Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Mengenal Gaya Kepemimpinan Salman Aristo, Produser dan Sutradara Indonesia
1 Mei 2021 11:21 WIB
Tulisan dari Irma Luthfiya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Seorang produser tentu memiliki tanggung jawab yang besar, ia merupakan pemegang kepentingan dalam pembuatan film. Hal-hal krusial seperti budgeting, memutuskan pemain, pengembangan cerita, dan menciptakan lingkungan yang sehat merupakan tanggung jawab seorang produser.
ADVERTISEMENT
Salman Aristo, seorang produser sekaligus penulis skenario dan sutradara dalam kuliah umum Program Studi Televisi dan Film Universitas Padjadjaran pada Selasa (20/4/2021) lalu berbagi pengalaman cara menjadi seorang leader yang baik dalam mengatur sebuah pembuatan film. Tentunya pendekatan-pendekatan yang ia gunakan merupakan hal yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Dalam menjadi seorang leader pertama kita harus set the standard dulu, terus set the step dan bicarakan ke semua orang, biarkan orang semua tau apa tujuan dari projek kita. Kedua, the cost of being a leader itu bukan manage ekspektasi, tapi manage your disappointment,” ujar Salman.
Menurut Salman, dengan mengatur kekecewaan kita bisa lebih siap dengan kemungkinan buruk yang terjadi di depan kita. Seperti halnya seorang intel, Salman menjelaskan seorang pemimpin harus bisa berpikir apa ancamannya sebelum menentukan sesuatu. Ia juga menegaskan, hal ini tidak sama dengan sikap khawatir atau worrier.
ADVERTISEMENT
“Misal nih, gua sama tim lagi bikin kompetisi penulisan skenario untuk pemula, semua jadi mentor. Eh, ada satu-dua mentor pusing banget. Gua tanya ‘Kenapa?’, dijawab ‘Ini mas, jelek-jelek banget, premis aja nggak ngerti,’. Langsung gua jawab, ‘Emang lu berharap apa? Ini kan anak sekolah film bukan, menulis skenario juga baru ini. Ya, yang salah itu lu,’ Gua gituin,” jelas Salman.
Dalam contoh yang ia berikan tersebut, menurutnya, bukan masalah tidak bisa mengatur ekspektasi melainkan, tidak sadar sedang berhadapan dengan apa. Salman menjelaskan bahwa ada dua hal yang perlu ditanamkan dan dipikirkan sebelum seorang pemimpin mengambil keputusan, pertama hal buruk apa yang bisa terjadi, kedua siapkah kamu dengan kemungkinan buruk itu.
ADVERTISEMENT
“Dari situ gua bisa ngukur diri gua sendiri, gua bakal bisa handle nggak? Itu perlu dipake insting kita dan insting pun perlu untuk kita latih! Dengan apa? Ya, dengan berpikir ‘kalau ada kejadian buruk, gua bisa handle nggak?’ Hal itu disebut managing risk,” tutup Salman.