Konten dari Pengguna

Gejala Ringan COVID-19: Anosmia

DIVA MUHAMMAD ALVIANSYAH
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta
13 November 2021 14:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari DIVA MUHAMMAD ALVIANSYAH tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Anosmia. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Anosmia. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
COVID-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 atau yang biasa dikenal dengan virus corona. Virus corona adalah anggota dari keluarga besar virus yang menginfeksi saluran pernafasan. COVID-19 ditularkan dari manusia ke manusia lewat droplet orang yang terfinfeksi. Droplet dihasilkan seseorang dalam kondisi batuk, bersin, dan pada saat berbicara.WHO (World Health Organization) dan CDC (Centers for Disease Control and Prevention) telah menetapkan gejala anosmia sebagai salah satu gejala COVID-19. (Kiay et al., 2021). Anosmia adalah disfungsi bau atau hilangnya kemampuan untuk mencium bau, baik bau yang wangi seperti bau parfum atau bunga maupun bau yang tidak sedap seperti bau amis dan busuk. Anosmia bersifat sementara. Durasi anosmia rata-rata belangsung selama 2-14 hari. Gejala anosmia mulai terasa tepat sebelum atau sesudah gejala lainnya seperti demam, nyeri otot, sakit kepala, sakit tenggorokan, batuk kering, dll. Sampai saat ini belum ditemukan penyebab pasti mengapa COVID-19 menyebabkan gejala anosmia. Namun, ada asumsi bahwa anosmia terjadi karena peradangan di rongga hidung ketika virus corona terhirup masuk ke dalam tubuh lewat hidung. Saat berada di dalam rongga hidung, virus corona menyerang sistem saraf yang berfungsi untuk mendeteksi bau atau aroma.
ADVERTISEMENT
Anosmia memiliki banyak dampak buruk terhadap kualitas hidup seseorang serta penurunan kemampuan untuk mendeteksi hal yang berbahaya dalam lingkungan seperti kebocoran gas, tidak dapat membedakan makanan yang sudah basi dan dapat memengaruhi selera makan. (Kiay et al., 2021). Pasien dapat mengalami depresi
dengan gejala anosmia karena mereka kehilangan kemampuan untuk mencium bau yang mereka sukai seperti makanan. Anosmia memberi dampak pada penurunan nafsu makan sehingga dapat menyebabkan malnutrisi atau kekurangan nutrisi. Apalagi kasus ini terjadi pada pasien COVID-19, ketika asupan makanan yang bergizi sangat diperlukan tubuh untuk menjaga imunitas tetap dalam keadaan baik. Hasil penelitian memperlihatkan seseorang yang mengalami anosmia taraf kesehatannya menurun. Penyebab dari hal ini dikaitkan dengan kemampuan merasakan atau mencium aroma makanan yang hilang.
ADVERTISEMENT
Pada bulan Agustus kemarin saya merasakan sendiri gejala anosmia ini. Saya menyadarinya saat mencoba mencium bau minyak kayu putih. Saat itu saya tidak mencium bau minyak kayu putih dan saya curiga terinfeksi COVID-19. Keesokan harinya saya pergi ke Puskesmas untuk berkonsultasi dengan dokter dan meminta untuk melakukan swab PCR. Tanggal 5 Agustus 2021 saya swab PCR dan hasilnya keluar tiga hari setelahnya. Hasil menunjukkan saya positif COVID-19. Beruntungnya saya hanya mengalami gejala anosmia saja. Sejak saat itu saya isolasi mandiri dirumah kurang lebih 10 hari. Isolasi mandiri membuat saya bosan karena aktivitas yang saya lakukan berulang dan sama setiap harinya. Setiap pagi saya selalu berjemur selama 15 menit dan berolahraga ringan seperti push up, sit up, dan senam. Selama 10 hari itu, saya tidak nafsu makan karena tidak bisa mencium dan merasakan makanan yang saya makan. Namun, tetap saya paksa untuk makan karena harus minum vitamin setelahnya. Cara yang saya lakukan untuk mengembalikan penciuman saya adalah dengan berlatih mencium minyak kayu putih setiap hari, mengonsumsi teh jahe, dan mengonsumsi teh lemon dengan madu. Dengan cara tersebut penciuman kembali seperti semula dan saya dapat makan dengan lahap kembali.
ADVERTISEMENT
Gejala anosmia ini memberi pelajaran kepada kita betapa tidak enaknya hidup jika tidak bisa mencium atau merasakan sesuatu. Mungkin ini merupakan teguran dari Allah SWT untuk kita yang tidak mensyukuri nikmatnya. Jika tidak ingin merasakan gejala COVID-19 yang satu ini, tetap taati protokol kesehatan karena COVID-19 masih ada di sekitar kita.