Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Konten dari Pengguna
Mudik Yang Sepi
6 April 2025 20:00 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ferryal Abadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Keriuhan mudik 2025 di media tv dan media online tetap semarak namun pada kenyataannya mudik tahun ini adalah mudik tersepi pasca pandemi covid-19. Menurut berita yang di rilis Kumparan survey data Kementerian Perhubungan (Kemenhub), jumlah pemudik Lebaran 2025 diperkirakan mencapai 146,48 juta orang atau sekitar 52 persen dari penduduk Indonesia, turun 24 persen dibandingkan tahun lalu yang mencapai 193,6 juta pemudik. Faktnya yang terlihat dilapangan memang demikian. Penulis yang hampir setiap tahun mudik memperhatikan situasi jalanan arus mudik dan arus balik yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Jalan Raya Pantura antara Bekasi, Tambun hingga Karawang yang biasa ramai dengan pemudik menggunakan motor tidak seramai dan sepadat sebelum-belumnya bahkan banyak puteran balik yang biasanya ditutup yang bisa menyebabkan kemacetan tidak banyak yang ditutup.
ADVERTISEMENT
Jika pembaca melihat arus mudik dan arus balik lancar bukan karena pengaturan pihak kepolisian namun lebih jumlah kendaraan yang menurun jumlahnya. Durasi dan kepadatan jalananan tidak selama seperti tahun sebelumnya padahal tahun sebelumnya durasi kepadatan hampir disetiap jam namun tahun ini hanya jam-jam tertentu dan tempat tertentu yang macet dan padat atau jika ada kecelakaan. Pada ruas jalan Yogyakarta-Magelang yang biasanya disetiap lampu merah harus berhenti lama pada tahun ini pun tidak sepanjang hari mengalami kepadatan. Mudik bersama yang di sponsori perusahaan pun sepi dari pemberitaan. Biasanya Pemda, Perusahaan, Ormas ataupun Paguyupan banyak melakukan mudik bersama dengan menyewa bis-bis keberbagai tujuan.
Mudik seharusnya bisa membangkitkan perekonomian daerah karena banyak orang membawa uang dari kota ke desa. Pemerintah seharusnya bisa memberikan stimulus bagi masyarakat agar bisa mudik kekampung halaman. Stimulus yang diberikan pemerintah seperti diskon jalan tol dan tiket pesawat belum mampu mendorong untuk mudik. Daya beli yang sedang melemah membuat masyarakat kelas menengah untuk menunda mudik. Uang simpanan disimpan untuk jaga-jaga untuk keperluan yang lebih penting seperti pendidikan anak atau kebutuhan mendadak seperti sakit. Karena jika kita mudik kita tidak hanya mengeluarkan dana transportasi saja namun juga mengeluarkan dana lainnya seperti memberikan uang kepada sanak dan saudara atau membawakan oleh-oleh dari tempat asal merantau. Saat ini masyarakat hanya berwisata ditempat tempat terdekat selama mudik untuk mengisi liburan.
Pasca mudik tentunya pemerintah harus mempunyai strategi untuk membangkitkan ekonomi. Belum lagi kebijakan Trump yang akan sedikit banyak akan mempengaruhi kondisi ekonomi Indonesia. Satu tahun kedepan menjadi tantangan bagi pemerintah Presiden Prabowo untuk bisa mengatasi kondisi ekonomi dengan perubahan geopolitik dan perang dagang yang semakin ketat. Harapannya mudik tahun 2026 bisa lebih meriah dan kembali masyarakat banyak yang mudik tidak hanya sekedar silahturahmi namun juga bisa menggerakan ekonomi daerah.
ADVERTISEMENT
Ferryal Abadi, Dosen Program Doktor Ilmu Manajemen, Universitas Esa Unggul, Jakarta.