Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Ramadan terhadap Kerukunan Bangsa
24 April 2022 15:15 WIB
Tulisan dari M Fery Andriawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Bulan Ramadan sering juga disebut bulan suci yang penuh ampunan. Selama sebulan, umat Islam di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa. Dianjurkan juga melaksanakan ibadah salat tarawih, berdiam diri di masjid, membaca Al-Qur'an atau tadarus, zakat, dan memperbanyak sedekah. Diharapkan orang Islam yang menjalankan puasa meninggalkan kemaksiatan karena perbuatan tersebut selain akan menambah dosa juga akan mengurangi pahala puasa bahkan dapat membatalkan puasa.
ADVERTISEMENT
Tahun ini jatuhnya bulan puasa ada yang lebih awal satu hari. Perbedaan ini bagi umat Islam, bukan hal baru. Hal ini sudah sering terjadi. Kementerian agama memfasilitasi untuk menyatukan kalender hijriah. Tetap rukun meski berbeda merupakan anugerah bulan Ramadan yang patut disyukuri. Ini membuktikan bahwa perbedaan bukan masalah dalam beragama. Bahwa praktek puasa menahan diri sudah dipraktekkan dalam adanya perbedaan jatuhnya awal bulan puasa.
Puasa bukan hanya menahan diri dari lapar , tapi menahan diri dari hawa nafsu , berkata bohong, mencaci maki, menyebar bohong, menebar fitnah dan sebagainya yang merugikan orang lain. Puasa juga harus menghormati orang yang tidak berpuasa seperti sedang sakit, bepergian jauh adan berhalangan, juga sebaliknya yang tidak berpuasa harus juga menghormati orang yang berpuasa dengan tidak memamerkan makanan dan minuman yang menggoda orang yang berpuasa. Hal tersebut adalah inti dari toleransi atau kerukunan bangsa sesama manusia.
ADVERTISEMENT
Toleransi dapat dimaknai sebagai sikap berani mengakui, menghargai, dan menghormati perbedaan. Tidak takut membangun dan mempraktikkan sikap toleran. Toleransi merupakan sikap mental yang hanya bisa tumbuh kalau ia berani. Berani mengakui bahwa kita memang berbeda-beda dari ras, suku dan agama, namun hal itu merupakan langkah untuk menciptakan kerukunan bangsa.