Sejarah Wisata Religi Sendang Siwani, Sumber Air Pemberi Kekuatan

Zulkarindah Fida Roini
Mahasiswa Prodi Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada
Konten dari Pengguna
29 November 2022 11:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zulkarindah Fida Roini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Petilasan Sendang Siwani di Wonogiri (Foto: Zulkarindah Fida Roini)
zoom-in-whitePerbesar
Petilasan Sendang Siwani di Wonogiri (Foto: Zulkarindah Fida Roini)
ADVERTISEMENT
Sendang Siwani merupakan salah satu objek wisata religi yang terletak di Desa Singodutan, Kabupaten Wonogiri. Objek wisata berupa sendang dan petilasan yang dihormati oleh masyarakat karena memiliki nilai sejarah dan religius. Tidak ada syarat khusus bagi wisatawan untuk memasuki kawasan Sendang Siwani. Siapa saja dari latar belakang mana pun diperbolehkan berkunjung. Sebelum berkunjung, ada baiknya kita belajar tahu tipis-tipis cerita dibalik Sendang Siwani terlebih dahulu. Apa yang membuat Sendang Siwani istimewa dibanding sendang lainnya.
ADVERTISEMENT
Sejarah Sendang Siwani berawal dari perjuangan tokoh bernama Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I atau Raden Mas Said. Putra dari Pangeran Arya Mangkunegara. Pada masa penjajahan Belanda, ayah dari Raden Mas Said, yaitu Pangeran mangkunegara diasingkan karena tidak sepaham dengan VOC.
Waktu itu, setiap bayi laki-laki yang lahir dibunuh oleh Belanda karena khawatir akan terjadinya pemberontakan di masa depan oleh pemuda. Maka, Raden Mas Said dititipkan ke Bu Kadek. Oleh Bu Kadek, Mas Said diasuh dan diajarkan ilmu kanuragan. Karena sedari kecil sudah diasuh Bu Kadek, Raden Mas Said tidak mengetahui siapa orang tua kandungnya. Pada usia 16 tahun, barulah Raden Mas Said mengetahui bahwa beliau adalah putra dari Pangeran Mangkunegara. Setelah mengetahui bahwa dirinya adalah putra dari seorang pejuang, timbullah keinginan untuk meneruskan perjuangan ayahnya dalam melawan Belanda. Raden Mas Said pun memulai aksinya dengan melakukan perlawanan-perlawanan kepada Belanda.
ADVERTISEMENT
Namun singkat cerita, Raden Mas Said mengalami kekalahan. Beliau melarikan diri hingga akhirnya sampai di Poh Kuning, tepatnya di Bilik Lenggong. Sampai di bilik, beliau bertemu dengan seorang kiai bernama Khasan Nur Iman. Raden Mas Said menceritakan kekalahan dan kendala yang dihadapinya kepada Pak Kiai. Pak Kiai menangkap keluh kesah Raden Mas Said dan mengarahkannya untuk melakukan meditasi. Sebelum melakukan meditasi, Pak Kiai memberi tahu terlebih dahulu tentang keberadaan cikal bakal di Bilik Lenggong. Beliau menjelakan bahwa di Bilik Lenggong terdapat dua pasang cikal bakal. Pasangan pertama bernama Kiai Tongong dan Nini Tongong, sedangkan pasangan yang kedua yaitu Kiai Towo dan Nyai Towo. Setelah mengerti penjelasan Pak Kiai, Raden Mas Said segera memulai meditasi dengan duduk di atas batu. Beliau memilih bermeditasi di bawah pohon beringin dekat dengan bilik.
ADVERTISEMENT
Selama bermeditasi, Raden Mas Said gambaran dua ekor kerbau yang sedang berkelahi. Salah satu kerbaunya di ambang kekalahan tidak berdaya. Dengan tidak berdaya, kerbau tersebut merangkak mendekati bilik dan meminum air dari sana. Setelah meminum air bilik, kerbau yang tadinya tidak berdaya menjadi pulih kembali. Kerbau tersebut lantas mengejar dan menyerang musuhnya. Pada akhirnya, kerbau tersebut memenangkan pertandingan.
Raden Mas Said masih belum paham makna dari gambaran yang diperolehnya. Maka, Raden Mas Said menanyakan makna dari gambaran tersebut kepada Pak Kiai. Pak Kiai kemudian berpesan kepada Raden Mas Said, “Kalau Anda ingin mengalahkan Belanda, maka silakan lakuakan apa yang dilakukan kerbau dalam ilham yang Anda terima tadi.” Setelah mendengar nasihat Pak Kiai, akhirnya Raden Mas Said beserta 40 orang prajuritnya minum dan mandi di Bilik Lenggong.
Tugu ilstrasi sejarah Sendang Siwani (Foto: Zulkarindah Fida Roini)
Setelah minum dan mandi di bilik, Raden Mas Said dan prajuritnya melanjutkan perjalanannya. Rombongan beliau sampai di daerah bernama Pule. Di Pule, beliau mengumpulkan pemuda untuk diajarkan ilmu kanuragan dan diajak bergabung. Setelah merekrut pasukan, beliau melanjutkan perjalanan lagi.
ADVERTISEMENT
Di jalan, rupanya rombongan beliau dihadang oleh Belanda. Waktu itu mereka dihadang di daerah bernama Poh Buto. Meskipun dengan keterbatasan pasukan dan kesederhanaan senjata, ternyata Raden Mas Said beserta prajuritnya bisa memenangkan pertarungan. Bahkan diibaratkan beliau bisa menebas leher pasukan Belanda secepat kilat. Dari situ, Raden Mas Said diberi julukan Alap-Alap Samber Nyawa. Berkat kejadian tersebut, kehebatan Raden Mas Said akhirnya diakui oleh Belanda. Belanda menyerah dengan menyerahkan bumi yang dijajahnya kepada Raden Mas Said. Raden Mas Said kemudian dinobatkan sebagai Adipati Aryo Mangkunegoro I.
Bilik Lenggong yang airnya diminum oleh Raden Mas Said dan prajuritnya, sekarang dikenal dengan nama Sendang Siwani. Dari kisah tersebut, muncul keyakinan dan kepercayaan di masyarakat bahwa apabila mandi jamas dan minum air dari Sendang Siwani, maka permintaan atau keinginan kita akan terkabul. Sehingga banyak pengunjung datang ke Sendang Siwani untuk mandi jamas dan berdoa. Selain itu, tidak sedikit pula pengunjung yang hanya jalan-jalan sekaligus belajar sejarah Sendang Siwani.
ADVERTISEMENT