Konten dari Pengguna

PPKM Darurat, Ekonomi Rakyat Darurat

Ferryal Abadi
Dosen FEB Universitas Esa Unggul
21 Juli 2021 18:23 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ferryal Abadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Harapannya menjadi sirna ketika Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat Jawa-Bali tanggal 3 - 20 Juli 2021 diumumkan. Padahal sebelum ada PPKM darurat banyak masyarakat mempunyai harapan perekonomiannya semakin baik setelah lebih dari 1 tahun harus berjuang akibat Covid-19. Rumah makan yang dulu sepi mulai ramai. Bioskop yang ditutup mulai diperbolehkan. Sekolah yang tidak ada siswa datang karena belajar di rumah mulai ada siswa yang berdatangan. Hotel yang tingkat hunian rendah mulai meningkat. Dan masih banyak sektor ekonomi yang mulai menggeliat sebelum ada PPKM darurat. Bayangkan jika seorang hanya hidup dari kantin sekolah dan kampus kemudian dalam 1 tahun lebih ini tutup, mereka kehidupannya dalam 1 tahun belakangan ini tentu sangat suram. Perusahaan haji dan umroh yang dulu selalu mendapatkan keuntungan kini harus mati suri. Banyak karyawannya yang dirumahkan menunggu perusahaan tempat kerjanya pulih dari kesulitan.
ADVERTISEMENT
Covid-19 kini semakin menyebar dan menular. Bukan saja karena ada varian baru yang lebih menular namun tingkat kesadaran masyarakat juga lengah karena yang terkena Covid-19 sudah melandai jumlahnya. Berkumpul dan berkerumun yang dulunya terbatas sudah banyak dilakukan di berbagai acara. Mungkin masyarakat juga sudah bosan dan jenuh. Dan akhirnya kendornya disiplin masyarakat ditambah virus varian baru yang lebih mematikan menyebabkan meningkatkan jumlah pasien Covid-19 dengan cepat. Ratusan orang meninggal setiap hari tidak hanya dirumah sakit bahkan dirumah sendiri ketika isolasi mandiri.
Himbauan demi hibauan terus diingatkan agar menjaga prokes namun tetap saja banyak hibauan yang di abaikan. Alasanya utamanya adalah ekonomi. Jika tidak bekerja siapa yang mau menghidupi keluarga. Bantuan sosial dari pemerintah atau segala bantuan lainnya hanya mampu membantu beberapa hari atau beberapa bulan saja sedangkan pandemic ini sudah lebih dari 1 tahun dan belum ada tanda-tanda membaik di Indonesia. Di dalam keadaan ekonomi yang sulit banyak keluarga yang khususnya menjadi tulang punggung ekonomi atau kepala rumah tangga meninggal karena covid sehingga keadaan semakin sulit.
ADVERTISEMENT
Menyelesaikan masalah Covid-19 tentu harus dilakukan secara bersama-sama. Pemerintah harus didukung masyarakat dan masyarakat harus didukung pemeritah. Belum info-info Covid-19 yang nyesatkan seperti pandemic ini bagian dari konspirasi atau vaksin yang tidak ada manfaatnya dan berbahaya bagi tubuh. Darimana asalnya yang pasti Covid-19 sudah memakan korban meninggal ribuan dan itu nyata daripada kita berdebat yang tidak jelas. Begitu juga ketika pemerintah menghimbau untuk bekerja di rumah dan banyak jalan-jalan yang ditutup namun tetap saja banyak yang berangkat bekerja mencoba menerobos penyekatan yang di jaga petugas.
Dalam mendukung pergerakan ekonomi di masa pandemic ini kita semua mengedepankan digitalisasi. Namun masalahnya tidak semua masyarakat Indonesia mempunyai perangkat yang memadahi. Tidak semua jenis barang dagangan juga bisa di jual secara digital atau darling. Akhirnya ekonomi masyarakat kecil sulit terbantu. Kemiskinan akan terus bertambah dan masalah sosial ekonomi ada didepan mata.
ADVERTISEMENT
PPKM diperpanjang hingga tanggal 25 Juli 2021. Jika mengalami penurunan jumlah yang terkena Covid-19 maka akan ada pelonggaran PPKM khususnya di sektor Ekonomi. Tentunya ini menjadi tantangan kita semua untuk mengalahkan Covid-19 bukan hanya dari segi imun menjaga prokes namun menjaga iman kita untuk tetap bersabar agar ekonomi masyarakat tidak darurat.
Ferryal Abadi, Dosen FEB Universitas Esa Unggul, Jakarta.