Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Apakah Negara Selalu Benar?
1 Juni 2017 10:30 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
Tulisan dari Felix Siauw tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Negeri berbeda dengan negara. Negeri tak pernah membeda-bedakan siapapun, tak pernah kasar pada siapapun, tapi negara seringkali berlaku curang, dzalim dan tak adil.
ADVERTISEMENT
Negeri tak pernah salah, tapi negara bisa jadi benar bisa jadi salah, tergantung penguasanya. Al-Qur'an bahkan lebih banyak berkisah tentang penguasa yang cenderung dzalim
Fir'aun yang pongah, Namrud yang sombong, Romawi yang menindas, Jalut yang takabbur. Yang terkisah baik misal Daud dan Sulaiman, itu pun atas bimbingan Allah.
Begitulah kekuasaan, bila jauh dari bimbingan Allah, pastilah ia menyimpang, akhirnya menjadi sarang kemaksiatan, dan anti terhadap kebaikan, jadi musuh kebenaran. Bagaimana kesudahan penguasa-penguasa dzalim itu semua sudah kita baca, semua merasa bisa memadamkan kebenaran, akhirnya semua dibinasakan oleh Allah.
Hari-hari ini kita disuguhkan sebuah doktrin baru, "Negara pasti benar". Maka, siapa jadi penguasa, dia boleh menentukan "Ini yang benar dan ini yang salah", sangat pongah. Penguasa hari ini memegang cap "anti-kebhinekaan", "anti-pancasila", dan akan diberikan pada siapapun yang menurut mereka perlu diberangus, tanpa secuil keadilan.
ADVERTISEMENT
Pokoknya tanpa data, tanpa bukti, tanpa argumen, siapapun yang tak disukai penguasa harus ridha dicap anti-NKRI, menimbulkan benturan, dan keonaran. Tanpa perlu banyak ilmu, kita pun ditunjukkan dengan jelas, bahwa yang dicap dengan label radikal itu, selama ini adalah kelompok Islam, dan tokoh-tokohnya, dikriminalisasi.
Sejak kasus penistaan agama terjadi, penguasa seolah-olah menemukan musuh baru, yaitu siapapun yang tampil membela agamanya, dianggap ancaman bagi kebhinekaan.
Gebuk! Begitu ujaran penuh kebencian dan sangat provokatif, alasannya mempertahankan keutuhan bangsa. Duhai! yang sudah nyata-nyata memecah belah malah dipuja. Martabat ulama dan ummat dipertaruhkan demi pembelaan terhadap segelintir yang punya duit, yang sekarang serakah juga ingin jadi penguasa, tirani minoritas atas mayoritas.
Sementara pihak yang harusnya menegakkan hukum, malah nyata-nyata menunjukkan keberpihakan. Turut serta dalam mengkriminalisasi ulama dan ummat Islam. Ummat punya mata, juga punya telinga. Penguasa berencana, Allah juga berencana. Jangan ragukan cinta kami pada negeri, tapi pada kedzaliman, tidak semudah itu.
ADVERTISEMENT
Islam melarang kekerasan dalam dakwah kepada penguasa yang dzalim ini, tapi ummat Islam punya senjata lain, yaitu doa-doa yang dipanjatkan pada Allah. Penguasa sekarang bisa melakukan apa saja, fitnah, tuduh, propaganda negatif. Tapi ummat Islam tak boleh melakukan hal sama, sebab kita terikat dengan aturan Islam.
Kita punya masa waktu hidup di dunia, karena kita tak abadi. Tapi, demikian pula penguasa dzalim, ia juga ada waktunya, tak akan pernah abadi, bedanya kesudahannya buruk.
Mudah-mudahan penguasa saat ini menyadari kekeliruannya dan segera merujuk pada Allah dan Rasul, Kitabullah dan Sunnah, hingga kita mencintai dan menyayangi mereka.
Live Update