Konten dari Pengguna

Animasi Stop-Motion, Teman atau Lawan Bagi Animator?

Fergian Vernando
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta
16 Oktober 2024 7:51 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fergian Vernando tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Film animasi merupakan salah satu jenis film yang diminati oleh berbagai kalangan usia. Film animasi adalah film hasil dari pengolahan gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak (Demillah, A. 2019). Pada awalnya, film animasi terbuat dari berlembar-lembar kertas gambar yang kemudian diputar, sehingga menghasilkan gambar yang bergerak. Pada era sekarang, pembuatan film animasi telah dipermudah dengan bantuan grafik komputer.
ADVERTISEMENT
Pada era sekarang, film animasi dikenal menjadi beberapa jenis, yaitu animasi 2 dimensi (2D), 3 dimensi (3D), motion graphic, stop-motion, dan sebagainya. Produksi film animasi stop-motion tidak sebanding dengan film animasi 2D dan 3D. Pada tahun 2023 film animasi yang rilis didominasi oleh 3D, dengan lebih dari 20 film pada seluruh dunia, seperti "Elemental", "The Super Mario Bros Movie", "Puss in Boots: The Last Wish", "Spider-Man: Across the Spider-Verse", dan sebagainya. Berbeda dengan film animasi yang diproduksi menggunakan teknik stop-motion. Berdasarkan data Rotten Tomatoes, pada tahun 2023 hanya terdapat 1 film yang diambil menggunakan teknik tersebut, bahkan film tersebut bukanlah film animasi.
Berdasarkan jurnal Aztika & Fauziah (2023) animasi stop-motion merupakan sebuah teknik untuk membuat objek yang dimanipulasi agar terlihat bergerak dengan sendirinya. Objek dapat bergerak karena mempunyai banyak frame yang dijalankan secara berurutan. Teknik ini dapat dibilang sederhana, karena tidak memerlukan kemampuan khusus dalam pengambilannya frame atau gambarnya. Berbeda dengan animasi lainnya yang memiliki gerakan yang halus dan lincah, Gerakan pada animasi stop-motion gerakannya terpatah-patah karena keterbatasan dari gerakan objek atau gambar yang digunakan.
ADVERTISEMENT
Untuk animasi stop-motion 1 detiknya memerlukan sekitar 24 frame. Untuk animasi berdurasi 1 menit memerlukan sekitar 1440 frame, apabila ingin membuat film dengan 24 FPS (Frame Per Second). Sehingga untuk pembuatan animasi sederhana akan membutuhkan waktu sekitar 1-2 minggu tergantung pada kompleksitasnya.
Gambar Behind The Scene Stop-Motion. (Sumber: Pribadi).
Salah satu animasi stop-motion yang menarik untuk dijadikan contoh adalah "Kubo and the Two Strings" (2016). "Kubo and the Two Strings" berdurasi 101 menit, mengisahkan seorang bocah bernama Kubo yang memiliki kehidupan tenang dan normal. Dia tinggal di sebuah desa kecil yang berada di pinggir laut. Kubo memukau penduduk desanya dengan bakat ajaibnya mengarang kisah-kisah liar dengan origami. Kehidupan Kubo berubah dengan drastis ketika sesuatu hal memicu sebuah dendam lama yang melibatkan dewa dan monster. Demi bertahan hidup Kubo harus mencari baju perang magis milik ayahnya yang seorang samurai legendaris.
ADVERTISEMENT
Film ini disutradarai oleh Travis Knight dengan berbagai aktor sebagai pengisi suaranya, yaitu Charlize Theron, Art Parkinson, Ralph Fiennes, George Takei, dan lainnya. Film "Kubo and the Two Strings" menghabiskan kurang lebih 2 tahun untuk pembuatannya, dengan total 5 tahun dari tahap awal pengembangan hingga perilisan. Berbeda dengan animasi 2D dan 3D yang hanya memerlukan waktu beberapa bulan bahkan tahun tergantung kompleksitasnya. Proses pembuatan film ini juga melibatkan lebih dari 20 animator dalam pembuatan bonekanya.
"Kubo and the Two Strings" memiliki ribuan pose wajah yang berbeda dalam setiap karakternya, terdapat 48 juta ekspresi wajah dari semua karakter. Semua adegan pergerakan karakter film ini menggunakan teknik stop-motion sepenuhnya, namun tidak semua adegan yang terdapat di dalam film ini menggunakan teknik stop-motion. Tetap diperlukan bantuan green screen untuk menganimasikan latar belakang film ini.
Gambar Behind The Scene "Kubo and the Two Strings". (Sumber: Pribadi)
Pembuatan film dengan teknik stop-motion ini juga sangat memerlukan kesabaran. Hal yang perlu diperhatikan bukan hanya pengambilan frame, namun juga bagaimana ekspresi, detail, dan pergerakan masing-masing karakter juga perlu diperhatikan. Objek lain seperti gunung, rumah, pohon, dan lainnya, juga tidak memerlukan perhatian khusus. Para animator perlu untuk membuat setiap objek satu persatu dengan memperhatikan detailnya, sehingga ini menjadi tantangan bagi para animator film animasi dengan teknik stop-motion.
ADVERTISEMENT
Kesabaran dan kerja keras pembuatan film ini dapat dikatakan tidak sia-sia. "Kubo and the Two Strings" telah memenangkan berbagai penghargaan bergengsi, seperti Academy Awards (Oscars) untuk nominasi “Best Animated Feature” dan “Best Visual Effects” (2017), BAFTA Awards dengan “Best Animated Film” (2017), Annie Awards dengan “Best Animated Feature” (2017), dan puluhan kemenangan dan nominasi lainnya.
Menurut Rotten Tomatoes (2024), film ini mendapatkan rating Tomatometer 97% dan menduduki posisi 4 sebagai film animasi stop-motion terbaik sepanjang masa. Sedangkan menurut IMDb (2024), film ini mendapatkan rating 7,7/10 dari 140 ribu reviewer. Film ini menginspirasi harapan animator lainnya untuk juga membuat film animasi dengan menggunakan teknik stop-motion. Tidak hanya itu, film ini menjadi bukti bahwa dengan ketekunan dan kesabaran, teknik stop-motion tetap bisa bersaing di era animasi modern, menginspirasi banyak animator untuk terus berkarya.
ADVERTISEMENT
Oleh: Fergian Vernando - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta