Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
10 Ramadhan 1446 HSenin, 10 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Hidroponik Solusi Berkurangnya Lahan Pertanian
23 Agustus 2023 10:53 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Ferdi Febrian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Hidroponik, suatu solusi dari pertanian masa kini, sebagai salah satu inovasi minimnya lahan pada masa sekarang
ADVERTISEMENT
Pertanian merupakan sektor yang paling vital dalam kehidupan ini. Menurut saya ya ini, dari pertania kita bisa makan, dari pertanian kita bisa tinggal, dari pertanian kita bisa berpakaian. Tidak bisa dipungkiri bahan makanan bahkan semua yang kita konsumsi sebagian besar dari produk pertanian, baik beras, gandum, sayur, buah, susu, keju, daging, itu semua merupakan produk dari sektor pertanian.
ADVERTISEMENT
Baju yang kita pakai dari serat kapas, dan rumah yang kita pakai bisa saja dari kayu, kalaupun dari bata, proses pembakarannya dengan sekam hasil padi atau dari kayu bakar. Yaaa walaupun untuk konstruksi bangunan kita sudah ada baja ringan atau juga batako dan bata ringan. Jadi bisa disimpulkan sih dari sedikit uraian diatas, yang tentunya menurut saya, tetap sebagian besar dari sektor pertanian.
Ada 3 hal yang menurut saya yang sangat berkaitan dalam sektor pertanian. Yaitu produk (tanaman yang ditanam), petani itu sendiri (manusia) dan yang terakhir adalah tempat menanam (lahan). Kita bisa lihat semakin kesini, semakin tambahnya perkembangan jaman, semakin banyak jenis tanaman budidaya yang bisa di tanam, dengan berbagai keunggulannya. begitu juga manusianya, semakin banyak manusia yang hidup. semakin banyak penduduk, maka semakin banyak tempat tinggal atau rumah, dan semakin banyak pula kebutuhan makan, dan itu artinya semakin sedikit lahan pertanian.
ADVERTISEMENT
Jadi, cukup pelik dan menarik, semakin banyak manusia, semakin banyak kebutuhan dari sektor pertanian, tapi justru semakin sedikit lahan. padahal tanaman tidak bisa terbang, mereka butuh tempat tumbuh yang kita sebut lahan. Lalu bagaimana mengatasi atau "mensiasati" masalah pelik ini....??
Yaaa kalian tau jawabannya, sesuai judul tertera, HIDROPONIK.......
Gambar diatas merupakan salah satu pengaplikasian hidroponik pada tanaman seledri. Bagaiman awal mulanya hidroponik ini tercipta...?? Mari kita bahas.....
Dalam catatan sejarah, sebenarnya teknik hidroponik ini telah ada sejak ribuan tahun yang lalu yaitu 2600 tahun yang lalu (Susilawati, 2019). berdasarkan sejarah yang ada Hanging Garden Babylon menjadi salah satu contoh pengaplikasian teknik ini. Hanging Garden ini diyakini oleh beberapa ahli sejarah (Dr. Stephanie Dalley dan Somerville College dari Oxford University) tidak dibangun pada masa Raja Nebukadnezzar, akan tetapi telah ada jauh di kawasan Niniwe, Irak (300 mil dari Babylonia) oleh Raja Suria I Raja Sennacherib.
ADVERTISEMENT
Floating Garden Aztecs juga menjadi salah satu teknik budidaya secara hidroponik, bahkan menjadi teknik budidaya hidrponik yang paling efisien. Teknik ini dinamakan Chinampas oleh suku Aztcs. Dimana teknik ini dilaukan dengan memanfaatkan rakit yang diberi media berupa lumpur yang mengandung bahan organik yang dibutuhkan banyak oleh tanaman. Nantinya akar tumbuh menembus lumpur dan menyentuh langsung ke air.
Lalu mulai tahun 1804, Nicolas De Saussure mempublikasikan suatu penelitian bahwasanya tanaman menyerap mineral yang diperoleh dari air, tanah dan udara. kemudian dibenarkan pula oleh Jean Baptiste Boussingault pada tahun 1851. selanjutnya pada Ttahun 1860 oleh ilmuwan Jerman Julius von Sachs berhasil mempublikasikan 9 unsur penting sebagai cikal bakal "nutriculture". Muncul banyak ilmuwan tentang pengembangan ini melalui berbagai penelitian pada sebelum 1930. Hingga muncul seorang tokoh bernama Wilhelm Knop yang mendapt gelar "The Father of water Culture" pada 1861.
ADVERTISEMENT
Percobaan terus dilakukan hingga pada tahun 1930, Dr. William Freederick Gericke mencoba menanam tanaman petanian dengan sistem ini yang diberi nama "Aquaculture", tetapi karena nama tersebut telah digunakan untuk budidaya hewan air, Dr Freederick menciptakan istilah "hidroponik" pada tahun 1936 dimana istilah ini juga disarankan oleh WA Setchell dari University of California"
Aplikasi awal teknik ini yaitu pada Perang Dunia II antara 1939 hingga 1945, yang dilakukan Jepang. Karena pada saat itu, bom atom merusak kondisi tanah di Jepang. oleh karena itu, hingga saat in masyarakat Jepang terus mengembangkan teknik ini, karena tau kelebihan dari teknik penanaman dengan tanpa tanah ini.
Sumber :
Dasar-Dasar Bertanam Hidroponik. 2019. Dr. Susilawati. M.Si. Unsri Press:Palembang
ADVERTISEMENT