Menggali Potensi Pariwisata di Kawasan Perbatasan Indonesia di Atambua

Fenny Maharani
A wanderer on her way synchronising to be a Diplomalist
Konten dari Pengguna
20 Agustus 2018 15:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fenny Maharani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sekitar sepuluh tahun lalu, saya sempat melakukan perjalanan darat dari Dili ke Atambua. Perjalanan selama tiga setengah jam tersebut tak terasa lama karena di sepanjang perjalanan disuguhi pemandangan panorama alam yang indah.
ADVERTISEMENT
Kali ini bersama 31 Diplomat Muda Indonesia lainnya, saya berkunjung kembali ke kota Atambua. Kota Atambua telah berubah cukup baik dan semakin maju. Sebut saja pembangunan Pos Lintas Batas Negara di Motaain yang kokoh dan dilengkapi dengan perangkat yang siap menjaga perbatasan Indonesia-Timor Leste.
(Foto: Dokumen Pribadi)
Namun, bila melihat lebih dalam lagi, terdapat potensi yang masih dapat digali lebih banyak lagi, khususnya sektor pariwisata. Kota Atambua memiliki potensi alam yang mempesona dan tradisi budaya Nusa Tenggara yang kuat. Dua kekuatan ini dapat menjadi kombinasi yang tepat untuk mengembangkan pariwisata di Atambua. Belum lagi kawasan perbatasan Indonesia-Timor Leste yang dapat menjadi potensi tingginya pergerakan manusia, termasuk juga wisatawan asing untuk masuk ke kota Atambua. Dari kekuatan-kekuatan ini lah kota Atambua dapat mengembangkan dirinya menjadi pusat pariwisata di kawasan perbatasan Indonesia-Timor Leste.
ADVERTISEMENT
Bagi masyarakat Indonesia sendiri, mungkin belum banyak yang pernah berkunjung ke kota Atambua. Minimnya informasi dan kurangnya promosi pariwisata bisa menjadi salah satu faktor mengapa Atambua jarang terdengar dibandingkan dengan wisata di Lombok ataupun Sumba.
Kota Atambua terletak di perbatasan antara Indonesia dengan Timor Leste. Kota ini merupakan ibukota dari Kabupaten Belu di Nusa Tenggara Timur dengan penduduk kurang lebih 80.000 jiwa. Akses untuk menuju kota Atambua dapat ditempuh melalui jalur udara ataupun darat dari Kupang, ibukota provinsi Nusa Tenggara Timur, ataupun melalui Dili, Timor Leste. Konektivitas udara maupun darat sudah terbangun dengan baik untuk mendukung pariwisata. Anda bisa menggunakan moda transportasi udara dari Kupang dengan waktu tempuh sekitar satu jam, ataupun melalui jalur darat selama kurang lebih enam sampai tujuh jam.
ADVERTISEMENT
Infrastruktur di kota Atambua ini terbilang sudah cukup baik, dilihat dari jalan-jalan di kota Atambua, listrik, jembatan, gedung pemerintahan dan bandara A.A. Bere Tallo. Beberapa hotel juga sudah menyediakan jaringan wifi.
Dari segi infrastruktur dasar, kota Atambua sudah memilikinya sebagai modal untuk pengembangan pariwisata, hanya perlu untuk dikembangkan dan diperbanyak lagi. Kota Atambua di Kabupaten Belu memiliki banyak potensi wisata yang dapat digali dan dikembangkan menjadi destinasi wisata yang menarik. Beberapa titik yang dapat dibangun menjadi destinasi wisata di kota Atambua seperti Pantai Pasir Putih yang indah dan bersih, Kolam Susuk yang memiliki keunikan cerita daerah lokal dan Teluk Gurita yang juga memiliki cerita daerah dan merupakan titik keberangkatan feri, serta wisata hutan mangrove yang unik.
(Foto: Rani OD - Dokumen Pribadi)
ADVERTISEMENT
Selain itu, kerajinan lokal seperti tenun khas Nusa Tenggara Timur dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan. Pengrajin kain tenun yang bernilai jual tinggi ini dan proses pembuatan tenun yang unik dapat dikembangkan menjadi desa wisata dan pasar wisata yang cantik dan menarik.
(Foto: Dokumen Pribadi)
Rumah-rumah asli penduduk setempat yang beratapkan rumbia juga bisa menjadi kekuatan untuk menjadi desa wisata. Dengan tetap mengedepankan adat dan budaya lokal, model rumah asli penduduk ini bisa dimodifikasi menjadi sebuah tempat peristirahatan, restoran, resort ataupun villa yang indah nan nyaman bagi wisatawan. Para wisatawan yang datang ataupun hanya singgah ke Atambua dapat bermalam di tempat peristirahatan yang unik dan menghabiskan waktu di wisata danau, pantai, bukit, desa wisata dan pasar wisata.
(Foto: Rani OD - Dokumen Pribadi)
ADVERTISEMENT
Budaya setempat dan rumah penduduk asli, dimana arsitektur rumah adat setempat tetap dilestarikan menjadi spot wisata yang kaya akan nilai-nilai luhur sekaligus juga instagramable bagi pengunjungnya. Pengembangan pariwisata di daerah ini harus tetap mempertahankan budaya lokal sehingga wisatawan yang berkunjung memiliki memori khusus dan berbeda dengan destinasi wisata lainnya.
Pariwisata di Atambua sangat potensial untuk dikembangkan lebih jauh. Namun pengembangannya tetap perlu memperhatikan kelestarian alam dan budaya lokal. Konsep wisata yang menyatukan kemajuan wisata modern dengan adat istiadat setempat, tradisi lokal dan alam yang tetap terjaga akan memiliki nilai jual tinggi. Pola pengembangan ini akan menjadi daya tarik wisata, tidak hanya bagi wisatawan asing, tetapi juga wisatawan domestik yang jumlahnya semakin meningkat di zaman media sosial ini.
ADVERTISEMENT
Pengembangan potensi pariwisata di kawasan perbatasan ini dapat memajukan perekonomian penduduk setempat dan mengangkat perekonomian di Atambua secara keseluruhan. Seperti tetangga sebelah di Nusa Tenggara Barat, pariwisata di Lombok telah mulai menunjukkan gaungnya, tidak hanya bagi wisatawan domestik, tetapi juga mancanegara.