Konten dari Pengguna

Comparing FastAPI vs Flask: Framework Python Mana yang Lebih Kuat di Industri?

Fikri Armia Fahmi
Sedang menempuh pendidikan S1 dalam lingkup bidang Informatika, Universitas Pembangunan Jaya
15 Oktober 2024 17:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fikri Armia Fahmi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustration FastAPI vs Flask | Created by Bing AI Generator Image
zoom-in-whitePerbesar
Ilustration FastAPI vs Flask | Created by Bing AI Generator Image
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam dunia pengembangan web berbasis Python, dua framework yang sering kali menjadi pilihan utama adalah FastAPI dan Flask. Kedua framework ini digunakan untuk membangun aplikasi website dan API, namun mereka menawarkan pendekatan yang berbeda. Dalam artikel ini, kita akan melihat bagaimana keduanya bersaing dalam dunia industri, serta membahas perbedaan utama yang mungkin membantu Anda memutuskan framework mana yang tepat untuk proyek Anda.
ADVERTISEMENT

Perbandingan Cepat: FastAPI vs Flask

Fitur Unik di FastAPI

1. Dukungan Penuh untuk Async/Await
FastAPI dirancang dengan dukungan penuh untuk asynchronous programming menggunakan async/await. Ini membuat FastAPI sangat cocok untuk menangani banyak request secara bersamaan tanpa menurunkan performa.

Fitur Unik di Flask

1. Ekstensi yang Fleksibel
Flask menawarkan ribuan ekstensi yang memungkinkan pengembang menambah fungsionalitas dengan mudah tanpa mengubah dasar framework. Pengembang memiliki kebebasan untuk menambahkan fitur-fitur seperti manajemen database atau autentikasi dengan pustaka pihak ketiga.

Studi Kasus Industri

Netflix menggunakan FastAPI untuk beberapa layanan internal mereka. Dalam arsitektur microservices, kecepatan dan skalabilitas FastAPI menjadi salah satu alasan utamanya. Dengan dukungan async/await, FastAPI memungkinkan mereka untuk menangani ribuan permintaan dari pengguna secara efisien.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Pinterest menggunakan Flask untuk layanan kecil di ekosistem mereka. Flask lebih mudah disesuaikan untuk proyek yang membutuhkan fleksibilitas tinggi. Flask memberi pengembang kebebasan untuk merancang arsitektur sesuai kebutuhan tanpa banyak aturan bawaan.
Uber menggunakan FastAPI untuk beberapa API di layanan mereka, khususnya pada proyek Michelangelo, platform machine learning yang memungkinkan pengembang memodelkan dan mengoperasikan sistem machine learning di skala produksi. FastAPI memungkinkan mereka untuk mengelola request simultan dengan performa tinggi dan integrasi yang lancar dengan teknologi asynchronous lain.

Keunggulan Teknis

FastAPI unggul dalam hal performa berkat penggunaan asynchronous programming. Ini menjadikannya framework yang sempurna untuk aplikasi yang perlu menangani banyak permintaan simultan. Flask tidak memiliki dukungan bawaan untuk async, meski bisa ditambahkan dengan ekstensi, tetapi ini memperumit proses pengembangan.
ADVERTISEMENT
Flask memungkinkan pengembang untuk membangun arsitektur aplikasi dengan sangat fleksibel, tanpa memaksakan pola struktur tertentu. Ini cocok bagi tim yang ingin memiliki kontrol penuh atas setiap aspek pengembangan, dari penyusunan routing hingga integrasi database. Sebaliknya, FastAPI lebih mengarahkan pengembang pada pendekatan berbasis tipe, yang lebih terstruktur tetapi mungkin kurang fleksibel untuk proyek kecil atau yang berkembang secara organik.

Kapan Menggunakan FastAPI?

Kapan Menggunakan Flask?

ADVERTISEMENT

FastAPI atau Flask: Pilihan di Industri

Pada akhirnya, keputusan untuk menggunakan FastAPI atau Flask sangat bergantung pada jenis proyek dan skala yang ingin Anda bangun. Jika Anda berfokus pada API skala besar dengan kebutuhan kinerja tinggi, FastAPI adalah pilihan yang kuat. Namun, jika Anda menginginkan fleksibilitas dan kontrol penuh untuk membangun aplikasi kecil hingga menengah, Flask tetap menjadi opsi yang andal.
Referensi: