Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
No Buy Challenge dan 'Kebahagiaan' Tanpa Belanja: Mitos atau Fakta?
6 Januari 2025 11:54 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari FERDY KUSUMA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saat semua barang bisa dibeli hanya dengan beberapa klik, muncul sebuah tantangan yang mendadak viral: "No Buy Challenge." Apa itu? Sederhana saja, kamu diminta untuk berhenti membeli barang-barang yang tidak terlalu penting selama satu bulan atau lebih. Hanya beli yang benar-benar kamu butuhkan. Mungkin kedengarannya mudah, tapi tantangan ini lebih dari sekadar berhenti boros—ini tentang apakah kita bisa menemukan kebahagiaan tanpa harus memenuhi keranjang belanja kita. Lalu, benarkah tantangan ini membawa kebahagiaan? Atau hanya sekadar mitos?
ADVERTISEMENT
Era Konsumsi Digital: Kita Semua Terseret
Coba hitung, sudah berapa kali kamu "tergoda" untuk membeli barang online dalam seminggu? Iklan di Instagram, notifikasi diskon dari e-commerce, atau kebutuhan mendadak yang tiba-tiba muncul di pikiran. Belanja sudah jadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Banyak yang berpikir, “Belanja sedikit nggak masalah, kan?” Padahal, godaan untuk terus membeli bisa bikin kita merasa tidak pernah cukup, meskipun barang yang kita beli tidak terpakai.
Di sinilah No Buy Challenge menawarkan ide yang cukup menarik: jika kita berhenti sejenak dari belanja yang tidak perlu, mungkin kita bisa merasa lebih bebas. Kebebasan ini bukan hanya soal uang, tetapi juga menenangkan pikiran dari keinginan yang tak ada habisnya.
Benarkah "No Buy" Membawa Kebahagiaan?
ADVERTISEMENT
Beberapa orang yang ikut tantangan ini merasa seperti menemukan kebahagiaan yang selama ini hilang. Mereka merasa lebih ringan karena uang yang biasanya habis untuk barang-barang tidak penting kini bisa digunakan untuk hal-hal lain yang lebih berarti, seperti pengalaman atau investasi masa depan. Banyak dari mereka menjadi lebih sadar akan apa yang sebenarnya mereka butuhkan dalam hidup.
Namun, kenyataannya, No Buy Challenge tidak selalu membuat semua orang merasa bahagia. Ada juga yang merasa frustrasi dan stres karena keinginan untuk membeli sesuatu selalu datang. Rasanya seperti ada yang hilang ketika mereka harus menahan diri dari hal-hal menyenangkan, apalagi saat melihat teman-teman membeli barang baru.
No Buy: Menghadapi Ketergantungan Konsumsi
Mari kita hadapi kenyataan: belanja sudah jadi budaya di zaman serba instan ini. Media sosial seakan menjadi pendorong utama, dengan influencer selalu memamerkan barang-barang terbaru. Belanja bukan hanya soal memenuhi kebutuhan, tetapi juga soal status sosial. Jadi, ketika tantangan ini datang, muncul pertanyaan besar: apakah kita bisa bahagia tanpa barang-barang tersebut?
ADVERTISEMENT
Menurut data terbaru dari BPS pada tahun 2024, pengeluaran rata-rata masyarakat Indonesia mencapai Rp12,34 juta per tahun. Ini menunjukkan bahwa banyak orang menghabiskan uang untuk berbagai barang dan jasa. Dengan mengikuti No Buy Challenge, individu dapat mengelola pengeluaran mereka dengan lebih bijak dan menghemat uang.
Realitas yang Tersembunyi: Antara Inklusi dan Eksklusi
Namun, ada sisi gelap dari No Buy Challenge yang jarang dibicarakan. Tantangan ini seringkali menjadi ajang untuk menunjukkan seberapa “minimalis” atau “terorganisir” seseorang dalam hidupnya. Banyak orang mengikuti tren ini untuk pamer di media sosial dan berharap mendapat pujian. Tapi bagi banyak orang—terutama mereka yang berpenghasilan rendah atau tinggal di daerah dengan akses terbatas—berhenti membeli bukanlah pilihan, melainkan kenyataan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Mitos atau Fakta?
Pada akhirnya, apakah No Buy Challenge benar-benar membawa kebahagiaan atau hanya sekadar mitos? Jawabannya tergantung pada setiap individu. Jika tantangan ini dilakukan untuk mencari ketenangan batin dan kontrol terhadap keuangan yang lebih baik, maka itu bisa menjadi cara yang bagus untuk mengurangi tekanan hidup di dunia konsumtif. Namun, jika hanya dilakukan untuk mengikuti tren atau memamerkan penghematan, tantangan ini mungkin hanya akan menjadi beban.
No Buy Challenge bukanlah solusi instan untuk kebahagiaan. Ini lebih tentang menyadari bahwa kebahagiaan itu bukan ada di keranjang belanja tetapi di dalam diri kita sendiri. Jadi, apakah kamu siap menerima tantangan ini dan menemukan kebahagiaan tanpa belanja?