Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Gunung Sindoro, Surya, dan Sisa Rindu Pasca Lebaran
10 April 2025 10:04 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Fikri Fahmi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pendakian setelah Lebaran ke Gunung Sindoro jadi pelarian banyak orang dari hiruk-pikuk kota dan sisa rindu kampung halaman. Gunung Sindoro masih aja jadi spot paling hits buat para pendaki. Pagi ini, kabut tipis nge-filter cahaya matahari, bikin vibes-nya makin aesthetic banget—sunrise Gunung Sindoro emang nggak pernah gagal. Jalur trek udah dipadati sama para pendaki yang siap bikin konten sambil ngejar momen golden hour.
ADVERTISEMENT
Pasca Lebaran emang jadi momen paling perfect buat nge-trek. Ratusan pendaki dengan carrier gede di punggung dan semangat yang lebih gede lagi, milih cara yang beda buat rayain kemenangan - nyambangin Sindoro yang elevated banget di ketinggian 3.153 mdpl.
"Vibes Lebaran di gunung hits different banget sih. Di sini kita bisa ngerasain euphoria yang beda, sambil ngehalu bareng awan di ketinggian sekian" cerita Mas Faqih, pendaki kece berusia 30 tahun yang udah lima kali ngabisin Lebaran di Sindoro.
Trek yang biasanya sepi, sekarang rame banget kayak mall weekend. Para pendaki Gen-Z sampe yang udah senior pada mix and match, sharing story dan pengalaman. Sources mereka dari mana-mana - Jakarta, Bandung, Surabaya, bahkan ada yang jauh-jauh dari Makassar just for this moment.
ADVERTISEMENT
Golden hour mulai ngerayap di lereng gunung. Sunrise-nya nge-highlight puncak Sindoro, bikin view yang auto bikin story Instagram lo aesthetic banget. Di pos-pos pendakian, tenda-tenda colorful bermunculan, persis kayak festival musik outdoor. Aroma kopi sachetan dan Indomie rebus menguar, collab sama dinginnya udara gunung.
But behind the hype, Sindoro tetep stay humble dengan keanggunannya. Dia berdiri kokoh, unbothered sama rame-rame manusia yang dateng dan pergi. Padang edelweis yang super luas di lerengnya jadi saksi bisu journey spiritual para pendaki.
"Gunung itu literally guru terbaik kita sih. Dia ngajarin kita buat stay humble, sabar, dan aware kalau kita itu actually kecil banget di mata alam," share Mas Ega, tour guide kece yang sering banget handle open trip.
ADVERTISEMENT
Night time dateng, dan ribuan serpihan semesta mulai nge-decor langit Sindoro. Di bawah sky full of stars, para pendaki bikin circle kecil-kecil. Ada yang sharing life story, nyanyi-nyanyi, atau sekadar contemplating sambil admire the beauty of nature.
Fenomena pendakian post-Lebaran ini bukan cuma temporary hype. Dia udah jadi tradisi yang deep-rooted, semacam modern pilgrimage yang mix antara spiritual journey dan adventure. Di sini, di Sindoro's peak, para pendaki nemuin new perspective tentang winning - bukan cuma soal summit attack, tapi juga winning against their own limits.
Mount Sindoro, with all the vibes-nya, selalu welcome banget sama pendaki yang dateng dengan open mind. Dia jadi witness gimana modern people finding their inner peace di tengah chaos kehidupan, discovering silence di antara awan, dan celebrating victory dengan cara yang totally different.
ADVERTISEMENT