Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Sejarah Dan Kebudayaan Banten Dari Masa ke Masa
3 Februari 2018 17:53 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
Tulisan dari Fikram Al-Bantani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Secara Historis Banten dikenal karena di daerah ini pernah berdiri sebuah kerajaan Islam. Namun sebetulnya jauh sebelum berdiri kerajaan Islam, Banten sudah memiliki kebudayaan yang cukup melimpah. Investarisasi dan penelitian peninggalan purbakala yang dimulai sejak abad ke-19 di daerah banten ini membuktikan akan hal tersebut.
J.W.G.J Prive, seorang kontrolir Belanda pada tahun 1896 melaporkan adanya temuan bangunan kuno di dekat desa Citorek, Bayah, yang kemudian dikenal sebagai bangunan punden berundak "Lebak Sibedug".(Van Der Hoop, 1932 : 63 - 64).
Kemudian dalam bukunya "Rapporten van der Oudheikundingen Dienst in Nederlansch Indie" tahun 1914 menyatakan bahwa di seputar Kabupaten Pandeglang ada peninggalan arkeologi berupa arca nenek moyang, beberapa kapak batu dari hasil penggalian arkeolog di pamarayan (Kolelet) dan patung tipe Polinesia di Tenjo "Sanghyang Dengdek". (Djanenuderadjat, 2001 : 2).
Pendirian monumen-monumen Megalitikum dengan beragam bentuk seperti Punden Berundak, arca, menhir, dolmen, dan batu bergores turut memperkaya budaya dan tradisi masyarakat Banten pada masa lalu. Tradisi megalitik mulai ada sekitar 4500 Tahun ketika manusia mulai hidup menetap dengan mata pencaharian bercocok tanam dan beternak. Sampai hari ini tradisi megalitik tersebut oleh sebagian masyarakat adat masih ditaati dan dipatuhi secara konsisten dan berkesinambungan.
Kebudayaan Banten kemudian semakin berkembang setelah bersentuhan dengan kebudayaan luar. Pengaruh budaya luar tersebut datang dari India yang membawa agama Hindu dan Budha. Disamping membawa pengaruh agama Hindu dan Budha masuknya pengaruh India juga berdampak pada sistem sosial dan pemerintahan di Nusantara, ditandai dengan berdirinya kerajaan-kerajaan. Dan salah satu kerajaan Hindu yang pertama berdiri di Banten ialah kerajaan Banten Girang yang diperkirakan berdiri sejak abad ke-10 sampai dengan abad ke-16.
Masuknya pengaruh Islam kemudian berdampak pada mundurnya pengaruh Hindu-Budha di Banten. Kerajaan Banten Girang berada dibawah penguasa Islam yang kemudian mendirikan kerajaan di sekitar Teluk Banten. Pusat kotanya dikenal dengan nama Surosowan, yang kini disebut Banten Lama.
Kerajaan Islam Banten ada sejak abad ke-16 sampai dengan abad ke-19. Kemudian secara Historis, kota Banten Lama yang terletak 10 Kilo Meter dari Kota Serang, dahulu ramai dikunjungi oleh kapal dan pedagang asing seperti dari Arab, Portugis, Cina, Persia, Suriah, India, Turki, Jepang, Filipina, Inggris, Belanda, Perancis serta Demark. Selain pedagang asing, pedagang - pedagang Nusantara seperti dari Maluku, Solor, Makassar, Sumbawa, Gresik, Juwana, dan Sumatera ikut berdagang di Banten Lama.
Kini masa lalu Kesultanan Banten tersebut hanya menyisakan bukti-buktinya. Bukti peninggalan tersebut antara lain berupa bekas kompleks Keraton Surosowan yang dibangun pada masa pemerintahan Maulana Hassanudin, Mesjid Agung Banten, Kompleks Makam Raja-raja Banten dan keluarganya, Mesjid Pecinan Tinggi, Kompleks Keraton Kaibon, Mesjid Koja, Benteng Speelwijk, Kelenteng Cina, Watu Gilang, Danau Tasikardi, dan Makam Sultan Kenari, Jembatan Rante serta banyak lagi yang lainnya.
ADVERTISEMENT
Selain peninggalan berbentuk bangunan, peninggalan dari Banten Lama juga berupa keramik dari Cina, Jepang, Thailand, dan Eropa, serta mata uang dan Tembikar.
Kemudian Kerajaan Islam Banten yang berbentuk Kesultanan mengalami kemunduran seyelah masuknya pengaruh VOC (Vereniging Oost-Indie Compagnie) yaitu perkumpulan dagang Belanda di Indonesia tahun 1602-1799) dan penjajahan kolonial Belanda.
Belanda kemudian menghancurkan pusat kota kesultanan dan memindahkan pusat pemerintahan ke Serang. Kekuasaan Belanda pun di Banten berakhir setelah mengalami kekalahan oleh Jepang pada tahun 1942.
Banten telah mengalami proses perjalanan sejarah dan budaya paling panjang, kini merupakan salah satu wilayah Provinsi dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selama dalam perjalanannya tersebut, Banten mewariskan peninggalan-peninggalan yang tak ternilai.
Kekayaan dari beragam pusaka budaya Banten yang tinggi nilainya itu perlu dijunjung tinggi sebagai bukti perjalanan sejarah dan budaya yang dapat memberi sumbangan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, sejarah dan kebudayaan melalui penggalian nilai luhur yang tercermin di dalamnya. Disamping itu pula pusaka budaya tersebut dapat menjadi dasar dalam memupuk kepribadian dan jati diri bangsa.
Sumber Reverensi :
1.Van Der Hoop, 1932 : 63-64
2.Djaenuderadjat, 2001: 2
3.Dinas Pendidikan Provinsi Banten
ADVERTISEMENT