Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Menelusuri Sejarah Berdirinya Masjid Agung Banten
28 Januari 2018 23:01 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
Tulisan dari Fikram Al-Bantani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pertama kali menginjakan kaki ditempat ini, penulis dibuat terkagum-kagum oleh Arsitektur bangunannya , bergaya tradisional jawa , Tiongkok-Eropa, selain itu saya pun merasa tenang dan nyaman, perjalanan ini berawal dari menjelajah daerah Kota Serang, Provinsi Banten . Saya dan kawan-kawan terpikir untuk mengunjungi suatu tempat bersejarah yang bernuansa islami , saya dan kawan-kawan akhirnya sepakat untuk berkunjung menuju Banten Lama, tersiar kabar dari Media sosial , Televisi atau yang lainnya, Mesjid Agung Banten adalah Masjid pertama yang berdiri di Kota tersebut, dengar rasa penasaran akhirnya saya melakukan perjalanan penuh religi ini .
ADVERTISEMENT
Perjalanan dari kota serang menuju banten lama kurang lebih 20 menit, diperjalanan menuju banten lama mata saya disuguhi oleh pemandangan yang sangat indah, bukan hanya melihat yang bernuansa horor tapi saya juga merasakan nuansa tempo dulu dipadukan dengan nuansa kedaerahan banten. Entah kenapa pikiran ini langsung terbayang saja, bahwa saya telah masuk pada dunia nya sultan banten . Aneh , sangat mistis !
Disana saya bertemu dengan seorang penduduk asli Banten lama, setelah saya tanya-tanya beliau menjelaskan semua yang berhubungan dengan Masjid agung banten ini , Beliau mengungkapkan Sejarah pendirian Masjid Agung Banten berawal dari instruksi Sultan Gunung Jati kepada anaknya, yaitu Sultan Hasanuddin. Konon cerita dari masyarakat setempat, Sunan Gunung Jati memerintahkan kepada Sultan Hasanuddin untuk mencari sebidang tanah yang masih “suci” sebagai tempat pembangunan Kerajaan Banten.
ADVERTISEMENT
Setelah mendapat perintah ayahnya tersebut, Hasanuddin kemudian shalat dan bermunajat kepada Allah agar diberi petunjuk tentang tanah untuk mendirikan kerajaan. Menurut kabar, setelah berdoa, secara spontan air laut yang berada di sekitarnya tersibak dan menjadi daratan. Di lokasi inilah kemudian Sultan Hasanuddin mulai mendirikan Kerajaan Banten beserta sarana pendukung lainnya, seperti masjid, alun-alun, dan pasar. Perpaduan empat hal: istana, masjid, alun-alun, dan pasar merupakan ciri tradisi kerajaan Islam di masa lalu.
Masjid pertama yang dibangun adalah Masjid Agung Banten Lama yang sampai hari ini masih terjaga dengan baik. Masjid agung ini merupakan simbol kejayaan Islam pada saat itu. Di masjid ini banyak aktivitas yang bisa kita lakukan, seperti berziarah, mendapati bukti-bukti sejarah, menikmati arsitektur masjid yang cukup tersohor.
ADVERTISEMENT
Keunikan arsitektur Masjid Agung Banten terlihat pada rancangan atap masjid yang beratap susun lima, yang mirip dengan pagoda Cina. Konon, masjid yang dibangun pada awal masuknya Islam ke Pulau Jawa ini desainnya dirancang dan dikerjakan oleh Raden Sepat. Ia adalah seorang ahli perancang bangunan dari Majapahit yang sudah berpengalaman menangani pembangunan masjid, seperti Demak dan Cirebon. Selain Raden Sepat, arsitek lainnya yang ditengarai turut berperan adalah Tjek Ban Tjut, terutama pada bagian tangga masjid. Karena jasanya itulah Tjek Ban Tjut memperoleh gelar Pangeran Adiguna.
Kemudian pada tahun 1620 M, semasa kekuasaan Sultan Haji, datanglah Hendrik Lucaz Cardeel ke Banten, ia seorang perancang bangunan dari Belanda yang melarikan diri dari Batavia dan berniat masuk Islam.Kepada sultan ia menyatakan kesiapannya untuk turut serta membangun kelengkapan Masjid Agung Banten, yaitu menara masjid serta bangunan tiyamah yang berfungsi untuk tempat musyawarah dan kajian-kajian keagamaan. Hal ini dilakukan sebagai wujud keseriusannya untuk masuk Islam. Karena jasanya tersebut, Cardeel kemudian mendapat gelar Pangeran Wiraguna.
ADVERTISEMENT
Menara menjadi ciri khas Masjid Agung Banten. Terletak di sebelah timur masjid, menara ini terbuat dari batu bata dengan ketinggian sekitar 24 meter, diameter bawahnya sekitar 10 meter. Untuk mencapai ujung menara, ada 83 buah anak tangga yang harus kita tapaki melewati lorong yang hanya dapat dilewati oleh satu orang.
Dari atas menara ini kita dapat melihat pemandangan sekitar dan perairan lepas pantai karena jarak antara menara dengan laut hanya sekitar 1,5 km. Dahulu tempat ini selain digunakan untuk mengumandangkan azan juga sebagai tempat menyimpan senjata dan menara pengawas perairan.
Ketelitian arsitektur yang dibuat Belanda ini bahkan bisa dilihat dari pintu masuk. Pintu masuk Masjid di sisi depan berjumlah enam yang berarti Rukun Iman.Enam pintu itu dibuat pendek agar setiap jamaah menunduk untuk merendahkan diri saat memasuki rumah Tuhan. Jumlah 24 tiang masjid menggambarkan waktu 24 jam dalam sehari.
ADVERTISEMENT