Konten dari Pengguna

Bahasa Campur Aduk ala Anak Jaksel

Irma Luthfiya
Mahasiswa Program Studi Jurnalistik Universitas Padjadjaran
31 Oktober 2021 12:13 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Irma Luthfiya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi berbahasa (freepik.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi berbahasa (freepik.com)
ADVERTISEMENT
Bahasa campur aduk atau dikenal juga dengan istilah bahasa “gado-gado” memang sudah lama menjadi kebiasaan anak muda di Indonesia, khususnya anak muda di Jakarta Selatan (Jaksel). Gaya tutur variasi bahasa Jaksel digunakan dalam kegiatan sehari-hari baik dalam lingkungan pergaulan, lingkungan sekolah, dan lingkungan kerja.
ADVERTISEMENT
Penutur dan petutur biasanya menggunakan beberapa kata berbahasa Indonesia dan Inggris dalam satu kalimat percakapan sehingga menjadikan pola variasi bahasa Jaksel. Beberapa kata yang digunakan dalam variasi bahasa Jaksel antara lain: which is, confused, literally, usually, basically, prefer, better, dan sebagainya misalnya seperti,
Jakarta Selatan yang lingkungannya dihuni oleh masyarakat menengah ke atas menjadi salah satu faktor berkembangnya bahasa campur aduk dalam berkomunikasi. Saya kira faktor adanya bahasa-bahasa yang berdampingan antar individu dan digunakan secara simultan oleh mereka lah yang membuat pencampuran bahasa itu sangat mungkin terjadi. Tentu saja lingkungan menjadi salah satu hal yang mempengaruhinya.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya kata-kata ini adalah bentuk kosakata dasar dan biasa dalam bahasa Inggris. Namun kata-kata ini jadi populer lantaran banyak dicampur dengan bahasa Indonesia. Memang pencampuran bahasa ini sudah lama ada di Indonesia dan sempat marak pada tahun 2010, namun hanya pada kalangan orang-orang di industri kreatif seperti perfilman dan periklanan.
Penggunaan bahasa campur aduk pun belakangan ini (sejak 2018) kembali ramai hingga sekarang, bahkan ada sebutan untuk bahasa campur aduk Inggris-Indonesia, yakni Englonesian. Tidak hanya digunakan oleh anak muda di daerah Jaksel, bahasa campur aduk mulai menjadi trendsetter di seluruh kalangan anak muda Indonesia termasuk teman-teman sekitar saya.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan tren bahasa campur aduk ini, bahkan sebagian orang menilai pencampuran bahasa ini bisa meningkatkan keahlian dan keberanian masyarakat Indonesia dalam berbahasa Inggris.
ADVERTISEMENT
Namun, jika terus dibiarkan ini bisa mengkhawatirkan nasib bahasa Indonesia. Bahasa Inggris yang merupakan bahasa utama di dunia tentu akan lebih menarik dipelajari dibanding bahasa Indonesia itu sendiri.
Jika banyak masyarakat Indonesia, apalagi anak muda yang lebih bangga menggunakan bahasa Inggris dibandingkan bahasa Indonesia, tentu mengakibatkan bahasa Indonesia bisa semakin tertinggal. Tidak hanya itu, hal tersebut juga dapat mengarah kepada krisis identitas bangsa.
Banyak anak muda sekarang yang merasa sudah bisa berbahasa Indonesia, namun pada kenyataannya mereka tidak memperhatikan kaidah berbahasa yang baik dan benar. Bahasa Indonesia kerap kali disepelekan oleh siswa maupun mahasiswa karena dianggap mudah.
Tentu terdapat pro dan kontra terkait penggunaan bahasa campur aduk ini. Kembali lagi, sebenarnya tidak salah juga berbicara dengan dua bahasa sekaligus. Hal tersebut normal saja terjadi dan tidak hanya terjadi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Namun, ada yang perlu dipertimbangkan dan menjadi pertanyaan, bagaimana nasib identitas anak muda Indonesia? Apakah mereka masih bangga dengan bahasa Indonesia?