Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mencicipi Cwie Mi Khas Malang di Kedai Mie Sutoyo
24 November 2019 7:35 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Fery Arifian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Berkunjung ke Kota Malang tentu wajib hukumnya mencicipi berbagai kuliner legendarisnya. Tak hanya terkenal dengan kuliner Bakso dan Orem-oremnya saja, kota berhawa dingin ini juga punya kuliner khas berbahan dasar mi. Ya, apalagi kalau bukan Cwie Mi.
ADVERTISEMENT
Cwie Mi adalah sajian kuliner khas Kota Malang yang berbahan dasar mi dan mirip dengan Mi Ayam pada umumnya. Namun yang membedakan dengan mi ayam adalah cara penyajian dan bahan-bahan yang digunakan dalam meracik kuliner yang satu ini.
Jika mi ayam menggunakan daging ayam yang dipotong dadu berukuran sedang, tidak dengan Cwie Mi. Cwie Mi menggunakan ayam cincang yang dihaluskan sebagai tambahannya. Jika ayam yang digunakan pada mi ayam cenderung berwarna cokelat kehitaman, ayam cincang yang digunakan pada Cwie Mi cenderung berwarna putih kecokelatan. Dari segi tekstur pun juga sangat terasa beda, ayam cincang pada Cwie Mi cenderung lebih halus dan mudah untuk ditelan tanpa harus dikunyah terlebih dahulu.
Sedangkan isian lain pada Cwie Mi adalah adanya tambahan selada, daun bawang, dan bawang goreng sebagai topping-nya. Cwie Mi juga dapat disajikan kering, sedikit basah, ataupun basah dengan tambahan kuah. Kuah pada Cwie Mi juga berwarna bening, berbeda dengan kuah Mi Ayam yang cenderung kecoklatan dan sedikit kental.
Nah, setelah tahu perbedaan antara Cwie Mi dengan Mi Ayam, kali ini saya ingin mengajak para pembaca kumparan untuk mencicipi Cwie Mi khas Malang di salah satu tempat makan yang legendaris. Kedai Mie Sutoyo namanya. Tempat makan yang menyajikan kuliner Cwie Mi sebagai menu utamanya ini ternyata sudah ada sejak tahun 1940. Ya, 5 tahun sebelum Indonesia merdeka.
ADVERTISEMENT
Kedai Mie Sutoyo sekarang sudah dipegang dan diteruskan oleh generasi ketiga. Tempat makan legendaris ini sudah turun temurun dari tahun 1940, dan masih menggunakan racikan bumbu yang sama sehingga cita rasanya tidak pernah berubah.
Dulunya, kakek dari Muliady, owner sekaligus penerus generasi ketigas Kedai Mie Sutoyo ini menjual Cwie Mi dengan berkeliling menggunakan gerobak. Ayahnya yang juga penerus generasi kedua pun masih menjual Cwie Mi dengan berkeliling menggunakan gerobak. Muliady pun sempat ikut merasakan berjualan Cwie Mi bersama Ayahnya yang masih menggunakan gerobak kala itu. Hingga akhirnya dirinya mendirikan Kedai Mie Sutoyo ini di Jalan Letjen Sutoyo No. 41A, Kota Malang.
Karena nilai historisnya yang unik ini membuat saya tertarik untuk mencicipi Cwie Mi di Kedai Mie Sutoyo ini. Saya pun akhirnya memutuskan untuk mencicipi sajian Cwie Mi legendaris ini pada jam makan siang. Lokasinya begitu strategis karena berada di Jalan Letjen Sutoyo, di mana jalan ini adalah jalan utama yang menghubungkan arus Surabaya-Malang dan sebaliknya.
ADVERTISEMENT
Saat masuk ke dalam lokasinya, interior tempatnya sudah bernuansa modern. Kursi dan meja berjajar dengan rapi. Tempatnya juga luas, bersih, dan nyaman. Cocok untuk dijadikan tempat untuk berkumpul bersama keluarga. Saya kemudian memesan menu Cwie Mi Ayam Pangsit, Cwie Mie Ayam Jamur, dan Cah Yan Goreng. Saya memesan Cwie Mi dengan varian mi original berbentuk pipih dan berbentuk keriting.
Setelah beberapa menit menunggu akhirnya pesanan saya pun datang. Warna Cwie Mi di sini memang terlihat pucat, karena tempat makan ini memegang prinsip anti menggunakan pewarna dan bahan pengawet. Saya kemudian mencoba menuangkan kuah bening ke dalam mangkuk Cwie Mi. Cwie Mi bisa dinikmati dengan kuah atau pun polosan, semua tergantung selera.
Cita rasa mi yang masuk ke mulut saya begitu gurih, dengan tekstur lembut dan sedikit kenyal. Dari sini kemudian saya yakin jika bahan-bahan yang digunakan memang fresh dan tanpa pengawet. Untuk satu mangkuk Cwie Mi Ayam Pangsit yang saya pesan ini seharga Rp 24.500. Sedangkan Cwie Mi Ayam Jamur seharga Rp 27.000. Sedikit pricey, tapi sebanding dengan rasa dan kualitas bahan yang digunakan.
ADVERTISEMENT
Kemudian saya mencicipi Cah Yan Goreng sebagai menu pendamping. Cah Yan Goreng ini mirip seperti Bakso, namun dibuat dari bahan Ayam dan Udang. Ukurannya sebesar kepalan tangan anak-anak. Dua buah Cah Yan Goreng saja sudah membuat kenyang. Harga per buah Cah Yan Goreng ini Rp. 7.500.
Pengunjung juga bisa mencicipi sajian menu lain seperti Cwie Mi Katsu, Cwie Mi Lada Hitam, Cwie Mi Chicken Pop, dan pilihan Cwie Mi lainnya. Bisa juga memesan tambahan topping seperti pangsit, ayam jamur, ati ampela, bakso, dan banyak lainnya. Jika ingin memesan menu lain, pengunjung juga bisa memesan Bihun, Nasi Goreng, Cap Jai, Koloke, Fu Yung Hai, dan lain sebagainya.
Untuk minumannya tersedia pula berbagai macam pilihan seperti Es Teh, Es Jeruk, Es Degan, Es Cincau, Es Sirup, Soda Gembira, Kopi, dan Susu. Harga menu makanan yang ditawarkan mulai dari Rp 22.000 hingga Rp 35.000.
ADVERTISEMENT
For Your Information, selain menggunakan bahan berkualitas dan tanpa pengawet, Kedai Mie Sutoyo juga menggunakan bahan tanpa kandungan daging babi atau pork. Jadi menu yang disediakan di sini aman untuk pengunjung muslim. Kedai Mie Sutoyo buka setiap harinya dari pukul 9.00 hingga 21.00 WIB. Tertarik mencicipi kuliner khas Kota Malang yang satu ini? Ceritakan di kolom komentar ya. Selamat mencoba!