Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Demam Asian Games dan Gelora Nasionalisme Indonesia
24 Agustus 2018 6:58 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
Tulisan dari Fenny Maharani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bulan Agustus tahun ini terasa sangat spesial. Bila sebelumnya rakyat Indonesia dibuat terpukau oleh aksi heroik Joni Johanes Ande Kala “sang penyelamat merah putih” di Upacara HUT RI-ke-73 di Belu, Nusa Tenggara Timur, kini kita sedang mengalami demam Asian Games.
Demam Asian Games ini seolah membangkitkan kembali romantisme nasionalisme rakyat Indonesia yang beberapa saat terakhir terasa jarang terdengar. Rasa bangga berbalut dengan jiwa nasionalisme Indonesia yang menggelora bertumpah ruah dalam semangat Asian Games ini. Bangsa Indonesia tengah dimanjakan oleh cerita-cerita menginspirasi di Asian Games ke-18 yang berlangsung dari 18 Agustus sampai 2 September 2018 di Jakarta dan Palembang.
ADVERTISEMENT
Dukungan masif ini tidak hanya untuk kemenangan Indonesia di Asian Games ke-18 dan seberapa banyak medali emas yang diraih oleh para atlet kebanggaan kita, tetapi semangat untuk ikut serta mensukseskan gelaran olah raga yang paling bergengsi se-Asia ini. Semua ingin turut berperan meramaikan perhelatan Asian Games dan menjadi saksi atas momen langka yang bersejarah bangsa ini. “Energy of Asia” tidak hanya sekedar motto, tetapi semangatnya terasa bergelora di tengah-tengah kita.
Hampir semua kalangan saat ini tengah demam Asian Games. Di berbagai media sosial banyak kita temui semua orang memperbincangkannya. Tak ketinggalan pula di hampir setiap sudut jalan di Jakarta banyak kita jumpai spanduk dan poster dukungan untuk Asian Games 2018. Di berbagai instansi pemerintah, sekolah-sekolah, universitas dan bahkan tempat cuci mobil pun menggelorakan semangat yang sama untuk ikut mensukseskan Asian Games ke-18 ini. Tiket masuk Asian Games pun laku keras terjual, bahkan untuk beberapa cabang olah raga telah ludes. Semua ingin berbondong-bondong meramaikan dan menyaksikan keseruan Asian Games ke-18 ini. Rasa haru dan bangga menyelimuti kala lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan saat kemenangan Indonesia.
(foto: dokumen pribadi)
ADVERTISEMENT
Rasa bangga itu mulai terbangun saat hitung mundur Asian Games dan semakin kuat saat puncak acara pembukaan Asian Games yang sangat memukau tanggal 18 Agustus 2018 di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan. Mulai dari aksi stuntman Presiden RI Joko Widodo yang mengundang penasaran, aksi tari Ratoh Jaroe oleh ribuan penari yang mengagumkan sampai penampilan dari Anggun dan Via Vallen. Para putra-putri terbaik bangsa ini dikerahkan untuk berpartisipasi, merancang dan mempersiapkan acara pembukaan untuk menampilkan sebuah momen terbaik.
Semangat dan dukungan untuk tim Indonesia yang bertanding tidak henti-hentinya bergulir untuk dapat mengukir prestasi terbaik di Asian Games. Rasa bangga itu tidak hanya dari seberapa banyak medali emas yang diraih oleh para Atlet Indonesia, tetapi jiwa nasionalisme untuk mendukung Indonesia menjadi seorang tuan rumah yang baik. Tuan rumah yang bisa memberikan kenyamanan dan keamanan bagi para tamunya di Asian Games.
ADVERTISEMENT
(foto: wikipedia)
Maka tidak berlebihan bila Presiden Soekarno berkata bahwa Asian Games bukan hanya terbatas pada pertandingan olah raga, tetapi juga mengusung harga diri bangsa. Even olahraga semacam ini dapat digunakan sebagai medium untuk membentuk karakter bangsa. Apabila Presiden Soekarno dapat hadir di perhelatan Asian Games tahun 2018 ini, betapa bangganya ia melihat rakyat Indonesia bahu membahu bersatu untuk mensukseskan event besar ini. Sebelumnya, Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games ke-4 di tahun 1962, dimana Indonesia masih belia karena baru saja 17 tahun merdeka. Saat itu Indonesia mungkin belum memiliki kemajuan infrastruktur yang modern dan kapasitas sebaik sekarang ini
Nasionalisme Indonesia kini terasa bangkit lagi. Begitu kental dan kuat di tengah-tengah masyarakat kita. Bahkan maskot Asian Games ke-18 ini dinamakan Bhin-Bhin, Atung dan Kaka diambil dari kata Bhineka Tunggal Ika mempersatukan kita. Indonesia berbeda-beda tetapi tetap satu.
ADVERTISEMENT
Seluruh lapisan masyarakat Indonesia bersatu bahu-membahu untuk mendukung keberhasilan Asian Games dan kemenangan Indonesia. Bangsa Indonesia tengah menikmati romantisme nasionalisme dalam demam Asian Games ini. Jiwa nasionalisme yang akhir-akhir ini terasa terpinggirkan oleh perbedaan pendapat, pandangan, ataupun keyakinan hilang berbaur dalam gelora Asian Games. Rasa kebangsaan yang kuat di event Asian Games ini seolah sedikit melupakan riuhnya dinamika politik dalam negeri yang hiruk pikuk.
Semoga saja rasa nasionalisme ini tidak hanya berhenti saat Asian Games berakhir nanti, tetapi terus tertanam dalam jiwa dan raga kita, anak cucu kita dan seluruh bangsa Indonesia.
Indonesia Bangga!