Konten dari Pengguna

Kesenjangan Teknologi Pendidikan di Indonesia pada Masa Pandemi

Fidyah Aliati
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
23 November 2022 10:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fidyah Aliati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Siswa mencari sinyal pada pembelajaran daring (AGUS SUPRIYANTO/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Siswa mencari sinyal pada pembelajaran daring (AGUS SUPRIYANTO/AFP)
ADVERTISEMENT
Sejak pemerintah mengumumkan bahwa Coronavirus Disease (COVID 19) sebagai pandemi pada Maret 2020, Indonesia menghadapi banyak masalah terkait virus tersebut. Pandemi telah menyebabkan masalah di berbagai bidang kehidupan tidak terkecuali bidang pendidikan. Tantangan yang dihadapi dunia pendidikan, pemerintah mengeluarkan kebijakan melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yaitu belajar dari rumah atau proses kegiatan belajar dari rumah.
ADVERTISEMENT
Selama pandemi, proses belajar mengajar dialihkan menjadi learning from home atau belajar dari rumah. Artinya, semua kegiatan belajar mengajar yang biasanya berlangsung di kelas telah diubah dengan sistem pembelajaran jarak jauh. Pendidikan jarak jauh adalah jenis pendidikan di mana siswa menggunakan berbagai sumber belajar untuk belajar satu sama lain melalui internet atau perangkat komunikasi lainnya.
Peserta didik dituntut untuk memiliki perangkat digital seperti handphone maupun laptop untuk mendukung pembelajaran online. Memiliki hadphone pada era modern ini merupakan hal biasa yang dimiliki setiap orang, dari berbagai kalangan pasti memilikinya. Namun, permasalahan yang terjadi di Indonesia adalah masih belum meratanya penggunaan teknologi digital untuk kegiatan pembelajaran ini.
Kesenjangan digital awalnya hanya kesenjangan dalam mengakses komputer. Namun, seiring berkembangnya zaman ketika internet berkembang cepat di masyarakat, kesenjangan tersebut tidak hanya dalam mengakses komputer, namun dalam hal mengakses internet juga. (Van Deursen dan Van Dijk, 2010)
ADVERTISEMENT
Salah satu tantangan pada pembelajaran online ini adalah banyak siswa yang tidak memiliki sarana teknologi digital untuk belajar. Hal ini merupakan kesenjangan digital yang disebabkan dari kesenjangan sosial- ekonomi yang terjadi antara masyarakat miskin dan kaya. Di masa pandemi perekonomian Indonesia banyak berubah. Banyak masyarakat Indonesia yang terdampak perekonomiannya akibat pandemi ini. Kemiskinan pun meningkat. Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2020 sebanyak 26,42 juta jiwa, meningkat 1,63 juta dibanding September 2019 (bps.go.id, 15/7/2020).
Meningkatnya angka kemiskinan pada masa pandemi menunjukkan sulitnya masyarakat miskin untuk menyekolahkan atau memenuhi fasilitas anaknya ketika kegiatan belajar secara daring. Beberapa orang yang miskin tidak memiliki cukup uang untuk membeli komputer atau kuota internet, sehingga tidak bisa mengikuti pembelajaran. Peserta didik wajib memiliki gadget, komputer,atau laptop agar bisa mengakses internet untuk pembelajaran online. Sebagian masyarakat menengah ke atas masih dapat menggunakan sarana belajar online dengan mudah dan tanpa kendala, karena mereka masih bisa mendapatkannya.
ADVERTISEMENT
INOVASI melakukan riset kepada 300 orang tua siswa sekolah dasar di 18 kabupaten dan kota di Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Utara, dan Jawa Timur pada April 2020. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada ketimpangan dalam hal akses ke media pembelajaran pada peserta didik yang berasal dari keluarga mampu dan tidak mampu. Ada 28 persen orang tua yang anaknya belajar menggunakan media daring.(theconversation.com, 2/5/2020).
Di era Covid-19 ini juga terjadi kesenjangan digital yaitu kesenjangan dalam hal akses internet atau sinyal. Kesenjangan ini cukup parah. Hal ini sudah menjadi masalah di Indonesia sejak lama. Internet pada masa pandemi memiliki dampak besar dalam pelaksanaan pembelajaran daring. Jika internet pada suatu daerah belum merata misalnya daerah pedalaman yang masih belum terjangkau sinyal maka proses pembelajaran anak dapat terhambat.
ADVERTISEMENT
Secara nasional wilayah Indonesia yang terjangkau sinyal baru ada 93 persen. Itupun kecepatan sinyalnya berbeda-beda setiap daerah. 4G mencakup 59 persen, 3G 26 persen, 2G 8 persen, dan 7 persen sisanya merupakan GSM. Di papua baru 47 persen wilayah yang mendapat sinyal untuk mengakses internet (lokadata.id, 19/08/2020). Hal ini menunjukkan bahwa jaringan internet yang ada di Indonesia belum tersebar secara merata. Banyak daerah pedalaman yang belum mendapatkan sinyal yang bagus. Pada April 2020 Data Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menunjukkan ada sekitar 18 persen sekolah dasar dan menengah yang tidak memiliki akses internet dan ada sekitar 7 persen yang belum terpasang listrik di sekolahnya. Kesenjangan digital dalam hal akses internet ini memperkuat terjadinya ketimpangan untuk dapat mengakses sarana pendidikan pada pelajar di Indonesia pada masa Covid-19.
ADVERTISEMENT
Selama pandemi, banyak guru di Indonesia harus belajar bagaimana menggunakan teknologi baru. Perubahan metode pengajaran ini memaksa guru untuk beradaptasi dengan cara baru dalam mengajar. Beberapa platform digital, seperti Zoom Meeting, Google Classroom, dan Quiziz, digunakan sebagai pendukung kegiatan belajar online. Banyak guru tidak memiliki kemampuan yang sama ketika menggunakan teknologi baru di kelas. Hal ini dapat mempersulit para tenaga pendidik untuk beradaptasi dengan sistem pendidikan baru.
Akses ponsel dan internet yang terbatas di beberapa daerah di Indonesia ini berpengaruh pada semua aspek kehidupan terutama hal pendidikan, baik pada peserta didik maupun guru. Mereka adalah pelaku pendidikan yang sebelumnya pada keadaan normal pun menghadapi hambatan dalam kegiatan belajar mengajar. Pada pembelajaran online ini mereka harus mengahadapi hambatan yang lebih besar yaitu kesenjangan akses teknologi digital. Kegiatan pembelajaran dari rumah ini kurang tepat untuk mereka yang tinggal di daerah pedalaman dan mereka yang memiliki ekonomi yang kurang atau tidak mampu.
ADVERTISEMENT