PMK Mewabah Ancam Keamanan Pangan Asal Hewan

Feradis
Perencana pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau
Konten dari Pengguna
22 Agustus 2022 15:10 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Feradis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ternak sapi rentan terhadap PMK. Foto: dokumentasi pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Ternak sapi rentan terhadap PMK. Foto: dokumentasi pribadi.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Belum lama kasus penyakit Lumpy Skin Desease dilaporkan ditemukan di Indonesia, dunia peternakan nasional kembali diguncang dengan outbreak-nya salah satu penyakit hewan menular yang dapat mengancam keamanan pangan, yaitu Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Penyakit ini disebabkan oleh enterovirus yang sangat kecil dari Family Picornaviridae, Genus Aphtovirus.
ADVERTISEMENT
PMK adalah penyakit epizootika dengan daya tular tinggi (highly contagious) pada hewan berkuku genap/belah yang paling ditakuti di dunia karena menimbulkan kerugian ekonomi dan sosial yang tinggi.
PMK di Indonesia pertama kali dilaporkan terjadi di daerah Malang Jawa Timur pada tahun 1887. Upaya pemberantasan dan pembebasan PMK secara intensif di Indonesia dilakukan sejak tahun 1974 sampai tahun 1986.
Pada tahun 1986 Indonesia dinyatakan bebas dari PMK berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 260 Tahun 1986. Status bebas ini secara resmi diakui oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) melalui Resolusi Nomor XI Tahun 1990.
PMK menjangkiti sapi, kerbau, kambing, domba, babi, dan jenis-jenis hewan sebangsanya yang memiliki kuku genap/belah. Penularan PMK dapat terjadi karena kontak langsung, kontak tidak langsung maupun penyebaran melalui udara. Kontak langsung yaitu antara hewan tertular dengan hewan rentan. Sedangkan kontak tidak langsung yaitu melalui kontak dengan virus pada manusia, alat dan sarana transportasi akibat terkontaminasi dari peternakan yang mengalami wabah PMK.
ADVERTISEMENT
Hewan yang terinfeksi PMK menunjukkan gejala klinis yang bervariasi tergantung galur virus PMK yang menyerang, jumlah virus, umur dan jenis breed hewan, host dan derajat kekebalan dari host. Gejala bervariasi dari yang ringan sampai yang tidak tampak dan bahkan sampai berat.
Pada sapi terjadi demam tinggi (pireksia) dengan suhu badan 39-41 derajat celcius, diikuti munculnya lepuh atau vesikula pada lidah dan daerah interdigit (celah kuku). Lepuh pada lidah pecah mengakibatkan terjadinya hipersalivasi atau air liur berlebih yang berwarna bening menggantung di bibir. Pada kondisi ini, hewan tidak memiliki nafsu makan (anoreksia) dan akhirnya kurus. Hewan lebih sering berbaring karena kaki pincang dan gemetaran, keluar cairan dari hidung, luka pada mulut, lidah dan gusi. Lepuh juga dapat terjadi pada puting dan kelenjar mamae yang menyebabkan produksi susu turun hingga 80%. Hewan terinfeksi PMK juga dapat mengalami keguguran.
ADVERTISEMENT
Pada kambing dan domba gejala klinisnya antara lain pireksia, pincang dan lesi ringan pada mulut, lesi pada kaki sepanjang mahkota band atau ruang interdigital, lesi pada dental pad. Pada ternak babi terjadi pireksia.

Kerugian akibat PMK

Dari hasil kajian yang dilakukan Rochadi Tawaf pada tahun 2017, disebutkan bahwa secara spesifik ancaman PMK adalah sulitnya mencapai target angka pertumbuhan populasi ternak apabila terjadi wabah dan prevalensi PMK yang persisten, pada ternak dewasa umumnya akan meningkatkan risiko abortus dadakan di antara ternak-ternak bunting dan kematian anak sapi, kerugian ekonomi terutama disebabkan oleh penurunan produksi ternak (susu daging) serta penurunan produktivitas tenaga kerja, dan secara ekonomi PMK menciptakan “externalities” dan keterperangkapan pangan.
ADVERTISEMENT
Dari hasil kajian lainnya disebutkan bahwa kerugian ekonomi terjadi terutama disebabkan oleh kehilangan produktivitas, yaitu penurunan produksi susu (25% per tahun), penurunan tingkat pertumbuhan sapi potong (10-20% lebih lama mencapai dewasa), kehilangan tenaga kerja (60-70% pada bulan pertama pasca infeksi), penurunan fertilitas (angka abortus mencapai 10%) dan perlambatan kebuntingan, kematian anak (20-40% untuk domba dan babi).
Kerugian ekonomi lainnya disebabkan oleh pemusnahan ternak yang terinfeksi secara kronis, gangguan perdagangan domestik (pengendalian lalu lintas ternak) dan manajemen ternak, kehilangan peluang ekspor ternak dan biaya eradikasi atau pemusnahan hewan yang terkontaminasi.

Pencegahan dan penanganan hewan tertular

Pencegahan penyebaran PMK dapat dilakukan dengan cara petugas/peternak wajib disemprot desinfektan jika hendak memasuki kandang, kendaraan sebaiknya diparkir di depan kandang atau lebih jauh dari kandang dan disemprot, peternak sebaiknya menyiapkan baju khusus yang hanya digunakan untuk di kandang, melakukan desinfeksi kandang mulai pintu masuk kandang sehari dua kali (pagi dan sore), tidak memperbolehkan orang lain berkunjung ke kandang, mengurangi adanya lalu lintas ternak (untuk sementara tidak melakukan jual beli ternak).
ADVERTISEMENT
Hambatan yang ditemui dalam pencegahan PMK antara lain angka kesakitan/penularan bisa sampai dengan 100%, keterbatasan obat-obatan suportif, terbatasnya SDM kesehatan hewan di kabupaten/kota, keterbatasan sarana prasarana dan SDM di Pos check point antar provinsi, pengawasan lalu lintas ternak tidak maksimal karena keterbatasan kewenangan petugas check point, sarana prasarana biosekuriti di Holding Ground dan Rumah Potong Hewan (RPH) sebagai entry point ternak masih terbatas dan penularan penyakit melalui udara/hembusan angin menyulitkan pencegahan penyebaran PMK.
Langkah-langkah yang dapat diambil untuk pemecahan masalah penyebaran PMK yaitu peningkatan koordinasi lintas sektoral, penyusunan regulasi tentang lalu lintas hewan dan produk hewan dan tata cara beternak yang baik, peningkatan SDM kesehatan hewan serta peningkatan sarana prasarana check point. Penanganan ternak yang sakit dilakukan dengan mengisolasi ternak sakit agar tidak menyebar ke ternak lainnya, pengobatan ternak sakit dan penyemprotan kandang dengan desinfektan.
ADVERTISEMENT
***
Feradis-Perencana Bappedalitbang Provinsi Riau.
Baca juga artikel lainnya di https://kumparan.com/feradis-nurdin