Merawat Eksistensi Wisata Religi

Fikram Eka Putra
Mahasiswa Pendidikan Sejarah UNP
Konten dari Pengguna
21 Januari 2023 13:45 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fikram Eka Putra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bangunan makam Syekh Abdurrahman dan penerusnya di Kompleks Ponpes Al-Manaarsektor. Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Bangunan makam Syekh Abdurrahman dan penerusnya di Kompleks Ponpes Al-Manaarsektor. Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia dianugerahi berbagai kekayaan yang tidak hanya terbatas pada sumber daya alam (SDA) atau sumber daya manusia (SDM) saja. Perjalanan panjang bangsa Indonesia yang disinggahi oleh berbagai peradaban membuat negeri ini juga kaya akan sejarah dan peninggalan-peninggalan bersejarah.
ADVERTISEMENT
Jika kita berbicara pada konteks pembangunan nasional, maka sudah menjadi sebuah keniscayaan bahwa potensi-potensi yang dimiliki tersebut mesti dimanfaatkan secara maksimal. Di antara berbagai bentuk pemanfaatan potensi yang ada, salah satunya adalah pengembangan pariwisata. Belakangan ini pariwisata menjadi salah satu sektor yang potensial untuk dikembangkan, dalam artian pariwisata merupakan salah satu bidang yang layak untuk dikelola dan dimanfaatkan secara maksimal dalam menunjang pembangunan di Indonesia.
Pengembangan sektor pariwisata dewasa ini selaras dengan perkembangan kebutuhan masyarakat. Kultur masyarakat saat ini yang sudah menempatkan pariwisata sebagai salah satu kebutuhan dan gaya hidup (lifestyle) menjadi salah satu alasan pariwisata menjadi sektor potensial yang mampu memberi dampak secara sosial dan ekonomi. Secara sederhana, dengan kultur masyarakat yang demikian membuat industri pariwisata memiliki peminat dan target pasar yang luas.
ADVERTISEMENT
Namun, pertanyaan terbesar saya adalah: apakah saat ini seluruh potensi pariwisata sudah terkelola dengan maksimal?. Apabila kita berkaca pada kondisi geografis dan topografi wilayah Indonesia, memang keindahan alam menjadi salah satu bagian atau kekuatan ekonomi yang semestinya dikelola secara maksimal. Dengan demikian masyarakat Indonesia dan mancanegara banyak mengenal destinasi wisata alam yang menawarkan keindahan alam seperti Bali, Lombok, Raja Ampat, dan lainnya. Selain itu, Agrowisata dan Ekowisata juga menjadi bagian dari sektor industri pariwisata yang perlu dikelola secara maksimal.
Akan tetapi, pengelolaan pariwisata yang demikian tidak serta-merta membuat pengelolaan potensi pariwisata di Indonesia telah berjalan maksimal. Hal ini karena masih banyak aspek pendukung pariwisata lainnya yang belum terkelola secara maksimal. Salah satunya adalah wisata religi. Wisata religi secara sederhana kita terjemahkan sebagai kegiatan pariwisata yang memenuhi kebutuhan rohani dan spiritual wisatawan.
ADVERTISEMENT
Hal ini berkaitan dengan kultur masyarakat Indonesia yang religius. Falsafah kehidupan masyarakat Indonesia yang dituangkan dalam sila pertama Pancasila yang berbunyi “Ketuhanan yang Maha Esa” sudah mewakili kultur kehidupan yang religius masyarakat Indonesia. Oleh karena itu saya berpandangan bahwa wisata religius menjadi salah satu bagian yang paling potensial untuk dikelola dalam menunjang kemajuan pariwisata di Indonesia.

Refleksi pada Peninggalan Islam di Pondok Pesantren Al-Manaar

Salah satu provinsi yang memiliki potensi pengembangan wisata religius di Indonesia berada di Sumatera Barat. Saya teringat pada perkataan Dr. Aisiah, M.Pd, (dosen departemen sejarah UNP) dalam suatu pertemuan dengan mahasiswa tim KKN Tematik Sejarah UNP. Ia mengatakan “banyak peninggalan peradaban Islam di Sumatera Barat yang terbengkalai dan tidak dikelola dengan baik, salah satunya di Nagari Batuhampar meskipun telah sempat dirintis oleh almarhum Prof. Mestika Zed, M.A menjadi salah satu destinasi wisata religius”.
ADVERTISEMENT
Saya memiliki pandangan yang sama bahwa Sumatera Barat, khususnya di Batuhampar ada potensi tersembunyi bagi pengembangan wisata religius. Kesamaan persepsi tersebut pada gilirannya menghantarkan saya bersama 30 rekan mahasiswa lainnya tergabung dalam tim KKN Tematik Bidang Studi Sejarah UNP. Misi utama kami yaitu “Revitalisasi Wisata Religi di Nagari Batuhampar”.
Nagari Batuhampar terletak di Kecamatan Akabiluru, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Ada satu hal yang unik di daerah ini, bahwa daerah ini secara geografis tidak termasuk wilayah pesisir Minangkabau. Tetapi, daerah ini sebelum abad ke-19 menjadi salah satu sentral penyebaran agama Islam. Secara umum di Minangkabau penyebaran agama Islam banyak berpusat di wilayah pesisir. Sementara, urusan adat berkembang di wilayah pedalaman Minangkabau, bak kata petitih adat Minangkabau “Adat Manurun, Syara’ Mandaki”.
ADVERTISEMENT
Keunikan yang dimiliki oleh Nagari Batuhampar membuat daerah ini mewarisi berbagai peninggalan peradaban Islam baik berupa Tengible Heritage (warisan benda), maupun Intengible Heritage (warisan tak benda). Salah satu wujud peninggalannya adalah kompleks Pondok Pesantren Al-Manaar.
Kompleks Pondok Pesantren Al-Manaar merupakan warisan peradaban Islam yang ditinggalkan oleh Syekh Abdurrahman yang merupakan tokoh sentral dalam penyebaran agama Islam di wilayah ini pada periode sebelum abad ke-19. Ada beberapa peninggalan di lingkungan Kompleks Ponpes Al-Manaar di antaranya adalah makam Syekh Abdurrahman dan beberapa penerusnya termasuk makam Ayah dari Bung Hatta, selain itu juga terdapat bangunan menara dengan seni arsitektur yang tergolong eksotis di masa itu. Bangunan bersejarah ini tentu sangat potensial untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata religius.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi kondisi peninggalan-peninggalan itu saat ini tidak terkelola dengan baik. Beberapa bangunan tua nan bersejarah ini terlihat kusam, berlumut meski pun tetap tegak berdiri dengan kokoh. Bangunan Ponpes Al-Manaar saat ini telah meniru bangunan modern pada umumnya dan tidak terlihat adanya sentuhan seni arsitektur ala timur tengah. Fungsinya lebih banyak diarahkan untuk kepentingan pendidikan modern ala pondok pada umumnya. Tidak tampak lagi keunggulan yang pernah sangat menonjol pada masa syekh Abdurrahman. Pada masa itu kompleks surau gadang sangat mashur dengan taman pengajian Al Qur’an. Sementara kelanjutannya ponpes Al-Manaar berfokus pada pendidikan umum dan agama.
Namun demikian keberadaan warisan peninggalan gobah dan menara menyisakan cerita sejarah tersembunyi yang belum banyak diketahui oleh publik. Ini potensial menjadi ikon wisata sejarah sekaligus wisata religius yang belum dikelola dengan maksimal dan mesti mendapat perhatian serius. Potensi pariwisata yang tidak diiringi dengan pengelolaan dan pemanfaatan yang baik membuat peninggalan-peninggalan bersejarah di wilayah ini tidak banyak diketahui, apa lagi diminati.
ADVERTISEMENT
Kurangnya informasi publik dan branding, belum adanya pendataan potensi objek wisata religius serta penulisan narasi historis, kondisi fasilitas dan lingkungan sekitar destinasi pariwisata yang kurang terawat, pengelolaan kepariwisataan yang relatif amatiran, dan kurangnya kegiatan Pokdarwis merupakan sederet persoalan yang harus dituntaskan dalam menjadikan Kompleks Ponpes Al-Manaar sebagai destinasi wisata religius.
Hal inilah yang kemudian membuat saya bersama 30 anggota tim lainnya dikerahkan oleh Dr. Aisiah, dosen pembimbing untuk melakukan pengabdian di daerah ini. Ada beberapa solusi yang kami diskusikan bersama. Untuk menjadi salah satu destinasi wisata religius di Batuhampar perlu adanya perbaikan pada persoalan-persoalan di atas. Dalam hal branding dan promosi kita dipermudah dengan memanfaatkan media sosial dalam menjangkau seluruh lapisan masyarakat dengan kemasan produk promosi wisata dalam bentuk video, pamflet, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, bagian paling penting adalah pendataan dan penulisan narasi historis mengenai berbagai objek wisata religius yang ada. Hal ini dikarenakan objek-objek wisata religius berupa peninggalan sejarah, sehingga memerlukan keterangan berupa narasi historis yang bisa mengedukasi dan memberikan informasi kepada pengunjung. Penataan lingkungan sekitar menjadi lebih bersih dan menarik. Ini juga akan menjadi salah satu poin penting dalam menarik pengunjung. Terakhir, dalam menjaga keberlangsungan wisata religi tentunya dibutuhkan kontribusi dari Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang harus dibekali pelatihan tentang kepariwisataan.
Dengan demikian, ketika persoalan-persoalan tersebut diatasi maka potensi wisata religius yang diharapkan sedikit demi sedikit menunjukkan kemajuan menuju destinasi wisata religius. Target pengunjung utama yang harus dilayani tentunya berawal dari para peziarah yang kebanyakan adalah murid-murid yang pernah belajar agama islam di nagari ini.
ADVERTISEMENT
Tujuan utama mereka selama ini hanya berfokus pada ziarah ke makam gurunya. Target pengunjung lainnya yang disasar adalah para pelajar di Sumatera Barat yang perlu dikenalkan dengan sejarah peradaban islam di nagari Batuhampar. Dampak tidak langsung yang diharapkan dari para pengunjung Kompleks surau gadang dan Ponpes Al-Manaar adalah pengembangan bidang pendidikan, tetapi juga di bidang pariwisata dan ekonomi masyarakat sekitar.
Kompleks surau dagang dan ponpes Al-Manaar adalah satu di antara banyaknya potensi wisata religius di Indonesia yang memiliki persoalan yang sama. Sehingga, melalui tulisan ini teriring harapan saya bisa menjadi refleksi bagi daerah-daerah lain dalam mengelola potensi wisata religi yang ada. Sehingga pariwisata di Indonesia bisa terkelola secara menyeluruh dan maksimal. Semoga!
ADVERTISEMENT