Inovasi Rempah-Rempah Jadi Minuman Kekinian, Berawal Dari Bisnis Online

ferraputri
reporter media online/brilio.net
Konten dari Pengguna
28 Maret 2023 8:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ferraputri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pandemi Covid-19 di akhir 2019 yang melanda seluruh dunia, termasuk Indonesia, membawa perubahan besar terhadap segala aspek. Dalam lingkup perekonomian, berdampak pada kelangsungan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Tak ingin berpangku tangan dalam kondisi sulit, salah satu anak muda di Yogyakarta membagikan kisah perjalanannya dalam membangun usaha spice and bar yang dirintis dari minuman kemasan.
ADVERTISEMENT
Saat itu, Selasa (21/3), cuaca malam tampak cerah saat saya menjumpai Ahmad Abdul Fattah di kedai minumannya, Wiratea di Jalan Perumnas, Caturtunggal, Sleman. Sebelumnya, saya sudah membuat janji temu dengan pemuda yang mengenalkan empon-empon atau jejamuan ke kaum milenial sebagai sajian minuman unik.
Berawal dari profesi ibunya sebagai seorang penjual jamu gendong di kampung halamannya, Kebumen, Fattah, sapaannya, mengawali bisnis dengan mencoba menjualkan minuman rempah-rempah dalam kemasan ke berbagai platform e-commerce. Hal ini berangkat dari sebuah pertanyaan besar di benaknya, 'bagaimana minuman rempah khas Indonesia bisa diminati oleh generasi saat ini'.
Tak disangka, minuman kemasan yang dijual kala kondisi pandemi Covid-19 itu justru laris di pasaran. Ia bahkan bisa memasarkan hingga Pulau Sumatera. Semua kelancaran bisnis yang dijalaninya, tak luput dari peran ekspedisi JNE. Fattah memanfaatkan layanan JNE yang memberikan kemudahan dan ketepatan waktu dalam mengirimkan pesanan kepada konsumen.
ADVERTISEMENT
Fattah pelopor berdirinya Wiratea
"Pengiriman paling jauh di Sumatera. Kalo Jogja itu ke toserba, toko organik. Dulu marketplace, pakai JNE," tuturnya, di space and bar Wiratea yang baru ramai pembeli.
Peran JNE sangat besar bagi pengusaha UMKM, seperti Fattah, dalam memasarkan produk dengan keunggulannya, bisa mengirimkan pesanan pelanggan tepat waktu lewat layanan JNE YES (Yakin Esok Sampai). Hal ini memberikan dampak dalam bisnis minuman kemasan Fattah, yang kini semakin diperluas hingga membangun offline store.
Manfaatkan bangunan pos satpam sebagai space and bar
Pada awal Agustus lalu, Fattah bersama seorang teman yang bernama Safri, membangun space and bar yang diberi nama Wiratea. Ia dan Safri bereksperimen mengkombinasikan minuman berbasis rempah Nusantara yang sempat dijualnya dalam bentuk kemasan, dengan komponen dan teknik penyajian yang kini populer, seperti Latte sampai Mocktail.
ADVERTISEMENT
"Tetap ke rempah tapi gimana caranya biar bisa keren, akhirnya bikin Wiratea ini," tambah Fattah.
Bukan hal mudah bagi Fattah dan Safri mendapatkan rasa otentik yang pas di lidah anak muda. Beberapa kali percobaan dilakukan dengan berbagai referensi. Safri menceritakan jika mereka kerap mengunjungi kedai coffee shop di Yogyakarta untuk mencoba minuman dengan komposisi dasar rempah dan bunga.
Sumber: Instagram/@wiratea, Safri yang tengah membuatkan minuman untuk pelanggan
"Kalau idenya dapat dari Pinterest, di coffee shop yang basicnya rempah dan bunga," terang Safri, yang juga datang ke kedai Wiratea.
Menggunakan spot bangunan kecil bekas pos satpam di kawasan Hotel Kampung Lawasan, Fattah dan Safri ingin memberikan pengalaman berbeda dengan minuman berbahan dasar rempah. Sesuai tagline 'Ngerempah Ngerempah Bergairah', pembeli yang datang bahkan diberikan kebebasan untuk mengganti minuman apabila rasanya tak sesuai di lidah. Sehingga, Wiratea bisa mengkoneksikan kebahagiaan lewat minuman rempah yang mereka tawarkan.
Kedai Wiratea gunakan spot bangunan kecil bekas pos satpam, di kawasan Hotel Kampung Lawasan
foto: Ferra
ADVERTISEMENT
"Kalian akan mendapatkan experience dan taste yang berbeda dari rempah-rempah yang kalian nikmati selama ini. Kami memberikan garansi 100% dengan rempah-rempah yang kalian nikmati di Wiratea," tambah Fattah, sambil menawarkan menu minuman andalan di kedainya.
Nggak hanya menyajikan menu minuman yang ikonik dengan citarasa tradisional, Fattah juga menggunakan unsur kedaerahan untuk menamai kedainya. Nama Wiratea diambilnya dari bahasa Jawa Kuno 'wirati' yang berarti istirahat. Ia ingin keberadaan kedai yang dibangun bisa menjadi tempat rehat bagi para pembeli.
"Aku pengin mereka disini istirahat sebentar, nikmati minuman," ujar Fattah.
Kedai minuman yang buka di jam 11.00 WIB - 22.00 WIB waktu operasional biasa, dan baru buka di jam 17.00 WIB - 22.00 WIB saat bulan puasa akan jadi tempat rehat yang pas dengan suasana syahdu yang ditawarkan. Tanpa mengubah suasana aslinya, Fattah dan Safri hanya menambahkan kursi-kursi besi kuno, meja kayu, dan kitchen set di lokasi tersebut. Pohon rindang dan tanaman rambat dinding yang sudah ada sebelumnya pun seakan membawa suasana pembeli terasa seperti nongkrong di halaman rumah sendiri.
ADVERTISEMENT
Demi memberikan kesan tongkrongan senyaman rumah, mereka bahkan mengusung konsep open bar. Pembeli bisa masuk bar untuk membuat minuman rempah sesuai arahan bartender ataupun sekedar bertanya kepada bartender mengenai komposisi minuman yang dipesannya.
"Disini kita juga open bar. Bisa tanya sepuasnya tentang minuman Wiratea ke bartender. Atau bisa juga bikin minumannya langsung," imbuh Safri, menjelaskan dengan penuh semangat.
Awalnya merasa aneh sampai jatuh hati
Kendati konsep yang diusung unik dan berbeda dari kedai coffee shop pada umumnya, Safri dan Fattah membangun Wiratea dengan usaha yang terbilang cukup sulit. Di dua bulan awal, mereka bahkan masih kesusahan menggaet pembeli. Safri mengisahkan, jika kala itu ia amat bersyukur bisa menjual 10-15 cup sehari.
ADVERTISEMENT
Namun, ia terus mengenalkan produknya melalui media sosial, terkhusus Instagram. Setiap pembeli yang datang pun diberikan 1 cup minuman gratis. Fattah dan Safri bahkan langsung mendatangi meja untuk memberikan produk gratis tersebut, sembari ngobrol dengan pelanggan yang mengunjungi Wiratea. Walau tak jarang, ada pula pelanggan yang meragukan rasa dengan memandang aneh minuman yang diberikan kepadanya.
Seiring waktu, di tiga bulan setelah di bangun, pembeli mulai melirik Wiratea. Kaum milenial menyebut Wiratea sebagai hidden gem, karena menemukan tempat baru yang unik dan cukup estetik untuk di foto. Sampai akhirnya, kedai kecil di tengah kabupaten Sleman itu kini bisa menjualkan minuman sampai 60 cup dalam sehari.
"Awalnya kita nggak nyadar kok bisa ramai. Setelah tanya-tanya pembeli tahu Wiratea darimana, kita baru sadar ternyata karena ada 2 akun yang punya followers besar ngunggah konten waktu di Wiratea," jelas Saftri.
ADVERTISEMENT
Harga yang ditawarkan Wiratean untuk beragam varian minuman juga terhitung ramah kantong, sehingga jauh dari kesan kafe dengan harga mencekik. Untuk yang tak suka varian kopi, bisa menikmati rempah based dan speciality.
"Rate harga mulai Rp 15 ribu hingga Rp 25 ribu," ujar Safri (30) itu.
suasana bar di Wiratea
Setelah melihat-lihat 18 sajian minuman yang ditawarkan, saya pun tertarik mencoba 2 minuman sekaligus, yakni Cinnamon Choco Ginger ice dan Telang Lemon yang banyak dipesan pembeli. Jika Choco Ginger memadukan dark chocollate dengan jahe bubuk, gula kelapa cair, kayu manis, dan tambahan susu UHT. Berbeda dengan Telang Lemon yang memadukan seduhan telang, jus lemon, dan air seduhan bunga pekak. Tertarik melihat proses pembuatnya, saya pun mendatangi bar Wiratea dan mengobrol dengan bartender yang membuatkan minuman.
ADVERTISEMENT
Wanita berambut panjang yang akrab disapa Manda ini tampak teliti mencatat pesanan pelanggan yang datang ke Wiratea. Kala itu, Wiratea cukup ramai. Sehingga, Manda begitu hati-hati agar tak salah pesanan.
Sambil meracik minuman, ia mengungkapkan jika ada pembeli yang sempat memandang aneh minuman yang dikombinasikan dengan rempah-rempah tersebut. Uniknya, setelah mencoba, pembeli itu justru menjadi pelanggan loyal Wiratea. Bahkan, Manda sampai hafal betul minuman yang sering dibeli pembeli itu kala mengunjungi Wiratea.
"Ada pelanggan loyal kita. Awalnya cobain Mocktail Turmeric. Lihatnya aneh gitu waktu dihidangkan. Tapi dia bahkan berjam-jam di Wiratea sampai repeat orderan yang sama 5 kali," tutur Manda sembari meracik minuman yang saya pesan.
Setelah pesanan saya jadi, saya pun langsung menyeruput Cinnamon Choco Ginger ice. Terdengarnya mungkin aneh, coklat dipadukan dengan jahe yang identik dengan minuman orang tua. Namun, surprisingly minuman ini benar-benar sangat pas. Coklat dan jahe menyatu menghasilkan minuman yang manis dan juga menghangatkan ketika melewati kerongkongan. Sedangkan Telang Lemon terasa lebih segar.
ADVERTISEMENT
Merangkul petani rempah di daerah
Nggak hanya mampu membuka lapangan pekerjaan lewat bartender, Fattah dan Safri merangkul petani di daerahnya dalam mensuplai bahan baku rempah-rempah. Salah satunya, gula kelapa yang dibeli langsung dari Kebumen. Safri menerangkan jika gula kelapa yang dibeli lewat petani Kebumen masih asli tanpa tambahan bahan lain, seperti gula rafinasi.
"Karena kita ambil produk dari petani lokal di Kebumen. Ya memang ada beberapa dari pasar karena nggak didapatin dari petani. Dari petani itu bahan-bahan yang ekslusif lah, kayak gula kelapa. Kita nggak mungkin beli di pasar sini," ungkapnya.
Bisa memberikan dampak positif bagi petani sekitar pun menjadi cita-cita Wiratea. Berangkat dari keresahannya akan rempah-rempah yang hanya dianggap sebagai bahan baku bumbu dan jamu, petani lah yang menginspirasi dua anak muda ini dalam mengembangkan usahanya hingga kini memiliki offline store. Karenanya, mereka pun ingin kesuksesan Wiratea bisa mengangkat perekonomian petani rempah-rempah di daerahnya.
ADVERTISEMENT
"Kalau kita makin gede kan potensi mereka untuk produksinya jadi lebih besar. Cita-cita Wiratea nanti, bakal mengangkat mereka juga dari sisi ekonomi," kata Safri menjelaskan.
Pengin jadi tempat tujuan kalau ke Yogyakarta
Di tengah menjamurnya aneka ragam minuman kopi, Fattah dan Safri justru memiliki pemikiran yang berbeda untuk bisnis Wiratea. Jika banyak orang memilih melebarkan bisnis dengan membuka cabang di berbagai tempat, tak demikian dengan dua pemuda ini.
Mereka menginginkan Wiratea hanya ada di satu tempat tanpa ada cabang lain. Sehingga, Wiratea bisa mengakar dan besar yang nantinya jadi tempat tujuan para wisatawan yang berlibur ke Jogja.
"Kalau jangka panjang kita pengin Wiratea itu mengakar di satu tempat. Kita nggak pengin buka cabang, tapi penginnya di satu tempat tapi mengakar. Jadi, jadi rujukan banyak orang kalau ke Jogja, nyari rempah ya ke Wiratea," harap Safri.
ADVERTISEMENT
Nggak hanya itu, mereka juga ingin produk minuman tersebut bisa dijangkau banyak pihak lewat minuman kemasan. Sebab, sejak fokus membangun offline store, bisnis minuman kemasan yang sempat dipasarkan Fattah pun harus ditutup sementara.
"Pengin jual kemasan lagi. Tapi sekarang, kita lagi fokus ini dulu sambil siapin yang retail," pungkas Fattah.
#JNE32tahun #JNEBangkitBersama #jnecontentcompetition2023 #ConnectingHappiness