Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Kegiatan LKP di Prodi Ilmu Pemerintahan UMM Menuai Kontroversi dari Mahasiswa
22 Desember 2022 16:54 WIB
Tulisan dari Ahmad Ferdiansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Latihan Kepemimpinan (LKP) adalah sebuah kegaitan ospek jurusan yang wajib di ikuti oleh mahasiswa ilmu pemerintahan Universitas Muhamdiyah Malang (UMM). Agenda ini dilaksanakan di Dodik belanegara Rindam V Brawijaya Malang. kegiatan LKP ini sudah ada sejak beberapa tahun terakhir dan menjadi tradisi ilmu pemerintahan UMM. Tujuan dari LKP ini tak lain untuk melatih kepeminpinan dan mengasah kedisiplinan mahasiswa ilmu pemerintahan.
ADVERTISEMENT
Kegiatan LKP ini adalah salah satu sarana untuk menempuh mata kuliah skripsi sehingga mau tidak mau mahasiswa ilmu pemerintahan harus mengikuti kegiatan LKP ini. Salah satu administrasi yang harus di penuhi peserta biaya sebesar Rp. 455.000.00. Hal yang menjadi persoalan dalam pembayaran adalah tidak adanya toleransi peserta untuk menyicil dan membayar dalam waktu pasca LKP. Tentunya ini menjadi kontoversi, sebab ada beberapa mahasiswa yang belum mampu melunasi administrasi pembayaran karena latar belakang ekonomi. Agenda ini juga dilaksanakan setalah UTS dimana para mahasiswa telah malakukan SPP dan cicilan DPP sebagai mengikuti UTS sebasar Rp. 5.200.000.00,
Adapula yang tidak rasional dalam pembiyaan dana yakni kurang spesifiknya tranparansi kebutuhan dengan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh peserta. Sebagai salah satu contoh adalah komsumsi yang didapatkan peserta sama sekali tidak sesuai dengan apa yang dibayar berupa Rp.105.000.00 sedangkan makanan diberikan kepada peserta hanya enam kali dalam tiga hari kegiatan berlansung. Diluar biaya kegiatan ada juga biaya baju PDH sebesar Rp.210.000.00. sehingga total biaya kegiatan tersebut menjadi Rp.665.000.00. biaya ini tentu terbilang mahal dengan sarana yang di dapat terlebih lagi tidak sinkron atau tidak rasional.
ADVERTISEMENT
Adapun persoalan berikunya adalah materi yang di berikan sama sekali tidak efektif terhadap mahasiswa. ada 12 materi, dua diantara tentang pelatihan baris-berbaris dan peraturan penghormatan militer, sepuluh lainnya merupakan materi tentang berfikir dan menganalisis.salah satu ketidak efektifan adalah materi tantang “simulasi perlemen” dalam pembasannya peserta menguraikan suatu kasus yang dimana kasus tersebut belum di ketahui kronologinya oleh peserta. Hal itu menyebabkan pembahasannya hanya sekadar diskusi atau perdebatan kusir.
Selanjutnya adalah kinerja kepanitian LKP yang berupaya untuk mendisiplinkan peserta namun lupa cara disiplin diri sendiri. Penulis menguraikan salah satu diantaranya adalah berpanampilan rapi, contohnya berambut pendek dan rapi, namu pihak panitia sendiri khususnya cowok rambutnya tidak rapi bahkan ada yang panjang. Contoh lainnya lagi adalah sikap senioritas panitia yang hanya berlagak mengatur peserta dengan cara menekan, padahal dengan cara lembutpun bisa. Sangat disayangkan sikap dan tindakan panitia dalam kegiatan LKP tidak mecerminkan kepemimpinan dan kedisiplinan yang merupakan output kegiatan ini.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya, latihan kepemimpinan di UMM sudah ada, namanya Program Pembentukan Kepribadian dan Kepemimpinan. Program ini wajib pula di ikuti satu kali oleh seluruh mahasiswa selama berkuliah di UMM khususnya yang mengambil S-1. Persamaannya P2KK dengan LKP adalah tujuannya yang sama dan diadakan pada sumester satu tahun ajaran baru. Hal ini bagi penulis terlalu menyia-nyiakan kegiatan di semesterter yang sama dalam kurun waktu yang dekat, padahal maksud dan tujuannya sama yakni membina karakter kepemimpinan. Kemudian kegiatan P2KK dinilai lebih efektif terhadap mahasiswa karena dari dalam skema pembelajaran P2KK semua peserta dituntut untuk aktif sedangkan di kegiatan LKP hanya segelintir peserta yang aktif di forum berdasarkan kemampuan peserta tersebut. Dalam hal ini, membina karakter kepemimpinan sejatinya di LKP tidak melakukan penerapan yang sama dengan P2KK yang menuntut semua peserta harus bisa aktif, dengan hal ini kegiatan LKP tidak seefektif P2KK.
ADVERTISEMENT
Berbagai pertimbangan terkait LKP, pihak prodi menginformasikan pada peserta LKP 2022 bahwa “Kegiatan LKP selanjutnya akan diadakan selama tujuh hari”. Sedangkan perhitungan kegiatan LKP dalam hal administrasi keungan akan disesuaikan dengan lamanya kegitan itu berlangsung, yang artinya memungkinkan biaya mengikuti LKP akan bertambah dua kali lipat.kemudian dari segi fisik, dengan berjalannya kegiatan selama tiga hari, para peserta mengalami penurunan kebugaran tubuh, hal ini diperjalas dengan beberapa peserta LKP yang sakit, karena ada rangkaian aktifitas fisik dalam kegiatan tersebut yang di pandu oleh pihak TNI. Entah dengan alasan apa pihak prodi akan memperpanjang kegiatan LKP, bagi penulis Seharusnya yang diubah skema atau metodenya bukan lama kegiatannya.
LKP dengan berupa aktifitas fisiknya sangatlah tidak mimiliki korelasi dengan menunjang karakter kepemimpinan para mahasiswa. Bagaimana tidak, mahasiswa yang sebagiannya mempunyai fisik lemah dituntut untuk mengikuti agenda aktifitas fisik yang tidak sesuai dengan kondisi tubuhnya. Pada akhirmya pemaksaan aktifitas tersebut akan berdampak buruk bagi peserta yang sebagian kondisi tubuhnya tidak sanggup. Padahal untuk membangun karakter kepemimpin atau bahkan kedisiplinan, bagi penulis tidak selalu harus menggunakan fisik akan tetapi penanaman nilai kasadaran setiap peserta jauh lebih fundamental, artinya metode kegiatannya tidak selaras dengan kondisi mahasiswa saat ini.
ADVERTISEMENT
Dari berbagai uraian di atas, penulis menilai bahwa kegiatan LKP Ilmu Perintahan UMM tidaklah efektif terhadap para mahasiswa, maka kegiatan ini sebaiknya ditiadakan karena sama sekali tidak berbobot dan hasilnya bagi para peserta cenderung lebih merasakan lelah dari pada nilai berupa ilmu yang di dapatnya. Pada akhirnya penulis mengutip pernyataan Aristoteles “Mendidik pikiran tanpa mendidik hati adalah bukan pendidikan sama sekali.”