Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mengenal Lebih Dekat Sejarah Kuda Renggong Dari Tanah Sunda
25 November 2024 11:54 WIB
·
waktu baca 1 menitTulisan dari Ferdian Nuradit tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejarah Awal Kesenian Kuda Renggong
Seni Kuda Renggong merupakan salah satu warisan budaya yang berasal dari Desa Ciburunguk, Kecamatan Buahdua, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, sekitar tahun 1910-an. Seni ini diciptakan oleh seorang tokoh bernama Sipan, yang terinspirasi oleh gerakan alami kuda. Ia berpikir bahwa seekor kuda dapat dilatih untuk melakukan tarian.
ADVERTISEMENT
Kesenian ini adalah perpaduan antara dua seni, yaitu keterampilan dalam mengendalikan kuda dan seni bela diri pencak silat. Saat pertunjukan, kuda dihias dengan warna-warna cerah, kain tradisional, dan berbagai aksesori untuk mempercantik tampilannya. Pertunjukan ini sering kali diiringi oleh alat musik tradisional seperti kendang, gong, kempul, dan terompet.
Fungsi dan Tradisi
Pada awalnya, kesenian ini berfungsi sebagai hiburan masyarakat dan sering kali dipentaskan saat hajatan besar, seperti pernikahan dan khitanan. Hingga kini, seni ini tetap bertahan dan menjadi simbol budaya masyarakat Sunda. Umumnya, seorang anak yang memiliki hajat akan dinaikkan ke atas Kuda Renggong yang telah dihias, lalu diarak oleh warga sekitar menuju lokasi acara.
Selain di Sumedang, kesenian ini sering tampil di wilayah lain di Jawa Barat, seperti Majalengka, Subang, dan Indramayu. Biasanya, ada sedikit perubahan pada musik pengiringnya sesuai dengan ciri khas daerah masing-masing.
ADVERTISEMENT
Pelestarian Kesenian Kuda Renggong
Saat ini, Kuda Renggong telah menjadi salah satu ikon kesenian Tanah Sunda yang diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda di Indonesia. Dalam acara budaya lokal maupun nasional, Kuda Renggong sering ditampilkan dan dipromosikan kepada generasi muda agar mereka tetap mengenal dan melestarikan kesenian ini.
Namun, seperti halnya seni tradisional lainnya, Kuda Renggong menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan eksistensinya di tengah dunia modern yang serba cepat. Dukungan dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk membantu para penggiat seni melestarikan tradisi ini sebagai kebanggaan budaya lokal.
Menurut data dari laman Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka tahun 2022, setidaknya ada 93 kelompok kesenian yang masih aktif mempertahankan seni Kuda Renggong.
ADVERTISEMENT