Pelestarian Kerbau Kuntu Plasma Nutfah Riau

Feradis
Perencana pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau
Konten dari Pengguna
9 Januari 2021 14:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Feradis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kerbau Kuntu
zoom-in-whitePerbesar
Kerbau Kuntu
ADVERTISEMENT
Kerbau Kuntu merupakan ternak lokal dan salah satu kekayaan plasma nutfah Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Penyebarannya hanya meliputi Kabupaten Kampar. Kerbau Kuntu hidup di satu kawasan padang penggembalaan di daerah Kuntu Darussalam dan padang penggembalaan tersebut tertutup dari populasi lain. Penamaan Kerbau Kuntu sesuai dengan nama daerah dimana kerbau ini banyak ditemukan.
ADVERTISEMENT
Populasi Kerbau Kuntu di Desa Kuntu Darussalam mencapai 2.950 ekor. Kerbau Kuntu dipelihara secara ekstensif dan dilepas di padang penggembalaan di pinggir Sungai Kampar. Meski dilepas begitu saja, peternak memiliki cara tersendiri untuk menandai ternak mereka masing-masing.

Nilai strategis Kerbau Kuntu

Kerbau Kuntu merupakan salah satu komoditas ternak unggulan masyarakat Kuntu, karena keberadaan kerbau tersebut memegang peranan cukup penting dalam perekonomian masyarakat sejak dahulu. Selain itu, masyarakat Kuntu Darussalam khususnya dan Kabupaten Kampar umumnya lebih menyukai daging kerbau dibandingkan daging sapi karena menurut mereka daging kerbau lebih gurih dibandingkan dengan daging sapi.
Jumlah kepemilikan ternak kerbau di Kuntu juga menentukan status sosial masyarakatnya, semakin banyak kerbau yang dimiliki, maka semakin meningkat status sosial pemiliknya.
ADVERTISEMENT
Salah satu kendala masyarakat dalam pengembangan Kerbau Kuntu adalah keterbatasan modal. Hal ini diantisipasi dengan menggunakan modal sosial. Salah satu penerapan modal sosial adalah dalam bentuk kerjasama antara para peternak dengan investor dengan pola bagi hasil.
Beberapa persyaratan yang menjadi kesepakatan kedua belah pihak antara lain: seluruh biaya penggemukan ditanggung peternak, pemilik modal menyediakan kerbau yang akan digemukkan, memasarkan sapi hasil penggemukan, pemilik modal terkadang memberikan biaya operasional harian, dan peternak penggaduh memperoleh bagian antara 40-60% dari nilai tambah kerbau selama penggemukan.

Sifat kuantitatif Kerbau Kuntu

Ukuran tubuh Kerbau Kuntu betina antara lain tinggi pundak ±110 cm, tinggi pinggul 117,33±9,86 cm, panjang badan 122±12,43 cm, lingkar dada 172,33±16,50 cm, lebar dada 31±36,06 cm dan bobot badan ±450 kg. Sedangkan ukuran tubuh jantan, tinggi pundak 113 cm, tinggi pinggul ±115 cm, panjang badan ±119 cm, lingkar dada ±182 cm, lebar dada ±64 cm dan bobot badan ±500 kg (Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Riau, 2014).
ADVERTISEMENT
Hasil penelitian Anggraeni dkk (2011) menunjukkan bahwa tinggi pundak Kerbau Kuntu betina dan jantan lebih besar dibandingkan tinggi pundak kerbau Simeleu (Kerbau Aceh), akan tetapi lebih kecil dibandingkan ukuran tubuh populasi kerbau lokal lainnya.
Tinggi pinggul Kerbau Kuntu lebih besar dibandingkan kerbau Simeleu, Banten dan Kalsel, akan tetapi lebih kecil dibandingkan kerbau NTB, Sumut, Sulsel dan Jawa Tengah. Panjang badan Kerbau Kuntu betina lebih besar dibandingkan kerbau Sumut, Sulsel, NTB, Simeleu, Kalsel. Lebar dada Kerbau Kuntu betina lebih kecil dibandingkan kerbau lokal lainnya, sedangkan pada Kerbau Kuntu jantan, memiliki ukuran lebar dada dan lingkar dada yang lebih besar dibandingkan kerbau lokal lainnya.

Sifat kualitatif Kerbau Kuntu

Variasi warna kulit kerbau jantan dan betina dewasa pada Kerbau Kuntu adalah abu-abu gelap dan abu-abu terang. Ciri spesifik pada Kerbau Kuntu adalah adanya gelang kaki warna hitam.
ADVERTISEMENT
Bentuk tubuh Kerbau Kuntu padat, berisi, sedikit lemak dan tidak terlalu besar. Keberadaan tanduk baik jantan maupun betina adalah normal dan bentuknya bervariasi, ada yang melingkar ke belakang dan dan ada yang melingkar ke bawah, namun tanduk melingkar ke belakang lebih dominan.
Tanduk bagi kerbau lumpur digunakan untuk mengais lumpur di tempat berkubang dan menghalau serangga yang ada dibagian punggungnya, sekaligus untuk menggaruk, dan bagi pejantan dipergunakan untuk bertarung dengan pejantan lainnya. Bentuk tanduk kerbau lumpur lebih bervariasi bila dibandingkan kerbau sungai.

Informasi genetik

Sari dkk (2013) menyimpulkan bahwa dari uji elektroforesis dan sekuensing DNA pada Kerbau Simeulue dan membandingkannya dengan kerbau Riau, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Tengah dan NTB, Kerbau di Riau termasuk tipe kerbau lumpur dan sejak awal keberadaannya belum pernah terkontaminasi oleh gen kerbau lain.
ADVERTISEMENT
Kerbau di Riau memiliki hubungan genetik secara maternal yang erat dengan Kerbau Simeleu (Aceh) dibandingkan populasi lainnya. Nilai matrik jarak genetik kerbau di Riau memiliki jarak genetik terdekat dengan kerbau simeleu di Aceh yaitu sebesar 0.020, dan memiliki jarak genetik terjauh dengan Kerbau Sumut (0.027). Berdasarkan hal tersebut, diduga kuat populasi Kerbau Kuntu merupakan populasi kerbau yang spesifik, apalagi jika dilihat dari pohon filogenetik populasi, terlihat bahwa kerbau Riau berada pada kelompok terpisah dengan kerbau NTB, Banten, Sumut, Jateng dan Sulsel.

Pelestarian Kerbau Kuntu

Pelestarian bertujuan terutama untuk mempertahankan kemurnian genetik Kerbau Kuntu sebagai cadangan plasma nutfah dan pengembangan ternak di masa yang akan datang.
Upaya mempertahankan kemurnian genetik Kerbau Kuntu dilakukan melalui penetapan rumpun/galur ternak lokal Kerbau Kuntu, dan pada tahun 2014 sudah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 1053/Kpts/Sr.120/10/2014 Tentang Penetapan Rumpun Kerbau Kuntu.
ADVERTISEMENT