Kemenangan Erdogan dan Kekuatan Populisme Islam di Turki

Fikri Ahnaf Diaz
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang tertarik dengan Politik dan Hukum khususnya di bidang Hukum Tata Negara
Konten dari Pengguna
29 Mei 2023 15:17 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fikri Ahnaf Diaz tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan gelar konferensi pers di Auditorium BICC, Bali, Rabu (16/11).  Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan gelar konferensi pers di Auditorium BICC, Bali, Rabu (16/11). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pihak petahana, Presiden Recep Tayyip Erdogan, dalam pemilu Turki berhasil meraih suara sebesar 52,3 persen dari total 96 persen suara yang masuk. Sedangkan lawannya dari pihak oposisi, Kemal Kilicdaroglu meraih suara sebesar 47,7 persen.
ADVERTISEMENT
Hal ini diumumkan langsung oleh Ahmed Yener selaku Kepala Dewan Pemilu Tinggi Turki. Berdasarkan hal ini, Recep Tayyip Erdogan berhasil menjadi presiden kembali dan ini menjadi periode ketiganya dalam memimpin Turki.
Kemenangan ini berhasil menunjukkan dominasi populisme Islam yang ada di Turki, populisme Islam yang sudah bertahan selama dua dekade lebih, populisme Islam di Turki tentunya melalui sejarah yang panjang dan berliku.
Republik Turki sendiri merupakan republik yang lahir pasca kejatuhan kekaisaran Ottoman yang menganut sistem pemerintahan Islam atau sistem khilafah yang berdasarkan doktrin agama Islam dalam mengelola pemerintahannya.

Sejarah Populisme Islam Modern di Turki

Ilustrasi Kota Istanbul, Turki. Foto: Shutter Stock
Kejatuhan Ottoman saat itu membuat Turki yang belum menjadi Republik saat itu kehilangan arah dan identitas masyarakatnya. Kemudian Mustafa Kemal Ataturk yang memberikan gagasan sekulerisme dan memimpin Turki menjadi suatu Republik Turki yang tidak lagi menganut sistem hhilafah dan monarki kerajaan.
ADVERTISEMENT
Kemal memimpin revolusi Turki tersebut dan menjadi Presiden pertama dalam Republik Turki. Sekulerisme yang dibawa oleh Kemal mampu mengubah kondisi masyarakat Turki yang dahulu lekat dengan kehidupan yang berdasarkan agama Islam.
Kemal berusaha menghapus jejak keislaman di Turki dengan menunjukkan bahwa sekulerisme adalah solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Turki saat itu.
Akan tetapi sekulerisme yang dibawa Kemal bukan hanya memberikan revolusi Turki, sekulerisme tersebut juga berhasil mendiskriminasi pihak yang dianggap konservatif dalam kehidupannya yang kemudian secara perlahan paham sekulerisme tersebut bertransformasi menjadi Kemalisme yang dianggap sesuai dengan cita-cita Mustafa Kemal Ataturk untuk Turki.
Beberapa dekade setelahnya Kemalisme Turki, ternyata tidak mampu menghadirkan solusi atas krisis yang dialami oleh masyarakat Turki. Kemalisme ternyata tidak mampu menyembuhkan the sick man of Europe.
ADVERTISEMENT
Kemudian pada tahun 2001 lahirlah Partai Keadilan dan Pembangungan (bahasa Turki: Adalet ve Kalkınma Partisi, AKP) AKP merupakan Partai yang dibentuk oleh barisan orang-orang yang berideologi sayap kanan.
Salah satu orang yang membentuk AKP adalah Recep Tayyip Erdogan yang merupakan orang yang berideologi sayap kanan dan sebelum mendirikan Partai AKP, Erdogan merupakan anggota Partai Kebajikan (bahasa Turki: Fazilet Partisi, FP) yang didirikan oleh Necmettin Erbakan.
Necmettin Erbakan adalah seorang mantan Perdana Menteri Turki yang merupakan politikus sayap kanan PAN-ISLAMISME yang kemudian menginspirasi banyak politikus-politikus muda untuk menjadi politikus yang berhaluan sayap kanan. Necmettin Erbakan selalu menyerukan nilai-nilai Islam dan jangan terpengaruh oleh nilai-nilai barat.
FP tempat Erdogan merintis karis sebagai seorang politikus saat itu dibubarkan oleh pihak Pemerintah Sekuler Turki karena dianggap mengancam Konstitusi Turki yang mengandung paham Sekulerisme dan Kemalisme. Kemudian para anggota FP terpecah menjadi dua dan mendirikan dua Partai yang berbeda yaitu Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) dan Partai Kebahagiaan (bahasa Turki: Saadet Partisi, SP).
ADVERTISEMENT
AKP yang didirikan oleh Erdogan menjadi partai islam yang berusaha menampung aspirasi para pihak yang tidak puas terhadap doktrin Kemalisme, menjalin relasi dengan banyak pihak mulai dari Borjuasi Nasional, kelas menengah, bahkan kalangan masyarakat bawah.
AKP juga berusaha menunjukkan bahwa mereka tidak hanya mementingkan umat Islam saja, akan tetapi berusaha meleburkan hal tersebut dengan golongan-golongan yang tidak puas terhadap Kemalisme.
AKP juga selalu berusaha mengampanyekan bahwa mereka adalah rakyat tanpa embel-embel Islam di setiap kampanye dan pemberian bantuan terhadap kaum marjinal. AKP yang berusaha menjadi Partai Sayap Kanan Moderat, yang berusaha menampung aspirasi tidak dari kalangan Islam saja, tapi secara menyeluruh kepada masyarakat Turki.
AKP yang berusaha menanamkan nilai Islam secara moderat dengan model demokrasi Islam yang diliberalisasikan. AKP berusaha memposisikan dirinya sebagai rakyat yang akan terus memperjuangkan kepentingan rakyat tanpa kepentingan untuk ideologi, kelompok, atau individu tertentu.
ADVERTISEMENT
AKP juga menawarkan agenda reformis yang diberi tajuk "Turki Baru" yang mampu membawa Turki menjadi negara yang sehat dan mampu menyejahterakan setiap masyarakatnya.
Keberhasilan AKP dimulai pada pemilu Turki pada tahun 2002 yang mampu meraih 34,28 persen dan berada di peringkat satu saat itu, yang kemudian Perdana Menteri berada di tangan AKP.
Agenda Reformis AKP pun mulai dilakukan dengan memulai peningkatan kesejahteraan masyarakat Turki, memperkuat ekonomi negara dan mampu menjadikan Turki sebagai jembatan antara pihak Timur dan Barat, yang akan tetapi belakangan ini Turki tidak lagi menjadi jembatan antara pihak Timur dan Barat, dan memiliki kecenderungan sikap yang anti-Barat.
Populisme Islam Modern yang ditunjukkan oleh AKP dan Erdogan tidak hanya untuk masyarakat Turki saja, tetapi menyeluruh kepada seluruh umat muslim di dunia.
ADVERTISEMENT
Hal ini ditunjukkan dengan Turki yang menampung pengungsi Suriah, kemudian menunjukkan keberpihakannya secara tegas terhadap Palestina, dan juga meminta Swedia untuk menyerahkan pengungsi Kurdi serta normalisasi hubungan politik dengan Iran, Libya, dan Suriah.

Dominasi AKP dan Erdogan di Turki

Tayyip Erdogan didampingi istrinya Emine Erdogan, menyapa para pendukungnya di Ankara, Turki pada Minggu (28/5). Foto: Umit Bektas/REUTERS
Turki mengalami kemerosotan di bidang ekonomi, ekor inflasi 85,51 persen pada Oktober 2022 lalu, terdalam sejak 1997 alias 26 tahun terakhir. Guncangan inflasi Turki terjadi sejak akhir 2021 lalu, di mana dunia dilanda pandemi covid-19 hingga muncul perang Rusia-Ukraina.
Akan tetapi Erdogan memberikan janji bahwa dia akan melakukan pembenahan ekonomi Turki, yang kemudian ini ditunjukkan dengan inflasi turki berada di angka 50,51 persen pada bulan Maret 2023 lalu. Hal inilah yang menyebabkan bahwa dukungan terhadap AKP, Erdogan, dan populisme Islam tidak menurun pada Pemilu yang baru saja terjadi.
ADVERTISEMENT
Sejak pemilu 2002, AKP dan Erdogan mampu mendominasi perpolitikan Turki dan mampu memberi pengaruh kepada seluruh umat Islam yang ada di dunia.
Turki saat ini dianggap sebagai Penyelamat Umat Muslim dalam perpolitikan Internasional yang selalu didominasi oleh pihak Barat. Turki yang dahulunya hanya "orang tua yang sakit-sakitan" berusaha menjadi "raksasa yang terbangun dari tidurnya".
Akan tetapi, kemenangan Erdogan tersebut pastinya mengandung dosa-dosa yang ditunjukkannya. Kemenangan Erdogan juga akan menunjukkan kediktatorannya yang tidak sesuai dengan prinsip Ddmokrasi saat ini, "power tends to corrupt, absolute power tends to corrupt absolutely".
Erdogan yang sudah lama berada di puncak kekuasaan eksekutif, yang terlibat dengan skandal korupsi yang ditunjukkan dengan bukti rekaman suaranya, selain itu juga melakukan nepotisme dengan menunjuk Berat Albayrak, untuk menjabat Menteri Keuangan Turki.
ADVERTISEMENT
Penunjukan itu memicu kecaman di kalangan oposisi, yang menuduh Erdogan berusaha menguasai institusi ekonomi dan keuangan negara, dan juga ancaman terhadap kebebasan berpendapat di Turki yang ditunjukkan dengan penangkapan terhadap oposisi dan pembungkaman terhadap media massa yang mengkritik Erdogan.

Pemilu Turki di Masyarakat Global

Petugas mengecek surat suara pada pemilu Turki di Kota Istanbul, Turki, Senin (14/5). Foto: Ilyas Akengin/AFP
Pemilu Turki menjadi pemilu yang diperhatikan oleh masyarakat global, terutama pihak Barat yang tidak menginginkan Erdogan menang dan menjadi presiden lagi. Hal ini bukan tanpa alasan, kenapa pihak Barat menginginkan kekalahan Erdogan dalam pemilu kali ini.
Erdogan seringkali membuat pihak Barat jengkel dengan sikap politik yang ditunjukkan oleh Turki selama masa kepemimpinannya. Contoh sikap Turki yang membuat gempar dunia barat adalah keanggotaan Turki sebagai NATO yang menolak keanggotaan Swedia.
ADVERTISEMENT
Erdogan bersikeras menginginkan pihak Stockholm untuk menyerahkan terlebih dahulu para pengungsi Kurdi yang berada di Swedia, terutama para pengungsi yang berasal dari Partai Pekerja Kurdistan.
Selain itu Erdogan mulai menjalin hubungan dengan Iran, Suriah, dan Libya yang dianggap oleh Barat negara-negara tersebut adalah musuh dalam keamanan secara global.
Erdogan juga melakukan normalisasi hubungan dengan Rusia dan tidak memberikan sanksi barat terhadap Rusia dan juga menjalin kerja sama di sektor perdagangan. Rusia menyelamatkan perekonomian Turki saat itu dengan menjual minyak rusia kepada Turki dengan diskon yang besar.
Menarik untuk melihat keberlangsungan populisme Islam yang digerakkan melalui AKP dan Erdogan pasca kemenangan mereka di pilpres Turki 2023 dan kekuasaan mereka yang sudah 20 tahun lebih.
ADVERTISEMENT