Diplomasi Budaya dalam Jamuan Makan Malam G20: Batik hingga Tari Tradisional

Ferdian Ahya Al Putra
Dosen Hubungan Internasional, Universitas Sebelas Maret
Konten dari Pengguna
16 November 2022 12:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ferdian Ahya Al Putra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jokowi bersama pimpinan negara G20 dalam Welcoming Dinner G20. Foto: instagram/@jokowi
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi bersama pimpinan negara G20 dalam Welcoming Dinner G20. Foto: instagram/@jokowi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bali - Group of Twenty atau yang sering disebut dengan G20, yang pada edisi kali ini menempatkan Indonesia sebagai tuan rumah, digelar pada 15-16 November di Bali.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari laman resmi Bank Indonesia, G20 merupakan forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU) dengan merepresentasikan lebih dari 60% populasi bumi, 75% perdagangan global, dan 80% PDB dunia.
Indonesia bersama Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, Perancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa merupakan anggota dari G20 serta menjadi satu-satunya negara ASEAN di dalamnya.
Pada perhelatan tersebut, Indonesian memberikan jamuan makan malam kepada pimpinan negara anggota G20 pada Selasa (15/11/2022). Jamuan tersebut dikemas menarik dalam balutan budaya Indonesia. Pada studi Hubungan Internasional, hal ini sering dikenal dengan "Diplomasi Budaya".
Hubinger (2006) dikutip dari Pajtinka (2014), mendefinsikan diplomasi budaya sebagai instrumen penting politik luar negeri negara, terkait dengan presentasi, promosi, dan pembangunan citra positif suatu negara, melalui kegiatan budaya. Kemudian, Clarke (2020) dalam tulisannya menyebutkan bahwa diplomasi budaya menunjuk bidang kebijakan, di mana negara berusaha memobilisasi sumber daya budaya mereka untuk mencapai tujuan kebijakan luar negeri.
ADVERTISEMENT
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa suatu negara dalam menggunakan elemen budaya yang dimilikinya guna mencapai tujuan kebijakan luar negerinya. Pada jamuan makan malam G20, panitia mengemas agenda tersebut dengan menampilkan berbagai atraksi budaya dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Tari Kecak yang berasal dari Bali. Selain itu, pakaian adat Bali sebagai simbol budaya juga dikenakan oleh Jokowi dan Iriana dalam momen tersebut.
Jamuan makan malam atau welcoming dinner yang disiarkan secara langsung melalui beberapa akun Youtube pemerintah dan stasiun televisi tersebut, turut menampilkan pemimpin dari berbagai negara yang mengenakan Batik. Sebut saja seperti Presiden China, Xi Jinping dan Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida yang mengenakan Batik dalam momen tersebut. Pada laman resmi Kemendikbud, Batik telah diakui sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi oleh The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sejak 2 Oktober 2009.
ADVERTISEMENT
Welcoming dinner tersebut turut diselenggarakan di Garuda Wisnu Kencana (GWK). Dilansir dari laman resminya, GWK merupakan taman budaya yang menyajikan pertunjukan budaya yang menarik, cerita rakyat legendaris, patung besar, dan presentasi sinematik yang dramatis. GWK selama ini menjadi destinasi wisata yang populer bagi wisatawan dari lokal hingga mancanegara. Hal ini tentu dapat lebih memperkenalkan lagi GWK di kancah internasional sebagai situs yang wajib untuk dikunjungi. Terlebih lagi ketika perhelatan ini disiarkan melalui Youtube, yang dapat diakses oleh masyarakat dari berbagai negara.
Selain itu, menu makanan khas nusantara yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia disajikan dalam welcoming dinner tersebut. Dikutip dari Tempo.co, terdapat berbagai makanan khas nusantara yang disajikan seperti Rendang Padang, perkedel jagung daging rajungan Manado, dan asparagus dalam saus kunyit Bali. Sajian-sajian tersebut menunjukkan keragaman potensi kuliner yang dimiliki di Indonesia.
ADVERTISEMENT
G20 bagi Indonesia, tentunya tidak hanya dianggap sebagai forum untuk mencapai tujuan dalam kebijakan luar negeri Indonesia, tetapi juga salah satu langkah untuk memperkenalkan budaya dan potensi wisatanya. Hal ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pelaku wisata, seniman dan pelaku budaya, pelaku kuliner, pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), dan sebagainya.
Meskipun Indonesia memiliki potensi wisata berbasis budaya yang besar, namun, nyatanya jumlah kunjungan wisatawan asing di Indonesia masih kalah dengan beberapa negara di Asia Tenggara. Menurut data yang dihimpun Katadata, kunjungan wisatawan mancanegara di Indonesia menempati urutan ke-4, masih kalah dengan Thailand, Malaysia, dan Singapura. Thailand misalnya, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara jauh lebih besar dengan lebih dari 38,2 juta kunjungan, berbanding dengan Indonesia yang hanya menyentuh angka sekitar 15,8 juta.
Logo G20 Indonesia 2022. Foto: Indonesia.go.id
Pergelaran G20 ini dapat dikatakan sebagai salah satu langkah yang diambil pemerintah untuk mendongkrak pariwisata di Indonesia, khususnya wilayah Bali dan sekitarnya yang sempat terdampak akibat pandemi COVID-19. Diplomasi budaya sangat ditekankan dalam upaya tersebut, yang nampak pada berbagai detail yang ada. Misalnya dari detail yang paling mendasar, logo G20 dikemas dengan Gunungan sebagai salah satu elemen dalam wayang. Ini menegaskan bahwa pemerintah Indonesia berupaya menekankan pada aspek budaya, sebagai salah satu kekayaan dan potensi yang dimiliki negara Indonesia.
ADVERTISEMENT