Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Seorang Nenek Bertahan Hidup Di Gubuk Selama 20 Tahun
11 Februari 2018 2:11 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
Tulisan dari Fikram Al-Bantani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Lebak, - Ketimpangan dan kemiskinan di Indonesia menjadi fenomena isu yang kompleks dan ruwet. Tiap rezim pemerintah dihadapkan pada PR menurunkan kemiskinan dan mengurangi kesenjangan di negara berpenduduk 240 juta orang ini.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut dirasakan oleh Muklinah, nenek yang hidup sebatang kara di gubuk yang sudah menjadi tempat berteduhnya selama puluhan tahun ini, ironis memang ketika para pejabat memakai kendaran dan barang mewah, nenek Muklinah untuk tidurpun hanya beralaskan tikar seadanya, serta bukan hanya itu nenek yang sudah berumur hampir satu abad ini untuk bisa tidur nyenyak pun kadang terganggu oleh hewan buas yang masuk kedalam rumahnya, belum lagi ditambah ketika hujan datang, atap yang terbuat dari genting seadanya tersebut memaksa nenek tua itu kedinginan disetiap musim penghujanan datang.
Nenek Muklinah namanya warga Kampung Pasir Buntu, Desa Lebak Pendeuy, Kecamatan Cihara, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Lebih dari 20 tahun tinggal di gubuk reyotnya dari usia yang sudah uzur, Nenek Muklinah (80 tahun) harus menghabiskan waktunya di dalam gubuk seorang diri.
ADVERTISEMENT
Sementara, Dari informasi yang diterima oleh media, dan diceritkan oleh Heri petugas PPS Desa Lebak Pendeuy, ia menjelaskan, saat itu dirinya sedang bertugas dengan PPDP (Petugas Pemutahiran Data Pemilih) Pilkada serentak 2018 dan melakukan tugas Coklit (Pencocokan dan Penelitian) di Kampung Pasir Buntu, Desa Lebak Pendeuy, Kecamatan Cihara, Kabupaten Lebak-Banten.
Saat itu kata Heri, dirinya melakukan Coklit ke rumah milik Muklinah (80 tahun) dan disitu lah Heri merasa kaget dengan kondisi gubuk yang diisi oleh Nenek Muklinah tersebut.
"Saya sedang tugas Coklit dengan petugas PPDP lainnya, kebetulan rumah yang kami Coklit rumah milik Nenek Muklinah. Dan saat itu saya kaget dengan kondisi rumah Nenek Muklinah yang tak layak huni,"tutur Heri kepada wartawan, Sabtu kemarin (10/02/18).
ADVERTISEMENT
Menurut Heri, (Mak Emuk) adalah sapa'an sehari-hari Nenek Muklinah, yang mengalami lumpuh pada kedua tangannnya akibat ditikam ular berbisa. "Saat saya tanya, Mak Emuk mengatakan lumpuh pada kedua tanganganya akibat sengatan ular berbisa" tuturnya.
Di dalam gubuknya yang pengap dan sudah miring itu diceritakan Heri kembali, Mak Emuk hidup tanpa bantuan seorangpun, anak satu-satunya dari Mak Emuk yang tinggalnya tak jauh dari gubuk tersebut, bernasib sama seperti orang tuanya, tidak berkecukupan dalam kehidupan sehari-hari. "Mak Emuk tinggal sendirian, anaknya tinggal sama keluarganya tak jauh dari rumah Mak Emuk, namun kondisi anaknya juga tidak cukup untuk menghidupi keluarganya sehari-hari" jelasnya.
Heri juga yang merupakan warga Desa sekitar mengharapkan ada uluran tangan dari pemerintah Daerah maupun dermawan yang sudi ingin membantu kondisi rumah Mak Emuk yang kondisinya tak layak huni. "Saya harap Pemerintah maupun dermawan ada yang mau membantu Mak Emuk, kasian rumahnya tak layak huni dan hanya sebatang kara tinggalnya" harap Heri.
ADVERTISEMENT
Mendengar cerita dari warga sekitar, wartawan pun mencoba mengunjungi gubuk yang dihuni oleh Nenek Muklinah tersebut. di gubuk yang hanya berukuran 2,5 X 4 meter ini Mak Emuk tinggal dan hanya berlantaikan tanah padat sebagi pijakannya dan dinding yang sudah mulai keropos.
Mak Emuk menceritakan kondisi rumahnya yang tak layak huni tersebut, kata Mak Emuk menceritakan dengan bahasa Sunda, saat musim hujan, atapnya sudah pada bolong dan bocor, dan tak hanya itu, dia juga menuturkan bahwa saat hujan segala jenis binatang mampir ke dalam gubuknya yang tanpa adanya penerangan.
"Mak cicing digubuk ieu sieun mun usim hujan, hatepna tos balocor ja ku barolong, laju teu aya lampu deui anu ca'ang" papar Nenek Muklinah dengan raut sedihnya dengan menggunakan bahasa Sunda. (Mak tinggal ditempat ini takut saat musim hujan, atapnya bocor karena sudah pada bolong, dan tidak ada lampu penerang).
Selain itu Nenek Muklinah/Emuk pun berharap agar mendapatkan bantuan dari pemerintah maupun relawan yang ini membantu rumah gubuknya tersebut. "Mak ngeun ngaharepkeun bantosana, tos 20 tahun cicing di gubuk jeng saaya- ayana bae"(Mak hanya berharap ada yang bantu, karena sudah 20 tahun tinggal di rumah ini dengan seadanya),"harapnya.
ADVERTISEMENT