tapi expectationnya belum ada," terangnya hari ini (Sabtu, 30/9).
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2014 di Bandung, Warunk Upnormal berdiri untuk pertama kalinya. Ia optimis bahwa kehadiran warung yang mengusung tema kebersamaan ini dapat menjadi solusi bagi masalah yang dihadapi oleh masyarakat - kebanyakan mahasiswa. "Meski bukan yang pertama," menurut wanita berusia 36 tahun ini, belum banyak tempat makan indomi yang menghadirkan suasana yang nyaman dan membuat orang betah.
"Masa gw nongkrong bareng temen gw belakangnya sachet shampo. Ga banget kan?" katanya menyontohkan keluhan masyarakat.
"Anak kuliah kan gitu ga. Pengen di tmpat yang ngenyangin perut, tapi pengennya terjangkau. Valuable, tapi di Juni 2014 itu belum ada tmpat nongkrong yang dilengkapi colokan wifi," imbuhnya.
Menghadapi mahasiswa yang sekarang kebanyakan merupakan bagian dari generasi langgas, Sutari menekankan komitmen halal dan higienis sangat diutamakan dalam kepengurusan dapur Upnormal. Ia juga menjelaskan bahwa banyak inovasi di dapur Warunk Upnormal yang malah tidak diketahui oleh konsumen.
ADVERTISEMENT
"Bagaimana cara kita mensimplify dari SKU (stock keeping unit, indomi dan roti, yang waktu masak butuh 10 menit) yang ada kita simplify jadi cuma tiga (menit). Jadi saat di outlet dia cuman habiskan 3 menit sudah inovasi. Itu kan sesuatu​ yang tidak konsumen liat," pungkasnya.
Tidak dipungkiri, jumlah pesaing Warunk Upnormal sudah sedemikian banyak. Tempat makan indomi yang menyediakan koneksi internet dan suasana makan yang nyaman sudah menjamur di Jakarta. Untuk mengatasi hal itu, Sutari meyakini bahwa dengan mengikuti kampanye dan tren di media sosial, maka Warunk Upnormal akan tetap menjadi pilihan utama. "Tren baru ada : Hari Patah Hati Nasional. Kita ikuti itu, kita harus ikuti," katanya.
Menurutnya, inovasi di bagian marketing memang lebih banyak."Inovasi itu kan cukup menyeluruh. Bukan kapan launching produk baru," terangnya.
ADVERTISEMENT
Seyogyanya Sutari tidak hanya menyiapkan itu, ia sudah menrencanakan inovasi di tahun 2018 mendatang. Pemilik Warung Upnormal, Nasi Goreng Mafia, Bakso Boedjangan, dan Sambal Khas Karmila ini juga akan menambah persaingan yang tetap berkutat pada persaingan kuliner.
"Mbak Karmila ini bentar lagi punya adik ini," katanya seraya menyuruh masyarakat untuk menunggu.