Mall Tutup, Peluang UMKM ?

Ferryal Abadi
Lecturer/Socioprenuer/Writer
Konten dari Pengguna
2 Desember 2020 22:32 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ferryal Abadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pusat perbelanjaan Golden Truly menutup gerainya pada 1 Desember 2020, Matahari Dept Store akan menutup beberapa gerainya hingga akhir tahun 2020 dan banyak mall tutup lainnya mengalami hal yang sama akibat Covid-19. Itulah berita di media online Kumparan dan beberapa media lainnya di beberapa hari terakhir. Tutup suatu usaha mempunyai dampak multiplier effect yang sangat besar apalagi usaha yang berbasis padat karya. Satu gerai Departemen Store dan pusat perbelanjaan/mall bisa mempekerjakan banyak karyawan dari yang karyawan low skill hingga high skill. Dari posisi yang hanya tukang parkir hingga karyawan yang bisa membuat program komputer. Dan semua karyawan tersebut harus dirumahkan. Itu baru dilihat dari internal perusahaan belum berdampak kepada supplier yang biasa memasok yang tentunya akan berkurang omset akibat tutupnya gerai. Bisa saja perusahaan supplier tersebut tutup. Dampak kepada lingkungan sekitarnya seperti warung, pedagang kaki lima akan sepi pembeli padahal mereka UMKM bahkan kos kosan yang biasa di sewa karyawan yang bekerja akan sepi tidak ada penyewa kos-kosan.
ADVERTISEMENT
Gambaran di atas menggambarkan betapa besar dampak dari Covid-19 terhadap perekonomian jika satu mall tutup. Belum dampak di industri lain seperti pariwisata, maskapai penerbangan, pendidikan dan industri lainnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistisk ( BPS ) dampak Covid-19 terhadap penduduk usia kerja hingga Agustus 2020 berjumlah 29,12 juta orang dengan rincian 2,56 juta orang pengangguran karena Covid-19, Bukan Angkatan Kerja (BAK) 0,76 juta orang, sementara tidak bekerja karena Covid-19 berjumlah 1,77 juta orang dan 24,03 juta orang bekerja dengan pengurangan jam kerja ( shorter hours ) karena Covid-19. Dari total penduduk usia kerja sebanyak 203,97 juta orang, persentase penduduk usia kerja yang berdampak Covid-19 sebesar 14,28 %.
Minimal ada dua faktor yang menyebabkan masyarakat tidak pergi ke mall untuk berbelanja. Pertama, masyarakat masih khawatir tertular Covid-19. Jumlah orang yang terkena Covid-19 semakin hari semakin meningkat. Walau sudah dilakukan banyak upaya namun masih belum berhasil mengurangi jumlah pasien bahkan banyak pejabat daerah termasuk Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta terkena Covid-19. Selain menghindari kerumuman di mall dan mengindari perjalanan/transportasi menuju mall, rata-rata mall di Indonesia khususnya di Jakarta bangunannya tertutup sehingga sangat minim udara segar menyebabkan resisten terhadap Covid-19. Kedua, menurunnya daya beli masyarakat sehingga masyarakat menahan pembelian yang tidak terlalu penting. Uang nya lebih banyak di simpan untuk berjaga-jaga jika krisis ini berkepanjangan. Pembelajaan seperti pakaian di tunda dahulu untuk membeli makanan dan kebutuhan sehari-hari. Biaya pendidikan juga masih di prioritaskan agar anak-anak masih bisa bersekolah.
ADVERTISEMENT
Pusat perbelajaan seperti mall, plaza atau ITC berisi kumpulan-kumpulan tenant / gerai dari berbagai jenis usaha yang menyewa di pusat perbelanjaan tersebut. Dari merk yang terkenal hingga merk yang tidak terkenal. Pusat perbelanjaan bisa di jadikan satu indikator suram atau tidaknya suatu kondisi ekonomi dilihat dari faktor konsumsi. Walau ada pusat perbelanjaan yang sepi karena kesalahan strategi dan pengelolaan yang tidak baik. Atau juga karena banyak tenant yang beralih ke e- commerce, platform atau digital marketing. Pusat perbelanjaan modern tidak hanya berisi produk fashion dan restaurant namun juga sebagai pusat rekreasi/wisata berbelanja. Seperti Singapore dan Hongkong dua negara yang menjadikan salah satu tujuan wisata berbelanja.
Kenyataan krisis ini harus kita terima oleh semua pihak karena situasi ini seluruh dunia mengalaminya. Dengan tutupnya pusat perbelanjaan maka masyarakat cenderung akan berbelanja di daerah sekitar tempat tinggal. Peluang ini tentu bisa di manfaatkan oleh retail-retail termasuk rumah makan berkategori Usaha Mikro Kecil Menengah ( UMKM ) yang berlokasi dekat perumahan. Tentu ini bisa membangkitkan perekonomian lokal. Masyarakat yang berbelanja dan makan-makan ke mall saat ini berbelanja di sekitaran rumahnya. Masyarakat yang suka berwisata ke mall saat ini akan berwisata alam disekitar daerahnya. Maka akan banyak peluang-peluang usaha khususnya UMKM yang tumbuh di masa krisis akibat Covid-19. Dibalik kesulitan pasti ada peluang yang bisa diambil.
ADVERTISEMENT
Ferryal Abadi, Dosen Fakultas Ekonomi, Universitas Esa Unggul, Jakarta.