news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Gig Economy, Pola Kerja Baru Tanpa Ngantor

Irma Luthfiya
Mahasiswa Program Studi Jurnalistik Universitas Padjadjaran
Konten dari Pengguna
1 Mei 2021 10:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Irma Luthfiya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi gig ecnomy (shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gig ecnomy (shutterstock)
ADVERTISEMENT
Belakangan ini media sosial di hebohkan dengan kabar adanya babi ngepet atau babi jadi-jadian yang tertangkap warga di Sawangan, Depok, Jawa Barat pada Selasa (27/4/2021) lalu. Usut punya usut ternyata berita yang beredar ini adalah bohong.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, warga juga dihebohkan dengan pernyataan viral Ibu Wati, salah seorang warga yang menuduh tetangganya melakukan persugihan, "Ini dia nganggur pak tapi uangnya banyak,"
Meskipun Wati sudah angkat bicara dan meminta maaf, tentu yang ia lakukan sudah terlanjur menjadi buah bibir masyarakat. Raditya Dika, salah seorang penulis, komedian, sekaligus aktor atau yang dikenal dengan panggilan Radit pun angkat bicara terkait pernyataan yang dilontarkan Wati.
"Jaman udah berubah. Orang dari rumah aja bisa kok punya uang. 'Gig Economy' adalah pola kerja baru dimana orang ga perlu ngantor tapi cukup menukar keahlian mereka dengan uang," tulisnya pada laman instagram pribadinya.
Istilah gig merupakan ungkapan yang sering digunakan di dunia hiburan, khususnya pada dunia musik dan dikenal juga dengan sebutan manggung. Saat ini, istilah gig sudah mencakup ke perkerjaan lain yang lebih luas. Para pekerja lepas (freelancer) dan pekerja paruh waktu pun termasuk kedalamnya, seperti fotografer, designer (web, graphic, interior), guru les, pekerja kedai kopi, dll.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari Forbes, 57 juta pekerja di Amerika merupakan bagian dari gig economy. Di Indonesia sendiri, tren gig economy masih terus berkembang, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terdapat sebanyak 33,34 juta orang bekerja paruh waktu atau freelancer per Agustus 2020. Angka ini naik 4,32 juta orang atau 26 persen.
Freelancer menawarkan jasa dan keahliannya kepada para pemilik kerja tanpa ada ikatan jangka panjang apapun. Penghasilan yang didapatkan oleh freelancer pun beragam, tergantung dengan pekerjaan yang mereka jalankan.
Dilansir dari tribunnews, pekerja freelancer pun bisa mencapai lebih dari 500 ribu perjamnya, seperti penasehat hukum perusahaan, perencana keuangan, konsultan bisnis, developer perangkat lunak, programmer, dll.
Maka, pendapat seperti 'nganggur tapi punya uang banyak' sudah tidak relevan untuk digunakan di masa sekarang. Banyak cara untuk bisa menghasilkan uang tanpa perlu keluar rumah.
ADVERTISEMENT
Radit pun menuliskan sebuah pesan untuk kita semua dalam akhir unggahannya, "Bekerjalah dengan cerdas sampai tetanggamu mengira kamu melihara babi ngepet," tutupnya.