Konten dari Pengguna

Mengenal Kepribadian Ganda dan Hubungannya dengan Trauma Masa Lalu Kita

FERINA HANASTASIA ANDRINI
Mahasiswi Psikologi Universitas Brawijaya
23 November 2021 17:08 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari FERINA HANASTASIA ANDRINI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi marah Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi marah Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Ibaratkan tubuh anda adalah pesawat terbang dan anda adalah pilotnya, pesawat itu sepenuhnya berada di bawah kendali anda. Setiap tindakan dan keputusan diambil oleh anda. Bagi banyak orang itu merupakan gambaran hidup mereka, tetapi bagaimana jika dalam pesawat itu terdapat lebih dari satu pilot, bagaimana jika ada tiga atau bahkan lima?
ADVERTISEMENT
Yang di mana masing-masing memiliki tujuan sendiri dan masing-masing menunggu gilirannya untuk terbang. Tentunya kehidupan seperti ini tampak kacau, tapi itulah kenyataan bagi orang-orang dengan kepribadian ganda atau Dissociative Identity Disorder (DID).
Sebenarnya apa sih Dissociative Identity Disorder?
Dissociative Identity Disorder (DID) atau kepribadian ganda merupakan gangguan kejiwaan yang dihadapi seseorang dengan memiliki dua atau lebih kepribadian yang berbeda. Paulette M. Gillig (2020) berpendapat bahwa para ahli percaya gangguan ini berasal dari masa kecil, yang biasanya timbul akibat trauma terhadap sesuatu. Dalam diri kita ada yang dinamakan dengan “Host personality” yaitu kepribadian dalam diri kita yang utama, sementara kepribadian lain disebut dengan “Alter-Ego” yang disingkat dengan "Alter”. Sebagian besar penderita DID ini memiliki kepribadian yang berlawanan dengan host personality pada diri mereka, yang pada umumnya mereka memiliki kurang lebih sepuluh atau bahkan ratusan alters.
ADVERTISEMENT
Menurut National Alliance on Mental Illness, penderita DID akan mengalami yang disebut dengan “Switch”, yang di mana kepribadian utama mereka diambil alih oleh alternya. Saat alter mengambil alih tubuhnya, penderita tidak akan ingat apa pun yang terjadi. Tetapi terkadang penderita akan mengetahui apa yang terjadi pada tubuhnya dengan izin alternya. Fenomena pergantian kepribadian oleh alter terjadi sebagai respons terhadap perubahan kondisi emosional atau tuntutan lingkungan yang tidak bisa diatasi oleh host personality ketika ia dihadapkan atau diingatkan lagi pada peristiwa traumatis yang pernah ia alami, sehingga identitas lain muncul untuk mengambil kendali (Dell dalam Fatimah, 2020).
Apa gejala yang dialami oleh penderita DID ini?
Sebenarnya ada banyak gejala yang dialami oleh penderita DID, tetapi menurut pendapat Thomas (Siregar, 2021) terdapat tiga gejala, seperti:
ADVERTISEMENT
1. Depersonalisasi
Penderita DID ini akan mengalami ketidakpedulian pada diri mereka sendiri atau lingkungan sosial atau tubuh mereka. Contoh depersonalisasi mencakup perasaan seperti orang asing dalam interaksi sosial dan cerita di luar bingkai, emosi pelepasan dari keberadaan tubuh mereka, termasuk perasaan melayang keluar dari pintu mereka dan melihat gerakan Anda dari luar pintu, seperti dalam kasus Anda adalah orang lain.
2. Amnesia
Kurangnya elemen atau semua ingatan untuk suatu peristiwa atau jangka waktu yang unik. Kerusakan atau penyakit otak dapat menyebabkan amnesia, amnesia psikogenik. Amnesia psikogenik dapat terjadi sendiri atau di samping pengalaman disosiatif yang berbeda. Misalnya, pada gangguan identitas disosiatif, gangguan karakter mungkin juga mencatat bahwa ia tidak lagi mengingat pergerakan, atau mungkin tidak adanya, kepribadian yang berbeda.
ADVERTISEMENT
3. Trauma
Trauma umumnya jelas dan tiba-tiba, dan, dalam kasus maksimum, fitur mental cepat kembali normal. Jauh lebih diperdebatkan adalah fungsi trauma di DID. Beberapa berpendapat bahwa DID dikaitkan dengan trauma masa lalu, sekarang tidak lagi saat ini, terutama pada tubuh atau seksual.
Lantas apa penyebab dari Dissociative Identity Disorder?
Ada beberapa penyebab penyakit DID ini, Thomas (2020) juga mengatakan ada dua penyebab gangguan identitas disosiatif, yaitu:
Pertama, faktor psikologis. Penyebab utama seperti trauma, terutama trauma pelecehan psikis atau seksual selama masa kanak-kanak yang cukup lama. ketika dalam keadaan sedih dan tidak bahagia, otak atau tubuh lebih mudah mengingat apa yang terjadi ketika merasa sedih di masa lalu.
Kedua, faktor sosial. Gangguan yang disebabkan oleh iatrogenesis, penciptaan gangguan dengan penanganannya. Penderita mengembangkan kepribadian ganda dalam menanggapi pertanyaan yang diarahkan oleh terapis. Mersky percaya bahwa penyebab DID adalah peran sosial. Karena rentan terhadap sugesti, orang yang sangat mudah terhipnotis cenderung mengalami efek iatrogenik.
ADVERTISEMENT
Kesimpulannya
Jadi, penderita DID dapat melibatkan gangguan pada perilaku, kesadaran memori dan persepsi, kognisi atau fungsi motorik dan sensorik. Seperti halnya saat alter mengambil alih host personality, yang di mana penderita DID dominan menggunakan tangan kanan berubah menjadi kidal.
Setiap alter memiliki perannya yang berbeda-beda. Teorinya, alter timbul untuk melindungi anak yang sedang di situasi tertentu, misal melalui kejadian traumatis, dengan cara menampung trauma dan ingatan masa lalu yang kelam. Menempatkan penderita DID pada situasi atau hubungan yang traumatis akan membuat alter muncul lebih sering. Maka dari itu diharapkan kita dapat merangkul dan membantu orang lain, agar menimbulkan suasana yang aman dan tentram di lingkungan kita.
Referensi:
Siregar, A., Alfian, A., & Firdiansyah, F. 2021. Dissociative identity disorder of the main character as seen in me, myself, and Irene movie by Bobby Farrelly and Peter Ferrelly. Repository: UIN Sulthan Thaha Saifuddin. http://repository.uinjambi.ac.id/id/eprint/9350
ADVERTISEMENT
Aliya, A., Mukhlisa, D., & Firdiansyah, F. 2020. Dissociative identity disorder portrayed by malcolm rives in the “identity” movie by James Mangold. Repository: UIN Sulthan Thaha Saifuddin. http://repository.uinjambi.ac.id/id/eprint/4119
Edelstein, A. 2015. Dissociative identy theory explaining serial murder and murderers. Journal of Trauma and Treatment. https://doi.org/10.4172/2167-1222.S4-019