Konten dari Pengguna

Mengenal 'Geng Lu Bu', Geng Nelayan Tiongkok di Laut China Selatan

F Zamzari
ASN Kemlu since 2009. Sticking to my development path.
19 November 2019 10:24 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari F Zamzari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Naskah Geng Lu Bu diperlihatkan ke publik (Foto: Dokumentasi Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Naskah Geng Lu Bu diperlihatkan ke publik (Foto: Dokumentasi Pribadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Geng Lu Bu bukanlah seperti geng motor atau bahkan geng kriminal yang identik dengan kekerasan atau tindak kejahatan. Meskipun juga ada kaitannya dengan gerombolan, yakni gerombolan nelayan, namun Geng Lu Bu yang dimaksud di sini merupakan karya budaya masyarakat nelayan Tiongkok zaman dahulu.
ADVERTISEMENT
“Geng Lu Bu” (更路簿) atau dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi Manual of Sea Routes, merupakan kumpulan jurnal catatan yang ditulis oleh sekumpulan nelayan Tiongkok sekitar 600 tahun lalu (zaman dinasti Ming), yang erat kaitannya dengan aktivitas mereka di wilayah Laut China Selatan.
Secara etimologi “Geng” merupakan satuan perhitungan jarak waktu tempuh pelayaran, “Lu” diartikan sebagai arah tujuan, sedangkan “Bu”, merupakan catatan. Kumpulan catatan tersebut berasal dari pengalaman nelayan-nelayan di Hainan, Fujian, Guangdong, dan Guangxi yang diwariskan dan dikembangkan turun-temurun sebagai panduan saat berlayar, menangkap ikan, dan aktivitas lainnya di Mcclesfield Bank (Zhongsha), Spratlys Islands (Nansha), dan Paracels Islands (Xisha), yang secara keseluruhan wilayah tersebut dikenal sebagai Laut China Selatan.
Tampilan Geng Lu Bu atau Manual of Sea Routes (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Menariknya, dengan keterbatasan teknologi navigasi kala itu, cukup dengan berbekal kompas, nelayan Tiongkok dapat berlayar secara aman dengan mengikuti petunjuk-petunjuk yang tertulis dalam Geng Lu Bu. Jurnal tersebut memiliki peranan yang amat penting dalam mengedepankan keselamatan pelayaran bagi nelayan-nelayan Tiongkok yang berlayar ataupun menangkap ikan di Laut China Selatan. Misalnya saat terjadi badai, nelayan-nelayan tersebut dapat memanfaatkan Geng Lu Bu untuk menemukan daratan yang perlu dituju agar dapat berteduh. Selain itu, dalam hal bernavigasi nelayan juga dapat mempergunakan jurnal catatan tersebut untuk mengantisipasi kedalaman air dan posisi-posisi karang ataupun obyek lain yang perlu dihindari.
ADVERTISEMENT
Tidak kalah penting, Geng Lu Bu memiliki nilai ekonomis yakni sebagai penunjuk wilayah-wilayah perairan di Laut China Selatan yang kaya akan ikan, atau wilayah perairan dengan jenis-jenis ikan tertentu yang memiliki nilai komersial tinggi. Catatan ini juga berisikan lokasi, ciri-ciri fisik, penamaan atas karang atau pulau-pulau yang terdapat di Laut China Selatan serta bagaimana menjangkaunya, termasuk aktivitas yang dapat dilakukan.
Salah satu isi Geng Lu Bu ( Foto: Dokumentasi Pribadi)
Dengan berbagai fungsinya, masyarakat Tiongkok, terutama kalangan nelayan memandang Geng Lu Bu sebagai budaya dan warisan nenek moyang yang sangat berharga. Geng Lu Bu menunjukkan identitas leluhur sebagai nelayan yang dapat hidup selaras dengan alam dan dapat beradaptasi dengan kondisi geografis di Laut China Selatan.
Seiring perkembangan teknologi, Geng Lu Bu sudah mulai ditinggalkan, keberadaan naskah aslinya pun sudah mulai berkurang, saat ini masih terdapat setidaknya 12 versi dari Geng Lu Bu yang tersisa. Sejak tahun 2008, Pemerintah Tiongkok menetapkan Geng Lu Bu sebagai National Intangible Cultural Heritage. Tiongkok memberikan perhatian besar terhadap Geng Lu Bu yang dipandang memiliki nilai sejarah tinggi bangsa dan merupakan referensi penting dalam membuktikan sejarah kemaritiman Tiongkok beserta aktivitasnya di Laut China Selatan. Pemerintah Tiongkok pun mendirikan museum ataupun pusat kajian khusus untuk mempelajari, melindungi naskah asli, dan menyusun referensi sejarah dari catatan dimaksud.
Tampak luar gedung China (Hainan) Museum of the South China Sea, di Tanmen, Provinsi Hainan, RRT (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Selama bertugas di Beijing pada tahun 2016-2019, penulis menyempatkan diri berkunjung ke China (Hainan) Museum of the South China Sea. Museum terletak di kota Tanmen, Provinsi Hainan, RRT. Dengan area bangunan seluas 70.593 meter persegi, museum menampilkan sekitar 70.000 koleksi artefak yang terkait Laut China Selatan. Selain melihat langsung wujud dari Geng Lu Bu, di sana penulis juga mempelajari narasi ringkasan sejarah aktivitas masyarakat Tiongkok di Laut China Selatan. Terlepas dari polemik permasalahan sengketa Laut China Selatan, penulis melihat bahwa Geng Lu Bu merupakan kristalisasi budaya maritim masyarakat Tiongkok yang berorientasi kelautan.
ADVERTISEMENT
Bagi kalian yang tertarik dengan sejarah budaya kemaritiman Tiongkok, museum tersebut dapat menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi.
Salah satu ruang pameran dalam China (Hainan) Museum of the South China Sea (Foto: Dokumentasi Pribadi)